Pilihan Kamis, 25 Agustus 2022 | 20:08

Melihat Lebih Dekat 5 Lokasi Wisata Berkelanjutan di Indonesia

Lihat Foto Melihat Lebih Dekat 5 Lokasi Wisata Berkelanjutan di Indonesia Taman Wisata Mangrove Klawalu, Sorong. (Foto: Kemenparekraf)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Pembangunan wisata berkelanjutan bermakna sebuah usaha untuk menjamin agar sumber daya alam, sosial, dan budaya yang ada saat ini bisa diwariskan untuk generasi yang akan datang.

Piagam Pariwisata Berkelanjutan (1995) menegaskan, pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan. 

Artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. 

Ada sejumlah lokasi wisata berkelanjutan di Indonesia. Menarik mengunjunginya? Ini dia lokasinya.

Bukit Peramun, Bangka Belitung

Bukit Peramun terletak di Desa Air Selumar, Kepulauan Bangka Belitung. 

Istilah ‘Peramun’ berasal dari kata peramuan. Diambil dari bukti sejarah yang mengatakan bahwa di sekitar lokasi pernah ada desa yang dihuni oleh para tabib atau ahli peracik tanaman obat.

Untuk menuju puncak bukit yang tingginya 129 mdpl, harus berjalan kaki selama sekitar 30 menit dengan sudut kemiringan jalan (elevasi) 35 derajat. 

Meski medannya cukup menantang bagi mereka yang tidak terbiasa, namun semuanya terbayar saat telah tiba di puncak karena disajikan oleh pemandangan alam yang indah.

Di sana bisa menikmati keindahan alam sambil berfoto di sekitar batu granit dengan berbagai fasilitas yang disiapkan.

Mulai dari mobil, sepeda ontel, hingga puncak pohon yang dipangkas untuk tempat berfoto. Jika cuaca mendukung, wisatawan juga bisa menikmati sunset dari atas bukit.

Memasuki malam hari, wisatawan dapat melihat hewan primata mini yang dikenal sebagai tarsius. 

Warga setempat biasa menyebutnya dengan pelilian. Keberadaan tarsius sangat dijaga oleh warga sekitar karena jumlahnya yang semakin sedikit. 

Pengunjung yang datang melihat hewan ini dibatasi hingga hanya tiga kali dalam seminggu.

Pantai 3 Warna, Malang

Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna terletak di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, kawasan pantai selatan Jawa di Kabupaten Malang.

CMC dikelola oleh Kelompok Masyarakat Pengawas Gatra Olah Alam Lestari (GOAL) binaan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur.

Melingkupi ekowisata bahari di 6 pantai Malang Selatan, yaitu Pantai Clungup, Pantai Gatra, Pantai Sapana, Pantai Mini, Pantai Batu Pecah, dan Pantai Tiga Warna. 

Selain sebagai destinasi wisata, CMC juga dimanfaatkan sebagai tempat konservasi mangrove dan terumbu karang, serta rumah apung untuk edukasi bahari dan budidaya ikan.

Masing-masing pantai memiliki daya tariknya tersendiri. Namun, Pantai Tiga Warna terkenal akan kejernihan air laut yang memiliki warna berbeda. 

Selain dapat menikmati embusan angin pantai, wisatawan juga dapat melihat keindahan bawah air dengan snorkelling atau diving. 

Tapi karena Kawasan pantai Tiga Warna merupakan Marine Protected Area (MPA) dan karenanya, pengunjung yang  datang ke sini dibatasi hanya 100 orang per hari. 

Selain itu, pengunjung juga diwajibkan menggunakan jasa pemandu wisata karena Pantai Tiga Warna merupakan kawasan konservasi.

Sejak Tahun 2013 pengelola intensif melakukan kegiatan konservasi melalui Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) dan juga dibantu oleh kontribusi berbagai pihak yang juga peduli dengan keselamatan sumberdaya alam di pesisir.

Kegiatan konservasi yang dilakukan di area ini antara lain pembibitan dan penanaman mangrove, pemasangan terumbu karang buatan, transplantasi terumbu karang, pendidikan pada generasi usia dini melalui kegiatan marine education tentang keselamatan ekosistem, penetasan telur penyu dan transplantasi terumbu karang.

Selain berenang, snorkelling, dan diving aktivitas lainnya yang dapat kamu lakukan di pantai Tiga Warna yaitu menyusuri mangrove dengan perahu, bermain kano, mengunjungi rumah apung atau melakukan kegiatan konservasi seperti menanam bibit mangrove, melepas anak penyu dan pemasangan terumbu karang buatan.

Plataran Menjangan, Taman Nasional Bali Barat

Plataran Menjangan terletak di Taman Nasional Bali Barat yang pernah dinobatkan sebagai World Top Safari Stay oleh Tripadvisor Travelers’ Choice Award 2021. 

Plataran Menjangan, Taman Nasional Bali Barat. (Foto: Kemenparekraf)

Plataran Menjangan terletak di hutan lindung seluas 382 hektare. Lokasinya diapit oleh Pulau Bali dan Pulau Jawa. Menjadikannya tempat strategis bagi para turis domestik dan mancanegara berlibur. 

Ia juga berseberangan dengan Pulau Menjangan yang merupakan salah satu tempat menyelam dengan terumbu karang terbaik di dunia. 

Hutan ini dihuni oleh 175 flora dan 167 fauna. Terdapat juga hutan bakau berusia lebih dari 100 tahun yang dapat ditemukan di sepanjang 7 kilometer pesisir pantai.

Terdapat beragam program encounter safari di Plataran Menjangan. Misalnya, melihat berbagai macam hewan liar seperti babi hutan, kucing batu, tupai raksasa, atau keluarga rusa “menjangan” yang bebas tinggal di alam liar yang merupakan bagian program “Ranger for A Day”. 

Pengunjung juga dapat mencoba meditasi di dalam pohon bodhi yang sakral atau melakukan trekking yang termasuk dalam program “Trails of Life”.

Bali Barat juga terkenal sebagai rumah dari burung endemik yang terancam punah, yaitu Jalak Bali. 

Untuk itu, Plataran Menjangan juga turut serta membantu pelestariannya melalui program “White Angels Eternal Love – Bali Starling Sanctuary”. 

Kamu juga dapat mencoba snorkelling di laut dangkal yang dihuni oleh berbagai biota laut dan terumbu karang.

Atau bisa juga mencoba diving di berbagai spot menyelam populer seperti, ‘Garden Eel’, ‘Ship Anchor Wreck’, atau ‘Bat Cave’. 

Juga dapat melakukan berbagai program konservasi, mulai dari pembuatan sarang lebah liar, penanaman terumbu karang, hingga menanam pohon endemik dan bakau.

Mangrove Tembudan Berseri, Berau, Kalimantan Timur 

Hutan Mangrove di Kampung Tembudan yang dirintis sejak tahun 2017 dan kini menjadi pilot project yang merupakan program Carbon Footprint Calculator (CFPC) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). 

Mangrove Tembudan Berseri, Berau, Kalimantan Timur . (Foto: Kemenparekraf)

Dengan luas lahan mencapai 3.000 hektare, hutan mangrove tersebut menjadi satu-satunya destinasi wisata di Kalimantan Timur yang dianggap layak sebagai percontohan hutan mangrove.

Tembudan terpilih karena berhasil menerapkan ekowisata berbasis low carbon karena dinilai telah mengelola kawasan mangrove dengan menerapkan ekowisata berbasis sustainable, dan memiliki visitor management yang cukup baik. 

Program konservasi mangrove di kampung Tembudan sudah lama dilakukan dengan tujuan menjadikan kawasan mangrove seluas 3 ribu hektare itu destinasi ekowisata.

Taman Wisata Mangrove Klawalu, Sorong

Taman Wisata Mangrove Klawalu merupakan salah satu destinasi di Papua pertama yang mengusung tema wisata mangrove. Ada banyak aktivitas menarik yang bisa kamu lakukan saat berkunjung ke sini.

Terletak tidak jauh dari Kota Sorong, destinasi wisata berkelanjutan yang satu ini sangat mudah dijangkau oleh wisatawan yang ingin berkunjung. 

Ada beberapa daya tarik dari Taman Wisata Mangrove ini yang bisa membuatmu betah dan merasa berkesan saat berkunjung,

Seperti Menara Pandang yang dapat dikunjungi untuk  melihat pemandangan hutan mangrove yang sangat indah. 

Lokasi ini juga merupakan spot selfie yang populer di kalangan pengunjung. Lalu ada Jembatan Warna-Warni yang juga merupakan salah satu spot foto terbaik di kawasan ini. 

Setelah asik berfoto ria, kamu juga dapat belajar tentang fungsi dan manfaat hutan mangrove bagi ekosistem alam. 

 Aktivitas lainnya yang tidak boleh dilewatkan Ketika berkunjung ke sini adalah berwisata kuliner atau membeli oleh-oleh makanan khas Sorong. 

Di sini juga disediakan berbagai macam kuliner khas Sorong yang bisa dimakan di tempat dan beberapa produk makanan ringan yang bisa dibeli untuk dijadikan oleh-oleh, seperti teh bunga telang, noken, garam nipah, keripik sagu dan lainnya. 

Selain makanan, kamu juga bisa membeli kerajinan tangan yang dibuat oleh warga setempat. [Kemenparekraf]

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya