Pilihan Senin, 30 Oktober 2023 | 21:10

Hasilkan Uang dari Daun Talas Beneng Jadi Alternatif Pendapatan Masyarakat Sindangsari

Lihat Foto Hasilkan Uang dari Daun Talas Beneng Jadi Alternatif Pendapatan Masyarakat Sindangsari Budidaya daun talas beneng. (Foto: Istimewa)

Jakarta - Banyak orang bertanya bagaimana bisa daun talas beneng bisa menghasilkan uang? Bagaimana mana prosesnya? Digunakan untuk apa daun talas beneng? Bagaimana pemasarannya?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut timbul bagi banyak orang yang mencari alternatif pendapatan dalam mencari alternatif usaha membuat bisnis baru atau mengembangkan bisnis yang sudah digelutinya.

Sebenarnya budidaya daun talas beneng bukan merupakan hal baru lagi bagi pengusaha khususnya para petani talas beneng.

Talas beneng merupakan tanaman yang umbinya dimanfaatkan untuk dijadikan bahan makanan dengan cara direbus kemudian dikonsumsi sebagai makanan sehat rendah karbohidrat.

Selain itu, talas beneng juga bisa menjadi bahan makanan olahan seperti kue, kripik dan sebagainya. Tetapi, daun tanaman ini pun bisa dimanfaatkan menjadi salah satu pendapatan ekonomi yang tidak kalah menggiurkan, seperti yang dilakukan warga Desa Sindangsari Kabupaten Serang, Provinsi Banten.

Eben salah satu warga Desa Sindangsari menjelaskan, talas beneng merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis sebab selain umbi, daunnya juga bisa dijual.

Tembakau dari budidaya daun talas beneng. (Foto: Istimewa)

"Terlebih dahulu daunnya dikeringkan sebagai bahan tembakau yang saat ini sudah sampai diekspor ke mancanegara," kata Eben seperti meneruskan keterangannya, Senin, 30 Oktober 2023.

Di Desa Mekarsari, Kecamatan Cinangka banyak membudidayakan talas beneng (Xanthosoma undipes). Daunnya bisa dipanen jika usia tanaman itu sudah ada sekitar empat bulan.

Berbeda dengan umbinya yang bisa dipanen setelah usia tanaman mencapai dua tahun. Setelah umbi dipanen, selanjutnya mahkota dipotong baru bisa ditanam lagi.

Berat umbi sekali panen bisa mencapai 10 kilogram per batang talas beneng. Untuk lahan satu hektar talas beneng, per bulannya bisa mencapai 3 ton daun talas.

Maka, dengan harga satu kilo Rp 1000 daun talas beneng basah, satu bulan petani bisa mendapat Rp 3 juta. Daun talas beneng memiliki peruntukan sebagai substitusi atau pengganti tembakau. Jika tembakau memiliki kandungan nikotin, daun talas tidak memiliki kandungan nikotin.

Menurut informasi warga Desa Sindangsari, peruntukan daun talas beneng digunakan sebagai bahan baku tembakau yang terbuat dari daun talas beneng.

Sedangkan proses pengolahannya hampir sama dengan daun tembakau mulai dari pemetikan, pengikatan, pematangan daun, penyortiran, perajangan, penjemuran.

Selanjutnya, yang membedakan adalah setelah dipetik daun talas beneng langsung dirajang dan dikeringkan. Untuk proses pengeringannya butuh 1 hari dengan cuaca panas bisa lebih cepat.

Eben mengungkapkan, yang menjadi kendala saat ini ada pada proses pengeringan di lokasi Desa Sindangsari.

Musababnya, cuaca di desa yang terletak di pegunungan terkadang tidak menentu, sehingga apabila musim panen di saat cuaca kurang mendukung maka daun talas beneng yang tidak langsung dikeringkan akan membusuk dan gagal produksi.

Dari hasil survei lokasi budidaya talas beneng di Desa Sindangsari, proses pemasaran saat ini dilakukan melalui penjualan kepada tengkulak yang mengambil bahan baku daun talas yang telah kering ke petani langsung.

"Penjualan kepada tengkulak nantinya akan di ekspor ke luar negeri," ujarnya.

Mesin pengering hybrid daun talas beneng. (Foto: Istimewa)

Kendati demikian, saat ini pengolahan budidaya daun talas beneng sudah lebih maju dengan adanya mesin pengering hybrid menggunakan biomassa dan matahari.

Mesin modern itu digunakan untuk mengeringkan daun talas beneng tanpa terhalang cuaca. Selain itu, pemasaran hasil budidaya dan produksinya sudah semakin maju.

Mesin pengering tersebut merupakan bantuan Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bantuan itu hasil kerja sama dengan Universitas Darma Persada Jakarta. 

Ketua Tim Pelaksana Didik Sugiyanto, ST.,M.Eng., Anggota Dr. Asyari dibantu mahasiswa sebagai pelaksana kegiatan bermitra dengan Koperasi Gunung Malang yang menaungi para petani khususnya talas beneng dalam meningkatkan budidaya dan pengolahan serta pemasaran talas beneng dan daunnya di Desa Sindangsari.

Selain proses produksi, dari segi pemasaran saat ini sudah mulai meningkat setelah kerja sama workshop pelatihan yang dilakukan oleh Dr. Agus Munandar, MSc dari Universitas Esa Unggul.

Mahasiswa juga turut membantu melalui manajemen pemasaran berbasis teknologi informasi, sehingga para petani dan UMKM sudah mulai memasarkan produknya secara online.

Sebelumnya, para petani dan UMKM menjual produk mereka secara langsung ke tengkulak yang datang ke lokasi.

Ketua RT di Desa Sindangsari, Dayat mengungkapkan kegiatan Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat ini sangat membantu meningkatkan kesejahteraan tidak hanya dibidang teknologi peralatan pengolahan daun talas beneng tetapi juga dengan adanya pelatihan manajemen pemasaran.

"Kegiatan ini banyak menambah wawasan bagi warga desanya yang letaknya di pegunungan, namun dengan adanya kegiatan ini mulai terbuka wawasannya sehingga bisa mengolah produk pertanian menjadi lebih mudah dan memasarkan dengan cara yang lebih luas dengan cara yang mudah," ucap Dayat.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya