News Jum'at, 02 Desember 2022 | 18:12

Utusan Presiden AS soal LGBT Bermaksud ke Indonesia, Ormas Islam Menolak

Lihat Foto Utusan Presiden AS soal LGBT Bermaksud ke Indonesia, Ormas Islam Menolak Jessica Stern. (Foto: Twitter)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Jessica Stern bakal hadir di Indonesia pada 7-9 Desember 2022. Dia merupakan Utusan Khusus Presiden AS Joe Biden soal LGBTQ.

Suara penolakan dari dalam negeri pun muncul atas rencana kedatangan Jessica tersebut. Selain MUI, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu`ti juga menyuarakan hal serupa.

Melalui akun Twitter yang dilihat Jumat, 2 Desember 2022 Abdul Mu`ti menyebut pemerintah dapat menyampaikan keberatan terhadap rencana kehadiran Jessica Stern.

"Rencana kunjungan Jessica Stern ke Indonesia hanya akan menimbulkan masalah sosial, keagamaan, dan politik di Indonesia," tulisnya dikutip Opsi. 

Disebutnya, dalam situasi sekarang ini, kunjungi Jessica Stern sudah pasti akan menimbulkan kegaduhan dan potensi perpecahan kelompok yang pro dan kontra terhadap LGBT.

Menurutnya, kalau alasannya adalah untuk membela HAM, sebenarnya ada masalah HAM yang sudah jelas-jelas terjadi di Palestina. Tetapi Amerika Serikat hanya diam seribu bahasa.

Baca juga: Tampilkan Adegan LGBT, Film Lightyear Dilarang Tayang di 14 Negara

Perilaku LGBT jelas bertentangan dengan ajaran agama Islam dan Pancasila. Mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam. Sila pertama Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa tegas menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang religius.

Dalam konteks tersebut, Jessica Stern dan Pemerintah Amerika Serikat menurut Mu`ti, hendaknya menghormati Indonesia sebagai negara yang berdaulat dengan tidak memaksakan nilai-nilai yang bertentangan dengan moral dan kepribadian luhur bangsa Indonesia.

Pemerintah Indonesia memiliki hubungan diplomatik dan bilateral yang baik dengan AS. Akan tetapi, demi kepentingan politik di dalam negeri terutama untuk menjaga persatuan bangsa, pemerintah melalui Kemenlu dapat menyampaikan keberatan dengan kehadiran Jessica Stern ke Indonesia.

Selama ini pemerintah Indonesia menjalin kemitraan yang baik dengan Amerika Serikat misalnya dalam masalah Myanmar dan Afghanistan.

Ormas Islam mendukung sikap dan program pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat untuk perlindungan dan pemberdayaan perempuan di Afghanistan. 

"Tetapi dalam hal LGBT umat Islam sudah jelas menolak," tegasnya.

Ditambahkan, Pemerintah Amerika Serikat hendaknya memahami psikologi dan pandangan umat Islam Indonesia terhadap LGBT.

"Jangan sampai hubungan dan kerja sama yang selama ini sudah terbangun antara masyarakat Indonesia dan Amerika Serikat dalam bidang pendidikan, kebudayaan, dan kemanusiaan yang terjalin dengan baik menjadi rusak akibat kunjungan Jessica Stern ke Indonesia," tukasnya.

Dilansir dari Reuter, Jessica Stern dikonfirmasi akan mengunjungi Indonesia pada 7-9 Desember 2022.

Kementerian Luar Negeri AS menyebutkan, selain mengunjungi Indonesia, beberapa hari sebelumnya dia juga akan melawat ke Vietnam dan Filipina. 

Disebutkan, selama kunjungannya, Jessica akan bertemu dengan pejabat pemerintah dan perwakilan dari masyarakat sipil untuk membahas hak asasi manusia, termasuk memajukan HAM bagi LGBTQI+.

Baca juga: Gelandang Jerman Ilkay Gundogan yang Beragama Islam Minta Polemik LGBT Dihentikan

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menyatakan penolakan pihaknya atas rencana kedatangan Jessica tersebut.

Jessica merupakan figur yang ditunjuk langsung Presiden Biden sebagai Utusan Khusus AS untuk memajukan Hak Asasi Manusia Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Queer, dan Interseks (LGBTQI+) pada Juni 2021. 

Dia akan mengawasi implementasi Memorandum Presiden 4 Februari 2021 tentang Memajukan Hak Asasi Manusia LGBTQI+ di Seluruh Dunia.

Tempo menulis Jessica pernah memimpin OutRight Action International, organisasi hak asasi manusia LGBTQI+ global dengan jabatan direktur eksekutif selama sepuluh tahun.

Jessica  pernah menjadi peneliti di Human Rights Watch, Ralph Bunche Fellow di Amnesty International, direktur program di Pusat Hak Konstitusional, Human Rights Watch, dan asisten profesor di School of International & Public Affairs Universitas Columbia. 

Menjadi anggota berbagai dewan dan dewan penasehat, termasuk Kelompok Referensi LGBTI dari UNWomen dan Kelompok Penasihat Masyarakat Sipil dari Forum Kesetaraan Generasi. 

Dia menerima banyak penghargaan termasuk dari Attitude Magazine, Crain`s New York Business, Gay City News, dan Metropolitan Community Church. []

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya