Jakarta - Gempa bumi dengan magnitudo (M)4,9 berdampak pada kerusakan rumah warga Seram Bagian Barat, Maluku.
Data sementara Pusat Pengendalian Operasi BNPB pada Jumat, 25 Maret 2022 pukul 19.40 WIB, sebanyak 42 rumah rusak akibat guncangan fenomena alam tersebut.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Seram Bagian Barat menginformasikan wilayah terdampak di Desa Kamarian, Kecamatan Kairatu.
Laporan sementara menyebutkan tidak ada korban jiwa akibat peristiwa ini. Sebanyak 42 KK terdampak di kabupaten ini.
Saat gempa terjadi pada Kamis, 24 Maret 2022 pukul 20.51 WIB, warga merasakan guncangan kuat dengan durasi 1 hingga 2 detik.
BPBD melaporkan warganya tetap berjaga-jaga di luar rumah dan waspada terhadap gempa susulan.
Setelah gempa terjadi, petugas tim reaksi cepat BPBD Kabupaten Seram Bagian Barat segera turun ke lapangan untuk melakukan kaji cepat.
Selain itu, petugas juga berkoordinasi dengan aparat desa untuk mendapatkan laporan dampak gempa tersebut.
Guncangan juga dirasakan warga di Pulau Ambon. Masyarakat Kota Ambon merasakan guncangan sedang selama 1 hingga 2 detik dan tidak ada kepanikan warga.
Pascakejadian BPBD Kota Ambon melakukan pemantauan kondisi wilayah terdampak guncangan.
Baca juga: Gempa Tektonik di Ambon, Magnitudo 3,3 Tak Berpotensi Tsunami
Parameter gempa M4,9 ini berpusat 12 km tenggara Kairatu dengan kedalaman 10 km. Berdasarkan pemodelan BMKG, gempa tidak memicu terjadinya tsunami.
Dilihat pada kekuatan guncangan yang diukur dengan skala MMI atau modified Mercalli Intensity, wilayah Kairatu pada IV MMI dan Ambon III MMI.
Berdasarkan parameter dari BMKG, IV MMI mendeskripsikan pada siang hari guncangan dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderit dan dinding berbunyi.
BNPB mengimbau pemerintah daerah dan warga tetap waspada dan siap siaga. Berdasarkan analisis inaRISK, sebanyak 11 kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Barat memiliki potensi gempa dengan kategori sedang hingga tinggi. Salah satu wilayah dengan potensi bahaya tersebut yaitu Kecamatan Kairatu.
Merespons fenomena gempa, warga diharapkan dapat melakukan evakuasi mandiri dengan aman, tentunya dengan memperhatikan berbagai parameter yang terlebih dahulu diidentifikasi oleh setiap keluarga.
Korban jiwa terjadi bukan disebabkan fenomena gempanya tetapi bangunannya. Di samping itu, warga diharapkan untuk tidak terpancing isu tidak benar yang mungkin tersebar melalui media atau jejaring sosial. []