Jakarta - Anggota Komisi III DPR Taufik Basari menilai Irjen Ferdy Sambo tidak memiliki jiwa kesatria, sempat tak mengakui telah melakukan pembunuhan berencana Brigadir Yosua Hutabarat (Brigadir J).
Adapun terjeratnya Sambo sebagai tersangka, setelah Richard Eliezer Pudihang Lumiu (Bharada E) mengubah berita acara pemeriksaan (BAP). Dalam keterangan terbarunya itu, Bharada E mengaku hanya mendapat perintah dari Irjen Sambo untuk menghabisi nyawa Brigadir J.
Menurut pria yang akrab disapa Tobas itu, saat ini Polri memiliki problem sangat besar yang berkaitan dengan kultur.
Baca juga: DPR Minta Kapolri Pecat Polisi yang Obstruction of Justice Kasus Brigadir J
"Andaikan saja ketika peristiwa ini terjadi, si pelakunya punya jiwa kesatria, ya mungkin karena emosi atau ada motif lainnya kemudian terjadi pembunuhan," ucap Tobas saat melakukan RDP dengan jajaran Polri di Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 24 Agustus 2022.
Politikus NasDem itu memperkirakan, apabila Sambo jujur sejak awal menghabisi nyawa Brigadir J, maka reputasi Polri tidak babak belur seperti sekarang ini.
"Kalau pelakunya ini punya jiwa satria, dia akan menyampaikan bahwa saya telah melakukan pembunuhan, saya bersalah, dan saya siap bertanggung jawab," kata Tobas.
Baca juga: Di Depan Kapolri, Desmond Singgung Bukti Baru Kasus KM 50
Diketahui, Sambo mulai mengakui perbuatannya terkait pembunuhan berencana setelah ada kesaksian dari Bharada E, Bripka Ricky Rizal, dan Kuat Ma`ruf.
"Tapi sayangnya kemudian jiwa satria itu tidak ada dan akhirnya menjadi seperti ini," ucap Tobas.
Sehingga, ujar Tobas, kultur Tribrata-nya Sambo harus dipertanyakan.
"Apabila kita melakukan kesalahan, kita harus berjiwa satria, siap untuk menanggung risiko dan bertanggung jawab terhadap perbuatan kita, pesan itu harus jelas sekali," ujar Taufik Basari. []
