Netizen Sabtu, 19 Februari 2022 | 11:02

Terkena Kanker Payudara di Usia Lanjut? Ini Saran Prof Zubairi Djoerban

Lihat Foto Terkena Kanker Payudara di Usia Lanjut? Ini Saran Prof Zubairi Djoerban Ilsutrasi Kanker Payudara. (Foto: Hellosehat)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Prof dr Zubairi Djoerban dalah dokter spesialis bagian dalam. Juga dikenal sebagai Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia.

Prof Zubairi rajin berbagai tips dan kiat terkait Covid-19 lewat Twitter. Dilihat Sabtu, 19 Februari 2022, Prof Zubairi membahas tentang pengobatan kanker payudara.

"Didiagnosis kanker payudara saat usia lanjut, disarankan melakukan kemoterapi, dan pertanyaan yang menyertai. Lansia bisa tahan terhadap kemoterapi? Selain kemoterapi, apakah ada pilihan lain? Efek samping kemoterapi terhadap lansia?" tulisnya.

Menjawab itu, Prof Zubairi menyebut bahwa standar pengobatan kanker payudara adalah operasi pengangkatan tumor, dilanjutkan dengan radioterapi, lalu disusul kemoterapi.

Namun tindakan pembedahan saja tidak cukup, karena kanker payudara cenderung menyebar ke organ tubuh lain, misalnya ke tulang, liver ataupun ke otak.

Bila jenis kankernya positif terhadap reseptor hormonal estrogen dan progesteron, maka pengobatan dilanjut dengan minum obat hormonal lima tahun penuh.

"Standar pengobatan tersebut adalah hasil penelitian terhadap banyak pasien. Bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah," katanya.

Untuk pasien kanker payudara usia lanjut, sambung Prof Zubairi, tidak memerlukan kemoterapi jika derajat pemeriksaan patologinya rendah, grade 1 dengan proliferasi rendah.

Baca juga: Prof Zubairi: Klorokuin dan Ivermectin Tak Boleh Dipakai Lagi untuk Sembuhkan Covid-19

Kemudian, invasi ke pembuluh darah tidak ada atau minimal reseptor estrogen dan progesteronnya positif kuat dan Cerb B2 (Her2) negatif dan diameter tumornya tidak lebih dari 2 sentimeter.

"Jika lansia masuk dalam kriteria tadi, maka tidak memerlukan kemoterapi, meskipun kanker sudah menyebar ke organ lain. Pengobatannya cukup pengobatan endokrin. Misalnya, minum obat hormonal," terangnya.

Prof Zubairi memberi catatan, dalam pertemuan akbar tentang pengobatan kanker di Chicago yang dia ikuti pada 2010, pengobatan kanker itu tidak bisa lagi dilakukan secara seragam. Hasil cenderung lebih baik jika dilakukan personal.

"Artinya, Anda harus tetap berkomunikasi dengan baik dan intens tentang kemoterapi kepada tim dokter yang merawat Anda. Sebab, seperti yang saya bilang tadi. Pengobatan kanker tidak bisa lagi seragam. Harus lebih personal agar hasilnya lebih baik," tandasnya.

Manfaat kemoterapi kata dia, besar sekali mencegah kanker kambuh dan menyebar. Apalagi jika reseptor estrogen dan progestron negatif, grade patologi anatomiknya 3, proliferasi tinggi, menginvasi pembuluh darah, menyebar ke 4 kelenjar ketiak atau lebih, dan diameter kankernya > 5 sentimeter.

Untuk kondisi tersebut, jelas dia, walau ada efek samping, manfaat kemoterapinya jauh melebihi efek sampingnya. Lagipula, sebelum kemoterapi, dokter akan memeriksa apakah kondisi jantung, paru, ginjal, liver Anda cukup kuat, kemudian obatnya akan disesuaikan.

Sekarang ini cukup banyak obat untuk mencegah mual muntah akibat kemoterapi. Demikian pula tersedia obat untuk mencegah atau mengatasi bila kemoterapi menyebabkan sel darah putih menjadi amat rendah.

"Semoga penjelasan ini berguna dan sekali lagi tetap konsultasi dokter spesialis penyakit dalam, konsultan onkologi medik sebelum memulai pengobatan lanjutan," tukasnya. []

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya