Jakarta – Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bidang Ekonomi Keuangan Anis Byarwati memberikan peringatan tegas kepada pemerintah terkait penurunan drastis dalam penerimaan pajak.
Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan per akhir Agustus 2024, realisasi Pendapatan Negara dan Hibah tercatat Rp1.776,98 triliun, hanya mencapai 63,41 persen dari target APBN 2024.
"Capaian ini menunjukkan penurunan sebesar Rp45,15 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, atau terkontraksi 2,48 persen," ujarnya saat konferensi pers di Komplek Parlemen, Jakarta, pada 4 November 2024.
Anis menjelaskan bahwa penerimaan perpajakan dan PNBP masing-masing mengalami penurunan 2,73 persen dan 4,78 persen.
Menurutnya, berakhirnya fenomena lonjakan harga komoditas seharusnya menjadi sinyal bagi pemerintah baru untuk lebih berhati-hati dalam pengelolaan keuangan negara.
"Defisit yang melebar nyaris menyentuh batas aman 3 persen dari PDB harus menjadi perhatian serius," tegasnya.
Dalam menghadapi tantangan ini, Anis menekankan pentingnya merasionalisasi belanja pemerintah, terutama untuk proyek-proyek yang tidak produktif.
"Kebijakan untuk mengurangi studi banding ke luar negeri dan menahan proyek-proyek ambisius seperti IKN harus segera diterapkan," tuturnya.
Ia percaya bahwa langkah-langkah tersebut penting untuk mendorong daya beli masyarakat dan meminimalisir pemborosan anggaran.
Sementara itu, Anis juga mengamati penurunan angka Purchasing Managers` Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global.
PMI yang tercatat pada angka 49,2 menunjukkan bahwa sektor manufaktur kembali terkontraksi di bawah 50, mengindikasikan pesimisme pelaku usaha.
"Ini sudah terjadi selama empat bulan berturut-turut, dan bisa berimbas pada penurunan pendapatan negara," katanya.
Anis mendesak pemerintah untuk mengambil langkah-langkah kebijakan yang dapat meyakinkan dunia usaha.
"Kita perlu intervensi yang tepat untuk mendongkrak daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan memberi dampak positif bagi perekonomian Indonesia, mengingat sektor manufaktur merupakan kontributor terbesar PDB," pungkasnya.[]