News Senin, 11 April 2022 | 02:04

Faisal Basri: Sebentar Lagi Pemerintah Akan Menyerah

Lihat Foto Faisal Basri: Sebentar Lagi Pemerintah Akan Menyerah Ekonom senior Faisal Basri. (foto: ist).

Jakarta - Ekonom Senior Faisal Basri mengkritisi melonjaknya sejumlah harga kebutuhan pokok di Tanah Air di pemerintah Joko Widodo atau Jokowi. Menurutnya, tinggal tunggu waktu saja pemerintah akan menyerah akibat tidak kuatnya menanggung subsidi.

Faisal berpendapat, pemerintahan Jokowi tak komperhensif dalam mengendalikan laju inflasi. Padahal, Jokowi sebelumnya telah membuat inflasi rendah.

Menurutnya, keberhasilan Presiden Jokowi dalam menekan inflasi hanya semu belaka. Hal ini terbukti dengan lonjakan harga kebutuhan pokok yang membuat beban rakyat semakin bertambah.

Baca jugaFaisal Basri: Jokowi Akan Ditinggalkan Kawan Politiknya Kala Kekuasaan Meredup

“Saya ingat legacy Jokowi pertama kali dalam sejarah ialah menghadiahi rakyat Indonesia dengan inflasi yang rendah secara konsisten,” ujar Faisal Basri dalam webinar bertajuk “Harga Kian Mahal, Recorvery Terganggu", Jumat, 8 April 2022, dikutip dari Suara.com.

Ekonom dari Universitas Indonesia ini menilai obsesi Presiden Jokowi dalam mengendalikan inflasi dengan hasil cepat justru menjadi bumerang. Menurutnya, pemerintahan Jokowi selama ini justru melakukan metode injak kaki, alih-alih memperbaiki logistik.

Sontak, cara pengendalian inflasi dengan cepat itu memicu subsidi menggelembung. Faisal bahkan menyebut bukan tidak mungkin jika pemerintah sebentar lagi menyerah karena besarnya subsidi untuk rakyat.

“Saya rasa, sebentar lagi pemerintah akan menyerah karena subsidinya luar biasa,” ucap Faisal.

Lebih lanjut, Faisal menjelaskan konsumsi pangan yang masih tinggi menandakan sebagian besar rakyat Indonesia pendapatannya masih rendah. Artinya, jika harga pangan bergejolak, maka kondisi itu akan sangat mempengaruhi rakyat miskin. Situasi itu dinilai bisa menimbulkan gejolak sosial.

Sebagai informasi, Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), 20 persen masyarakat menggunakan pendapatan mereka sebesar 64 persen untuk makanan. Adapun jika 20 persen masyarakat terkaya pengeluaran makanan hanya 39,2 persen, maka hal ini menyebabkan pertumbuhan angka kemiskinan bisa mencapai dua digit lagi. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya