News Jum'at, 18 Agustus 2023 | 18:08

Survei Indikator Politik: Ganjar Menunjukkan Tren Peningkatan, Anies Terus Melorot

Lihat Foto Survei Indikator Politik: Ganjar Menunjukkan Tren Peningkatan, Anies Terus Melorot Ganjar Pranowo. (Foto: Ist)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Indikator Politik Indonesia merilis hasil temuan survei terbaru tentang capres dan parpol menjelang Pemilu 2024, Jumat, 18 Agustus 2023.

Salah satu hasil kesimpulan survei, pasca dua partai parlemen secara resmi menyatakan dukungannya kepada Prabowo Subianto sebagai capres, semakin menguatkan kemungkinan tiga poros koalisi pengusung capres untuk Pemilu 2024 mendatang.

Koalisi NasDem, PKS dan Demokrat yang mengusung Anies Baswedan, koalisi PDIP dan PPP yang mengusung Ganjar Pranowo, dan koalisi Gerindra, PKB, Golkar dan PAN yang mengusung Prabowo Subianto.

"Dalam beberapa bulan ini, tampak tidak banyak dinamika terhadap basis dukungan capres, Ganjar dan Prabowo relatif berimbang di posisi teratas. Secara statistik basis Ganjar dan Prabowo tidak berbeda signifikan, tapi unggul signifikan dibanding Anies," terang Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi.

Disebutnya, jika dilihat lebih ke belakang pada basis tiga nama capres, tampak hanya Ganjar yang menunjukkan tren peningkatan dalam dua setengah tahun. Rata-rata dukungan Ganjar di tiap tahun konsisten menunjukkan peningkatan.

Prabowo sempat mengalami kemerosotan sepanjang tahun 2022 hingga awal tahun ini, kemudian kembali menguat tapi tidak melampaui rata-rata dukungannya di tahun 2021.

Rata-rata dukungan Prabowo di tahun ini meningkat tapi belum menyamai rata-rata dukungannya di 2021. 

Sementara Anies Baswedan, pernah mengalami peningkatan paling besar pasca pencapresannya oleh NasDem awal Oktober 2022, tapi kemudian trennya menurun. Rata-rata dukungan Anies turun di 2023.

"Dan jika kita lihat tren rata-rata dukungan terhadap tiga nama capres, tampak dinamikanya sangat landai. Ganjar bergerak di sekitar 5-6 persen dalam dua setengah tahun, tapi konsisten meningkat. Prabowo bergerak di sekitar 6-7 persen fluktuatif, dan Anies bergerak di sekitar 3 persen," terangnya.

Menurut dia, basis Ganjar cenderung lebih terkonsentrasi pada kelompok dan wilayah tertentu, sementara Prabowo dan Anies basisnya lebih menyebar. 

Ganjar dominan di kelompok etnis Jawa, kelompok non muslim, wilayah Jateng-DIY, dan terutama basis Jokowi-Ma’ruf Amin pada pilpres 2019. 

Basis Prabowo Subianto lebih menonjol pada kelompok etnis Madura, Sunda, Bugis, Melayu, wilayah Banten, Jawa Barat, Sulawesi, Kalimantan, dan terutama basis lamanya di pilpres 2019. 

Sementara Anies Baswedan lebih menonjol pada kelompok etnis Minang, Betawi, Bugis, Melayu, pendidikan dan pendapatan tinggi, warga perkotaan, di DKI Jakarta, Sumatera, Sulawesi, yang tidak puas dengan Jokowi dan terutama basis Prabowo-Sandi di pilpres 2019.

Separuh basis Jokowi-Ma’ruf Amin pada pilpres 2019 cenderung kepada Ganjar, selebihnya terbelah kepada Prabowo dan Anies, terutama Prabowo. 

Sementara basis Prabowo pada pilpres 2019 terbelah sangat besar terutama kepada Anies, hanya sedikit yang beralih ke Ganjar.

Parpol

Diungkap pula basis dukungan partai tampak PDIP masih lebih menonjol dibanding partai lain. 

PDIP paling banyak dipilih (24-25%), unggul signifikan dari partai lain. Gerindra (12%) di posisi kedua tapi tidak signifikan dibanding Golkar (10-11%) yang berada di posisi ketiga dan PKB (8%) di posisi keempat. 

Kemudian Demokrat 6.9 persen, PKS dan NasDem masing-masing sekitar 5 persen, PAN 4 persen, PPP 2-3 persen, Perindo 1-2 persen, partai lain lebih rendah, dan yang belum bisa menunjukkan pilihan partai sekitar 16-17 persen.

BACA JUGA: Dilabeli Sebagai Lurah dan Diseret-seret Urusan Capres, Jokowi: Saya Bukan Lurah, Saya Presiden

Dan dinamika terhadap dukungan partai tampak sangat rendah, masing-masing hanya bergerak di sekitar 1 persen, tidak ada perubahan berarti. 

"Tapi jika kita lihat agak ke belakang, selama tahun 2023 ini tampak Demokrat dan PAN menunjukkan dinamika yang lebih besar, Demokrat cenderung menurun, PAN cenderung meningkat," bebernya.

Muhtadi meneruskan, basis partai tampak memiliki efek sangat kuat terhadap dukungan capres. Basis partai-partai koalisi secara umum cenderung mendukung calon yang diusulkan partai. 

Basis Gerindra paling solid mendukung capres yang diusulkan partai, kemudian PDIP, PKS dan NasDem. Demokrat, PPP dan PKB, mayoritas basis pemilihnya keluar dari capres yang diusulkan partai. 

Basis Demokrat masih dominan kepada Anies, basis PPP terbelah cukup berimbang antara Ganjar dan Prabowo, dan basis PKB cenderung lebih banyak ke Ganjar.

Sementara basis Golkar dan PAN, kemungkinan belum terkonsolidasi kepada capres yang baru saja diusulkan oleh partai.

Basis pendukung partai akan menjadi modal utama bagi dukungan capres. Jika ke depan basis partai koalisi berhasil dikonsolidasikan sehingga lebih solid mendukung calon yang diusulkan partai, maka Prabowo Subianto potensial unggul dari dua pesaingnya, Ganjar dan Anies, karena basis koalisi yang mengusulkan Prabowo paling besar ketimbang koalisi lawan.

Tapi di sisi lain, akan sulit meningkatkan peluang menang capres jika basis pendukung partai tidak bertambah besar, karena faktanya split-ticket voting tampak tidak bisa dihindari karena berbagai faktor yang kompleks.

"Oleh karena itu, konsolidasi basis pendukung partai kepada capres yang diusulkan partai merupakan prioritas selanjutnya, prioritas utama adalah meningkatkan basis dukungan partai," katanya.

Hal ini kata dia, juga menjelaskan mengapa dinamika dukungan capres secara rata-rata dalam beberapa tahun ke belakang cenderung rendah, karena juga tidak banyak terjadi dinamika terhadap dukungan partai politik sebagai modal utama dukungan capres.

Survei ini dilakukan di pada rentang 15-21 Juli 2023.  Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel sebanyak 1.811 responden. Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.811 memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar ±2.35% pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Sampel berasal dari seluruh 38 provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.

Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya