Pilihan Senin, 27 Juni 2022 | 11:06

Kenal Dekat Kepala Daerah di Sumut, Edy Rahmayadi dari Tentara Hingga yang Viral

Lihat Foto Kenal Dekat Kepala Daerah di Sumut, Edy Rahmayadi dari Tentara Hingga yang Viral Edy Rahmayadi dan sopir angkot di Medan, Sumatra Utara. (Foto: Twitter @RahmayadiEdy)
Editor: Tigor Munte

Medan - Sumatra Utara atau Sumut merupakan salah satu provinsi dengan jumlah penduduk terbesar nomor 4 di Indonesia. 

Tahun 2021, tercatat jumlah penduduk di wilayah ini sebanyak 15.136.522 jiwa dengan kepadatan penduduk 207,40 jiwa per kilometer.

Provinsi dengan ibu kota Medan ini, memiliki luas wilayah 72.981,23 kilometer. Meliputi 33 kabupaten/kota.

Kini dipimpin Gubernur Edy Rahmayadi dan wakilnya Musa Rajekshah. Edy dan Musa atau lebih karib disebut Ijeck menang dalam Pilkada Sumut Tahun 2018. 

Pasangan ini meraih 3.291.137 suara atau 57,57 persen. Kompetitornya, pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus meraih 2.424.960 suara atau 42,43 persen.

Edy-Ijeck menang di 17 kabupaten/kota, sedangkan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus unggul di 16 kabupaten/kota.

Edy-Ijeck meraih kemenangan di daerah yang memiliki pemilih cukup besar, seperti Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai, dan Labuhan Batu.

Edy Sang Tentara

Edy Rahmayadi merupakan seorang pensiunan militer. Pangkat terakhirnya adalah Letnan Jenderal TNI.

Pria kelahiran Sabang, Aceh pada 10 Maret 1961 ini resmi menjadi purnawirawan TNI Angkatan Darat sesuai Surat Keputusan Panglima TNI nomor: Kep/12/I/2018, tanggal 4 Januari 2018.

Sosok yang dikenal tegas dan kaku ini sebelum menjabat sebagai Gubernur Sumut ke-19, menduduki sejumlah pos dan jabatan strategis, baik di militer maupun dalam organisasi.

Terakhir menjabat Panglima Kostrad, menggantikan Jenderal TNI Mulyono yang promosi sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. 

Sebelum menduduki jabatan strategis tersebut, Edy merangkak dari bawah. Lulusan Akademi Militer tahun 1985 itu berpengalaman bidang infanteri. 

Di Sumut dia sebetulnya tidak asing. Sebelum menjadi Pangkostrad, Edy pernah menduduki Panglima Kodam I/Bukit Barisan. 

Edy juga pernah menjabat sebagai Komandan Yonif Linud 100/Prajurit Setia yang bermarkas di Namu Sira-Sira, Langkat.

Edy memang lahir dari keluarga militer. Sang ayah, Rachman Ishaq adalah seorang prajurit TNI AU dengan pangkat terakhir kapten.

Ayahnya seorang keturunan Melayu Deli, sedangkan ibunya keturunan Jawa.

Edy sekolah dasar di SD Sleko A, Madiun, Jawa Timur tahun 1966-1972. Karena sang ayah seorang militer, penempatan tugas berpindah-pindah. 

Edy pun melanjutkan studi di SMP Angkasa Medan tahun 1972-1975 dan SMA Negeri 1 Medan tahun 1975-1979 dan Edy merupakan lulusan Universitas Islam Sumatera Utara.

Edy lebih tertarik masuk dunia militer, meniru karier sang ayah. Dia lolos dan masuk Akademi Militer tahun 1985.

Di militer, Edy banyak mengikuti pendidikan, mulai dari Sussarcab Infanteri tahun 1985, Selapa/Infanteri tahun 1992, Selapa II/Infanteri tahun 1995, Seskoad tahun 1998, dan Lemhannas tahun 2011.

Edy juga merasakan jabatan dari bawah, mulai dari Danton saat berpangkat Letnan Dua hingga Kapten di jajaran Kopassus tahun 1985, Danton Kostrad  tahun 1985, Danton Yonif 321/Galuh Taruna  tahun 1985, Danton 2/A Yonif 323/Buaya Putih Kostrad  tahun 1986.

Kemudian, Danton I/B Yonif 323/Buaya Putih Kostrad  tahun 1988, Dankipan B Yonif 323/Buaya Putih Kostrad  tahun 1989, Dankipan A Yonif 323/Buaya Putih Kostrad tahun 1993.

Saat berpangkat Mayor, Edy menduduki jabatan Kasi Ops dan Org Bagsis Pussenif Kodiklatad tahun 1996, Ps. Pbdy Lat Kodam I/Bukit Barisan  tahun 1999, Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 100/Prajurit Setia, Kodam I/Bukit Barisan  tahun 2000, Kasi Ops Rem 031/WIrabraja, Kodam I/Bukit Barisan  tahun 2001, dan Kasi Ops Rem 011/Lilawangsa, Kodam Iskandar Muda tahun 2002.

Ketika menjadi Letnan Kolonel, Edy pernah menjabat Komandan Kodim 0316/Batam, Kodam I/Bukit Barisan tahun 2003, Kepala Staf Korem 031/Wirabraja, Kodam I/Bukit Barisan tahun 2005, Pabandya-3/Banglarsat, Paban III/Binorg, Sopsad tahun 2006, Dosen Gol. IV Seskoad tahun 2007 dan Patun Seskoad tahun 2007.

Menjabat Kolonel, Edy menduduki Asops Kasdam Iskandar Muda tahun 2008, Komandan Resimen Taruna Akademi Militer  tahun 2010, dan Pamen Denma Mabesad tahun 2011.

Pangkat Brigadir Jenderal, Edy sebagai Komandan Korem 174/Anim Ti Waninggap Kodam XVII/Cenderawasih tahun 2012, Dir Pemantapan Semangat Bela Negara, Deputi Bidang Pemantapan Nilai Kebangsaan, Lemhanas tahun 2013.

Pangkat Mayor Jenderal, Edy sebagai Panglima Divisi Infanteri I Kostrad tahun 2014, dan Panglima Kodam I/Bukit Barisan tahun 2015.

Terakhir sebagai Letnan Jenderal, Edy menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat 2016 hingga 2018.

Selain di militer, Edy juga dikenal sebagai Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI)  tahun 2016 - 2020.

Edy Rahmayadi di Kodam I/BB pada 21 Mei 2022. (Foto: Twitter)

Setelah menjadi Gubernur Sumut, Edy memiliki tugas dan wewenang, yakni memimpin penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD.

Mengajukan rancangan Peraturan Daerah (Perda), menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD, menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama.

Kemudian, mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah Sumatera Utara, mewakili daerah Sumatera Utara di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 

Terakhir, melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 

Kejadian dan Ucapan Viral

Selama Edy menjabat sebagai gubernur, cukup banyak kebijakan dan ucapannya yang menjadi sorotan hingga viral.

Salah satu di antaranya adalah ucapan `Apa urusan Anda menanyakan itu`. Ini dilontarkan Edy saat wawancara live di program Kompas Petang di Kompas TV bersama Aiman Witjaksono pada September 2018.

Edy ketika itu masih menjabat Ketum PSSI sekaligus Gubernur Sumut ditanya pendapatnya soal aksi kekerasan yang mewarnai pertandingan sepak bola antara Persib melawan Persija yang menimbulkan korban jiwa.

Pada Senin, 27 Desember 2021, Edy menjewer dan mengusir pelatih biliar Sumut, Khoiruddin Aritonang alias Coki.

Edy melakukan itu saat memberikan kata sambutan dalam acara penyerahan bonus atlet dan pelatih berprestasi di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua.

Kejadian di Rumah Dinas Gubernur Sumut, Edy meminta para atlet di Sumut untuk meningkatkan prestasinya terutama menjelang PON 2024 yang rencananya digelar di Sumut dan Aceh. 

Kesempatan seluruh hadirin bertepuk tangan ketika Edy menyampaikan motivasi. Namun, hal itu tidak dilakukan Coki. Edy pun langsung menyuruh Coki untuk naik ke podium.

"Yang pakai kupluk itu siapa? Kenapa enggak tepuk tangan. Tak cocok jadi pelatih ini," kata Edy.

Saat itu juga Edy menjewer telinga pelatih biliar tersebut. Bukan hanya itu Edy juga mengusirnya keluar ruangan. Coki pun berlalu meninggalkan ruangan tersebut.

Saat kejadian itu viral di media sosial, Edy berkilah itu adalah jewer sayang. "Jewer sayang itu namanya," katanya pada Selasa, 28 Desember 2021.

Setahun sebelumnya, yakni 2020, Edy juga sempat menjadi sorotan lantaran ucapannya yang akan memusnahkan ternak babi di Sumut.

Gelombang protes sampai aksi unjuk rasa pun bermunculan, terutama dari kalangan suku Batak yang memang banyak beternak babi.

Namun polemik tersebut diklarifikasi melalui Kadis Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara Azhar Harahap.

Aksi Save Babi di Sumut. (Foto: Ist)

Dia membantah kabar Edy mengeluarkan pernyataan akan memusnahkan babi. Menurut Azhar pada 11 Februari 2020, tidak ada pernyataan gubernur soal stamping out.

Kata dia, pemusnahan atau stamping out bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan. 

Azhar mengatakan pemusnahan hanya dilakukan kecuali hewan tersebut terjangkit penyakit zoonosis (berbahaya bagi manusia). Sehingga harus segera diputus penyebaran virusnya.

Sebelumnya, muncul gerakan `Save Babi` pada Senin, 11 Februari 2020. Mereka menentang rencana pemerintah daerah memusnahkan binatang ternak itu karena kabar merebaknya virus flu Babi Afrika. [Dari berbagai sumber]

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya