Jakarta - Ketua Tim Garis Airlangga, Sabam Sopian Silaban mengarapkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dapat netral alias tidak menentukan sikap perihal calon mana yang harus dipilih oleh rakyat pada Pilpres 2024.
Menurutnya, sikap netral dalam berpolitik pernah dilakukan oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Pilpres 2014 lalu dan itu patut ditiru oleh Presiden Jokowi.
"Saya ajak dia (Jokowi) netral untuk Pilpres 2024. Entah ini sebuah keputusan atau gelombang yang terpaksa Bapak SBY tak menentukan pilihan di Pilpres 2014, lalu saya pikir ini bisa menjadi legacy leadership ke depan," kata Sabam saat menjadi pembicara di kanal YouTube Opsi Media TV dikutip Rabu, 8 Juni 2022.
Baca juga: Cari Suksesor Jokowi, Projo Akan Gelar Musra di 34 Provinsi
Sabam pun mengajak organ relawan seperti Projo untuk ikut bantu membisiki Jokowi agar netral saja dalam Pilpres 2024.
"Untuk 2024, Projo boleh memilih calon berikutnya, tapi di sini langkah presiden semestinya tetap netral ke depannya. Sekalipun ada agenda yang diteruskan seperti agenda kenegaraan yang akan ditulis dan diserahterimakan di Istana," ucapnya.
"Jadi hemat saya Jokowi sebaiknya mendukung siapa yang didukung dan dipilih rakyat," lanjutnya.
Menurutnya, sinyal Jokowi yang menginstruksikan akan memilih salah satu calon pemimpin dalam acara Projo beberapa waktu lalu belum final.
Sebab, masih ada juga proses penggodokan calon presiden di tubuh PDI Perjuangan, partai yang mengantarkan Jokowi menjadi Presiden RI dua periode. Di dalam PDIP, Jokowi adalah kader dan tentu ada proses politik di dalamnya.
"Nanti 2023 dan 2024 bisa berubah karena tak selamanya yang diucapkan di awal itu di akhir (terjadi), sesuai dengan dinamika di rakyat maupun PDI Perjuangan sangat menentukan," kata dia.
Di sisi lain, ia menilai Jokowi bisa saja ke depan mendukung menteri ataupun gubernur yang kinerjanya berprestasi seperti Airlangga Hartarto ataupun Sandiaga Uno.
"Ada kinerja gubernur atau menteri yang masih menjabat hari ini yang mungkin akan terbentuk dukungan yang luas dan lebih merakyat, tenar, dan kelihatan di panggung, sehingga Jokowi akan mengalihkan dukungan. Misal Sandiaga yang belum disebut jadi disebut, kemudian Airlangga yang belum didukung secara lisan akan didukung secara lisan, bisa juga ini bisa terjadi," kata dia. []