Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut pandemi Covid-19 telah memaksa Indonesia untuk melakukan reformasi di berbagai sektor, termasuk layanan di industri kesehatan.
Pasalnya, saat menghadapi Covid-19 sejak tahun lalu, Indonesia harus mengandalkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan farmasi dan alat medis.
"Indonesia harus bisa memproduksi berbagai alat kesehatan (alkes) dan obat-obatan di dalam negeri," kata Luhut dalam The 9th US-Indonesia Investment Summit dikutip Opsi, di Jakarta, Rabu, 15 Desember 2021.
Menyadari tingginya ketergantungan pada asing, Presiden Jokowi pun menginstruksikan seluruh menterinya untuk bisa melakukan transformasi di sektor kesehatan.
Pemerintah, lanjut Luhut, mulai melakukan perbaikan dengan meningkatkan kapasitas laboratorium untuk pengetesan, pasokan oksigen, hingga pengadaan obat-obatan baik dari dalam maupun luar negeri.
"Pemerintah juga terus mendorong produksi vaksin dan farmasi yang memproduksi obat terapi untuk Covid-19 di Indonesia," katanya.
Dia mengakui industri farmasi termasuk industri dengan prosedur standar yang rumit. Terlebih dengan kapasitas teknologi dan ahli yang terbatas.
"Maka, pemerintah sudah menyediakan beberapa insentif untuk investor di industri farmasi berupa tax holiday, kemudahan perizinan, dan kepastian pengadaan pemerintah yang sesuai dengan syarat kandungan lokal (Tingkat Komponen Dalam Negeri/TKDN)," katanya.
Insentif lain yang disiapkan juga termasuk super tax reduction untuk pembangunan pusat riset dan pengembangan di industri farmasi.
"Dengan penduduk hampir 280 juta jiwa dan ukuran ekonomi yang besar, saya rasa pusat riset di Indonesia akan sangat penting," ucap Luhut. []