News Minggu, 02 Oktober 2022 | 08:10

Dalam Regulasi FIFA Tidak Dibenarkan Menembakan Gas Air Mata saat Kerusuhan, Ini Kata Kapolda Jatim

Lihat Foto Dalam Regulasi FIFA Tidak Dibenarkan Menembakan Gas Air Mata saat Kerusuhan, Ini Kata Kapolda Jatim Gas air mata ditembakkan untuk menghalau suporter di Stadion Kanjuruhan Malang. (Foto: Opsi/Int)
Editor: Rio Anthony

Malang - Penyebab banyaknya orang tewas saat laga Arema FC vs Persebaya diduga karena tembakan gas air mata dari polisi sehingga penonton panik dan berhamburan lari keluar lapangan membuat sebagian suporter terinjak-injak.

Padahal dalam regulasi FIFA tidak diperkenankan pihak keamanan menembak gas air mata saat mengendalikan massa.

Namun kenyataan di lapangan berbeda dengan regulasi FIFA yang semestinya dipegang penuh PSSI, penyelenggara kompetisi, klub, hingga panitia penyelenggara.

Polisi yang bertugas mengamankan pertandingan Arema vs Persebaya menembakkan gas air mata ke tribune penonton guna menenangkan suporter yang marah setelah Singo Edan dibekuk Bajul Ijo, 2-3.

Larangan FIFA soal penggunaan gas air mata itu tertuang pada Bab III tentang Stewards, pasal 19 soal Steward di pinggir lapangan.

"Dilarang membawa atau menggunakan senjata api atau gas pengendali massa," tulis dalam regulasi FIFA tersebut.

Penggunaan gas air mata oleh polisi yang ditembakkan ke tribune penonton itu pun jadi pertanyaan besar bagi netizen saat terjadi kerusuhan usai laga.

"Padahal udah jelas, regulasi dari FIFA penggunaan gas air mata di stadion itu dilarang. Kok yo bisa-bisanya gunain itu di stadion dengan masa banyak dan pintu keluar yang kecil," tulis salah satu netizen di Twitter.

"Indonesia akan dibanned FIFA gegara kasus ini," warganet lain menimpali.

"Membawa gas air mata ke dalam stadion aja udah dilarang sama FIFA, ini malah ditembakin, ngeri sekali,"komentar netizen lainnya.

Sementara itu Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta mengatakan pihaknya menembakan gas air mata karena para pendukung Arema yang tidak puas dan turun ke lapangan melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.

"Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen," kata Nico dikutip dari Antara. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya