Jayapura - Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) mengungkap betapa sulitnya melakukan konversi kompor minyak tanah ke gas di wilayah Papua.
Ketua Umum DPP Hiswana Migas Rachmad Muhammadiyah menyebut usaha konversi minyak tanah ke LPG 3 kg ini telah dilakukan sejak 2007 lalu.
Upaya ini bertujuan untuk mengurangi beban subsidi negara akibat harga minyak tanah yang mahal.
Selama konversi, pemerintah telah menyumbangkan sekitar 55 juta kompor listrik beserta LPG 3 kg.
Hingga kini, konversi masih dilakukan karena masih terdapat beberapa wilayah yang masih menggunakan minyak tanah.
"Tinggal Papua yang belum konversi minyak tanah ke LPG 3 kg," ujarnya dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI, Rabu 1 Februari 2023.
Ia menyebut beberapa kendala yang membuat konversi ini suli. Pertama, infrastruktur jalan, baik itu transportasi darat mau pun transportasi sungai yang kurang baik, sehingga menyulitkan distribusi ke desa-desa terpencil.
"Ini lah yang salah satunya mengakibatkan terjadinya keterlambatan pendistribusian sehingga kadang mengganggu ketersediaan LPG PSO (3 kg) di masyarakat," jelasnya.
Kedua, belum adanya aturan jelas tentang siapa yang berhak menerima LPG 3 kg. Ini memungkinkan semua orang dapat membeli dan menggunakan LPG 3 kg.
"Saat ini pengguna LPG PSO yang ditetapkan hanya rumah tangga, usaha mikro, nelayan dan petani sasaran," kata dia.
Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem untuk mendata penerima LPG 3 kg. Hal ini tengah diupayakan PT Pertamina dan sangat didukung oleh Hiswana.
Ada pun model distribusi penyaluran LPG 3 kg sama dengan pola distribusi minyak tanah sebelumnya, yakni melalui agen, pangkalan, sampai ke warung atau pengecer, dan ke konsumen.
"Polanya penyaluran sama dengan yang sudah berjalan selama puluhan tahun," pungkasnya. []