Majalengka – Mantan Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, kembali menyuarakan pentingnya peran ulama dalam membangun bangsa. Dalam kunjungannya ke Pondok Pesantren Al Mizan Jatiwangi, Majalengka, Kamis, 10 April 2025.
KH Said Aqil menegaskan bahwa tantangan umat di era modern menuntut ulama untuk melampaui peran tradisional mereka.
Hadir dalam forum Halaqoh Ulama yang digagas oleh Dr. KH Maman Imanulhaq, anggota DPR RI Fraksi PKB, Buya Said mengingatkan bahwa ulama tidak cukup hanya berdakwah.
Mereka juga harus hadir dalam ruang-ruang strategis seperti kebijakan politik dan pengelolaan ekonomi nasional.
“Di zaman seperti sekarang ini, pintar saja tidak cukup. Kita juga harus kaya raya,” tegasnya di hadapan para peserta halaqoh yang terdiri dari ulama, tokoh masyarakat, dan perwakilan instansi pemerintah.
Pernyataan tersebut disusul kalimat yang memicu perhatian banyak pihak: “Kaya itu wajib, miskin itu berdosa.”
Menurut Buya Said, pernyataan itu bukan sekadar provokasi, tetapi ajakan serius agar umat Islam bangkit secara ekonomi dan tidak selamanya menjadi konsumen dalam sistem yang ada.
Ia menambahkan, sejarah mencatat para ulama besar tak hanya cerdas secara spiritual dan intelektual, tetapi juga memiliki kemandirian ekonomi yang kuat.
Dengan mengutip sanad keilmuan para pendahulu, Buya Said mengajak para ulama untuk kembali memimpin umat dalam berbagai lini kehidupan.
Dalam forum tersebut, ia menitipkan dua pesan utama. Pertama, ulama harus meninggalkan zona nyaman majelis taklim dan masuk ke ranah kebijakan publik.
Kedua, pendidikan dan politik harus menjadi panggung perjuangan baru demi mengawal kepentingan umat.
“Lewat dua pintu inilah, kiprah keulamaan bisa memberi warna nyata dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan kebangsaan,” ujarnya.
Halaqoh ini menjadi bagian dari upaya penguatan peran ulama dalam menghadapi tantangan zaman.
Pengasuh Ponpes Al Mizan, KH Maman Imanulhaq, menyatakan bahwa forum ini merupakan ruang reflektif dan ajakan konkret bagi para ulama untuk naik kelas — dari sekadar pemberi ceramah menjadi pelaku perubahan sosial.
“Sudah saatnya para ulama tidak hanya memberi nasihat, tetapi juga duduk di ruang-ruang strategis untuk mengarahkan kebijakan,” ujar Maman.
Acara ini turut dihadiri sejumlah tokoh, di antaranya Ketua Fatayat NU Majalengka Hj Upik Rofiqoh, KH Abdul Rasyid, serta pejabat dari Kanwil Kemenag Jawa Barat, seperti H. Jajang Apipudin, M.Ag., Dr. Hj. Yayah Fijriyah, M.Pd., dan H. Sopyan Firdaus, SH.[]