Pilihan Selasa, 09 Januari 2024 | 07:01

Gen-Z dan Janji-janji Capres-Cawapres

Lihat Foto Gen-Z dan Janji-janji Capres-Cawapres Ilustrasi oleh Rani Dwi Adelia N.
Editor: Tigor Munte

Oleh: Ranto Napitupulu

PEMILU su dekat. Lepas bulan Januari ini, tinggal hitung hari saja lagi.

Sebelum masa kampanye, dan pada masa kampanye kemarin, para capres dan cawapres banyak-banyak kasih janji. Janji itu disuarakan di ruang publik. Ada yang secara khusus disuarakan di lingkungan generasi-z (Gen-Z) dan generasi milenial.

Ada yang berjanji akan fokus memperbaiki kualitas kesejahteraan keluarga di Indonesia. Disebutkan, gagasan perubahan yang dibawanya sebagai upaya menghapus kekhawatiran keluarga Indonesia atas beberapa isu penting, antara lain soal bahan pokok, kehadiran lapangan pekerjaan, jaminan kesehatan, dan akses pendidikan berkualitas.

Ada yang berjanji soal pengolahan seluruh mineral mentah seperti nikel dan bauksit. Tidak boleh diekspor. Harus diolah sendiri di dalam negeri. Ditambah lagi, akan mengupayakan Indonesia mampu melakukan swasembada pangan sehingga tak lagi bergantung pada aktivitas impor.

Capres lainnya punya rencana akan menaikkan gaji guru hingga 30 juta rupiah per bulan untuk tenaga pendidik yang sudah mengajar dalam waktu lama. Sementara untuk guru baru akan diupayakan sekitar 10 juta rupiah per bulan.

Ada cawapres yang berjanji akan menurunkan harga BBM. Si cawapres juga berencana menggagas program listrik gratis untuk rakyat miskin yang diperuntukkan bagi 24 juta rumah tangga dengan daya 450 VA dan 900 VA yang selama ini menerima subsidi listrik.

Janji lainnya, akan merubah ini, akan merubah itu dengan gagasan perubahan yang begini dan begitu.

Salah satu dari sekian janji-janji itu adalah menyediakan lapangan kerja. 

Tulisan ringan ini tidak hendak menjustice janji-janji itu sebagai janji-janji manis yang sering diucapkan oleh para pemberi harapan palsu alias tukang php, tetapi sebagai investigasi ringan saja berikut keterkaitannya dengan lingkungan di mana janji-janji itu diucapkan.

Menurut data yang dirilis oleh KPU pada bulan Juli 2023 lalu, bahwa nama pemilih yang ada di Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024 secara nasional didominasi oleh kelompok usia muda yaitu generasi milenial dan generasi-z (Gen-z) sejumlah 113, 6 juta orang atau 56,45% dari total pemilih dalam DPT. 

Dari total 113, 6 juta itu, jumlah pemilih dari generasi milenial adalah sebanyak 66.822.389 orang. Sementara dari generasi-z sebanyak 46.800.161 orang.

Sekadar informasi saja, gen-z (sering dieja gen-zi) adalah sebutan untuk generasi yang lahir di rentang tahun 1997-2012. Sedangkan generasi milenial adalah sebutan untuk kelompok usia yang lahir tahun 1981-1996.  

Melihat data pemilih di atas, kita bisa mengasumsikan bahwa pemilih untuk hajatan negara pada 14 Februari 2024 nanti didominasi oleh generasi yang berada di kelompok angkatan kerja produktif.

Dengan kata lain, pemilih yang mendengar janji-janji yang diucapkan oleh para capres-cawapres itu relatif adalah kelompok gen-z dan generasi milenial. 

Lalu kita mau bertanya, berapa persen sih dari mereka yang sudah bekerja? Secara hitung-hitungan umum atau berdasarkan penampakan di tengah-tengah masyarakat, persentase orang yang sudah bekerja dari calon pemilih itu sangat kecil. Paling banter sekitar 20-30%.

Sudah menjadi hal yang umum diketahui oleh semua orang dewasa di negeri ini, bahwa jumlah pencari kerja (baca: pengangguran) di hampir semua kota di Indonesia sangat tinggi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2023, ada sejumlah 7,99 juta pengangguran di Indonesia. 

Hampir bisa kita pastikan 80-90% dari jumlah pencari kerja itu adalah dari gen-z dan generasi milenial. Kita sama tahu, bahwa sekolah-sekolah tingkat atas dan perguruan tinggi kita setiap tahunnya meluluskan para siswa/i dan mahasiswa/i nya dalam jumlah yang tidak sedikit. Sementara lapangan kerja kita tidak pernah bertumbuh secara signifikan. UU Cipta Kerja (Omnibus Law) yang dulu digadang-gadang akan menumbuhkan minat investor berinvestasi di Indonesia belum menunjukkan hasil.

Belum lagi soal tidak pedulinya para pelaku usaha industri kepada amanah UU padat karya untuk beberapa jenis usaha industri.

Usaha industri kita saat ini punya prinsip, kalau bisa 1 orang untuk 2 mesin produksi, kenapa harus dibuat one for one?

Janji yang urgen untuk dipenuhi

Semua capres dan pasangannya menyadari bahwa calon pemilih seperti data di atas adalah konstituen yang sangat berpotensi untuk mewujudkan kemenangan sehingga mutlak menjadi sasaran kampanye secara serius.

Sebagaimana disebutkan, bahwa dalam kegiatan kampanyenya semua capres dan pasangannya banyak memberi janji.

Salah satu janji itu adalah menyediakan lapangan kerja. Janji ini ungen untuk direalisasikan. Saat ini Indonesia berada di urutan ke 11 jumlah pengangguran di dunia.

Capres dan cawapres, yang kelak menjadi pemimpin bangsa ini harus memberi prioritas untuk merealisasikan janji itu. Bukan berarti rencana dan gagasan lain boleh diabaikan. Bukan. Tetapi janji membuka lapangan kerja itu perlu mendapat prioritas.

Gen-z dan generasi milenial, yang kita tahu sebagai generasi yang cerdas, mereka cenderung reaktif pada kebohongan yang dilakukan atas dirinya. Ini perlu diingat. []


Penulis berdomisili di Riau

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya