Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan rombongan tiba di Moskow, Rusia dan bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin di Istana Kremlin pada Kamis, 30 Juli 2022 lalu.
Kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia merupakan langkah konkret untuk menjaga perdamaian dunia sesuai amanat konstitusi, di mana Indonesia diminta untuk berkontribusi riil bagi terciptanya perdamaian dunia.
Demikian disampaikan Sekretaris Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), Sahat Martin Philip Sinurat dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin, 11 Juli 2022.
"Isu perdamaian dan kemanusiaan selalu menjadi prioritas politik luar negeri Indonesia. Konstitusi Indonesia mengamanatkan agar Indonesia selalu berusaha berkontribusi bagi terciptanya perdamaian dunia. Dalam konteks inilah, Presiden Jokowi melakukan kunjungan ke Kyiv dan ke Moskow," kata Sahat.
Merespons itu, GAMKI menyampaikan apresiasi kepada pemerintah khususnya kepada Presiden Jokowi atas keberanian dan niatan yang mulia menjadi jembatan komunikasi damai antara Ukraina dan Rusia.
"Kami menyampaikan apresiasi dan rasa kagum kami kepada Presiden Jokowi yang bersedia menjadi jembatan komunikasi antara kedua pemimpin negara tersebut. Di mana telah ketahui bersama bahwa misi perdamaian yang dijalani Presiden Jokowi merupakan misi yang penuh risiko, ketika hadir di tengah perang yang sedang berkecamuk," ujarnya.
"Bagi kami, tidak semua kepala negara mampu mengambil inisiatif penuh risiko berbahaya seperti yang dilakukan oleh Presiden kita, Joko Widodo," tutur Sahat menambahkan.
Lebih lanjut, Ketua Dewan Pimpinan Pusat GAMKI Bidang Diplomasi dan Kerja sama Internasional, Ruben Frangky Oratmangun menambahkan bahwa dalam misi perdamaian yang dilakukan Presiden Jokowi, merupakan misi kemanusiaan yang miliki dampak humanis dan historis bagi Indonesia maupun Rusia.
"Mengingat, di awal kemerdekaan bangsa Indonesia; Rusia (saat itu Uni Soviet) banyak memberikan perhatian dan kontribusi bagi pembangunan bangsa di awal kemerdekaan. Melalui hubungan persahabatan dan diplomatik tersebut, Indonesia banyak mendapatkan fasilitas infrastruktur transportasi, pertanian, stadion, rumah sakit, industri besar lainnya dan juga tenaga spesialis maupun insinyur. Bahkan fasilitas yang kita dapatkan di awal kemerdekaan oleh Rusia (saat itu Uni Soviet) masih kita gunakan hingga sekarang," ujar Ruben.
Pada pertemuan itu, Presiden Jokowi dan Presiden Putin juga membahas masalah terganggunya rantai pasok pangan dan pupuk yang bisa berdampak kepada ratusan juta masyarakat dunia, terutama di negara berkembang.
Dan juga menegaskan dukungan terhadap upaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mereintegrasi komoditas pangan Rusia dan Ukraina ke dalam rantai pasok global.
Lantas, GAMKI menegaskan bahwa Presiden Jokowi dan Indonesia tidak memiliki kepentingan apapun kecuali ingin melihat perang dapat segera selesai dan rantai pasok pangan, pupuk, dan energi dapat segera diperbaiki.
"Sebagai Ketua Presidensi G-20, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab beliau mengajak seluruh pemimpin dunia untuk bekerja sama kembali menghidupkan semangat multilateralisme, semangat damai. dan semangat kerja sama. Hanya dengan spirit ini perdamaian dapat dicapai," ucap Ruben.[]