News Jum'at, 18 April 2025 | 15:04

Penrad Siagian: Sihoda Harus Didukung dalam Pelestarian Budaya Simalungun

Lihat Foto Penrad Siagian: Sihoda Harus Didukung dalam Pelestarian Budaya Simalungun Pendiri Sanggar Tari Simalungun Home Dancer (Sihoda), Laura Tias Avionita Sinaga, menemui Anggota DPD RI Pdt. Penrad Siagian di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 17 April 2025.(Foto:Opsi/Fernandho Pasaribu)

Jakarta - Pendiri Sanggar Tari Simalungun Home Dancer (Sihoda), Laura Tias Avionita Sinaga, menemui Anggota DPD RI Pdt. Penrad Siagian di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 17 April 2025, usai sanggarnya menerima penghargaan Anugerah Puspa Bangsa 2025 dari Kompas.

Sihoda dinobatkan sebagai penerima penghargaan kategori Puspa Pesona dari Kompas TV pada Rabu, 16 April 2025, atas kiprah dalam pelestarian budaya Simalungun di tingkat nasional hingga internasional.

Dalam pertemuan tersebut, Laura turut didampingi Staf Ahli Anggota DPD dari NTT yang juga putra Simalungun. Laura memaparkan sejarah berdirinya sanggar yang dirintis sejak 2014 ketika ia masih berkuliah.

Menurutnya, Sihoda dibentuk dengan niat kuat untuk mengembangkan seni tari tradisional Simalungun agar dapat menjangkau khalayak lebih luas.

“Itu bisa kita kembangkan agar yang menyaksikan dan menyukai juga tidak hanya orang-orang Simalungun, kalau bisa pasarnya kena ke tingkat nasional bahkan internasional. Itu tujuan utamanya,” kata Laura.

Laura menyebut sanggarnya aktif mengikuti berbagai festival dalam dan luar negeri.

“Kita memang membawa nama Indonesia, tetapi tarian yang kita bawa itu tarian Simalungun dan budaya,” ujar Laura.

Kendati telah tampil di panggung internasional, Laura mengaku sanggarnya masih kekurangan dukungan fasilitas dari pemerintah daerah.

Ia berharap ada kebijakan konkret dari Pemkot Pematangsiantar dan Pemkab Simalungun untuk menyediakan wadah kesenian yang lebih layak bagi sanggar-sanggar budaya.

Laura juga mengusulkan pembentukan lembaga khusus untuk menaungi sanggar-sanggar seni agar tidak saling berebut ruang tampil.

“Mungkin harapannya ke depan, ini bukan untuk kami sendiri tapi semua sanggar yang ada di Siantar-Simalungun. Bila perlu dibuat saja seperti lembaga kesenian yang memang khusus untuk menangani sanggar-sanggar,” ujarnya.

Ia juga menanggapi pertanyaan publik yang mempertanyakan alasan Sihoda mengikuti festival di luar negeri.

Menurutnya, keikutsertaan dalam ajang internasional bukan sekadar tampil, tapi juga menjadi sarana edukasi budaya Simalungun.

“Bahkan sewaktu di Turki tahun 2022, rumah adat miniatur Simalungun dan pakaian adat diletakkan di museum yang ada di sana,” ujarnya.

Terkait pendanaan, Laura menyebut mereka mengandalkan dana swadaya dan cara-cara kreatif seperti pertunjukan jalanan.

Menanggapi paparan tersebut, Anggota DPD RI, Pdt. Penrad Siagian menyatakan apresiasinya terhadap perjuangan Laura dan Sihoda dalam menjaga budaya Simalungun.

“Saya bangga ada generasi muda seperti Laura, yang terus memikirkan budaya dan adat istiadat secara khusus Simalungun. Laura tidak ingin kultur adat istiadat, budaya secara khusus berhenti begitu saja,” kata Penrad.

Ia menyebut konsistensi Laura dalam menghidupkan Sihoda menjadi alasan utama Kompas memberikan penghargaan Anugerah Puspa Pesona tersebut.

“Laura adalah salah satu pejuang kebudayaan. Konsistensi Laura bersama Sihoda inilah yang membuat Kompas memberikan penghargaan Anugerah Puspa Pesona,” lanjutnya.

Penrad menilai peran Sihoda sangat penting di tengah derasnya arus globalisasi dan dominasi budaya asing yang kian masif di kalangan generasi muda.

“Di tengah era globalisasi ini, di mana pertukaran budaya sangat cepat, tidak jarang banyak budaya-budaya bangsa ini akhirnya tergerus kemudian lambat laun hilang apalagi generasi sekarang sudah hidup di tengah era digital ini dicekoki dengan budaya-budaya asing melalui media sosial,” ujarnya.

Ia menyebut keberadaan Sihoda sebagai “penjaga gawang kebudayaan” yang strategis dan perlu mendapat perhatian dari pemerintah.

“Posisi Sihoda ini adalah posisi yang sangat strategis sekali menjadi penjaga gawang kebudayaan Indonesia secara khusus Simalungun. Saya pikir pemerintah termasuk pemerintah Provinsi Sumatra Utara (Sumut), Pemkot Siantar, dan Pemkab Simalungun harus melihat posisi strategis ini, sehingga kelompok-kelompok komunitas seperti Sihoda ini dapat dijadikan suatu prioritas dalam membangun karakter Siantar-Simalungun,” kata Penrad.

Ia pun mendesak agar Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Sumut serta para kepala daerah memberi dukungan konkret terhadap Sihoda.

“Saya berharap Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (DISBUDPAREKRAF) Provinsi Sumut, Bupati Simalungun, dan Wali Kota Pematangsiantar memberikan perhatian serius ke depan baik secara materiel maupun imateriel. Hal ini untuk memajukan kebudayaan sehingga karakter Siantar-Simalungun tetap memiliki nuansa-nuansa kearifan lokal dan budaya, di mana Simalungun adalah salah satu bagian dari daerah ini,” tuturnya.

Penrad juga menyatakan komitmennya untuk mengajak Sihoda dalam agenda resmi bersama kepala daerah.

“Ke depan saya akan bertemu Bupati Simalungun dan Wali Kota Siantar. Saya akan membawa Sihoda ini bersama saya, sehingga Sihoda lebih diberikan ruang dan peran sebagai pionir dalam menjaga kebudayaan Simalungun,” ujarnya.

Lebih lanjut, Senator asal Sumut ini turut mengapresiasi semangat generasi muda seperti Laura yang masih mau menghidupi nilai-nilai budaya lokal.

“Saya sangat mendukung ini karena sudah tidak banyak lagi anak-anak muda yang mau menghidupi, menggeluti, menjaga, dan mengembangkan nilai-nilai budaya mereka. Ini harus dilihat sebagai bagian potensi besar bagi kebudayaan Simalungun, Suku Simalungun, Kabupaten Simalungun, dan Kota Siantar,” ucap Penrad.

“‘Dari Simalungun untuk Indonesia’, saya pikir inilah salah satu jalannya melalui pentas-pentas budaya dan seni memperkenalkan Simalungun. Sihoda harus dijadikan jalan atau strategi untuk memperkenalkan Simalungun, tidak hanya di panggung nasional tapi sampai ke panggung internasional. Kita akan terus mendukung Sihoda untuk terus maju dan bertahan di tengah gempuran era globalisasi ini,” tutup Penrad menambahkan.[]

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya