Jakarta - Seminar tahunan Neo for Geo dengan tema "Keunggulan Proses Geotermal untuk Mencapai Efisiensi Sistem yang Lebih Baik" sukses digelar oleh Nalco Water, perusahaan dari Ecolab. Acara ini, bertujuan untuk mempromosikan pemahaman dan adopsi teknologi canggih dalam industri geotermal di Asia Tenggara.
VP & GM, Heavy Industry, Ecolab Asia Tenggara, Chandra Marimuthu mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi geotermal terbesar di dunia, diperkirakan mencapai 24 gigawatt (GW), namun hanya sekitar 10 persen dari kapasitas yang saat ini dimanfaatkan. Untuk mengoptimalkan potensi besar ini, diperlukan pengembangan teknologi inovatif guna memaksimalkan penggunaan energi geothermal yang ramah lingkungan.
Seminar ini, kata dia, menekankan pentingnya solusi holistik dan kolaborasi untuk mendorong pertumbuhan yang lebih terjangkau dan berkelanjutan dalam generasi daya geotermal.
Teknologi dan proses yang disampaikan termasuk pengelolaan air dan sistem pendinginan terkini yang dirancang untuk membantu mengurangi konsumsi air hingga 30 persen, mengurangi emisi karbon dan memperpanjang umur operasional peralatan geotermal.
Chandra bilang, diselenggarakannya seminar ini sekaligs menegaskan kembali komitmen perusahaan untuk mendukung pertumbuhan industri geotermal di Asia Tenggara.
"Mendorong kolaborasi, inovasi, dan pertumbuhan dalam industri geotermal sangat penting untuk mengatasi perubahan iklim. Fokus kami adalah untuk membantu pelanggan kami mencapai tujuan keberlanjutan dan meningkatkan efisiensi operasional, ucap Chandra, dikutip Opsi pada Selasa, 30 Juli 2024.
"Mendirikan pusat keunggulan geothermal (geothermal excellence center) di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat inovasi, penelitian, dan kolaborasi, dalam mengatasi tantangan industri di Indonesia, Jepang, Selandia Baru, dan Filipina," kata dia.
Kontribusi Nalco Water dalam memajukan teknologi geotermal, menuai presiasi dari Asosiasi Panasbumi Indonesia (API-INAGA). Hal itu disampaikan oleh General Secretary of INAGA, Riza Pasikki dalam keterangannya.
"Mengatasi tantangan industri dari risiko hulu saat eksplorasi hingga fase pemanfaatan sangat penting. INAGA bertujuan untuk berbagi wawasan tentang kondisi energi geotermal saat ini dan membahas cara untuk membuatnya lebih berdampak. Dengan target menambah 3.000 MW pada tahun 2030, artinya kita harus menambah 500 MW setiap tahun," kata Riza.
Baca juga: Tingkatkan Kesadaran Masyarakat, ERK, Daniel Rumbekwan dan Belasan Musisi Ikut Lokakarya IKLIM
Baca juga: Komisi VII DPR RI: Cabut Izin PT Sorik Marapi Geothermal Power di Madina Sumut
"Meskipun ada risiko dari skala pengembangan yang agresif, pengembangan sumber daya geotermal entalpi rendah-menengah (low-medium enthalpy) di Indonesia adalah suatu keharusan. Upaya ini memerlukan dukungan dari perusahaan teknologi seperti Ecolab dalam pengelolaan yang efektif. Kami menghargai upaya pemerintah namun menyadari perlunya kolaborasi dan sumber daya yang lebih baik dari semua pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan energi terbarukan. Advokasi berkelanjutan dan peningkatan rantai pasokan sangat penting, dan kami berharap Ecolab dapat mendukung penyediaan konten lokal (TKDN) sebagai ketentuan yang diperlukan oleh pemerintah," ujarnya. []