Jakarta - Pengamat politik Indonesia Muhammad Qodari menyebut Luhut Binsar Pandjaitan adalah sosok multitalenta dan paripurna.
"Kenapa saya sebut multitalenta? Satu, beliau prajurit yang tangguh. Yang kedua adalah pengusaha yang sukses, lalu beliau adalah menteri terpercaya," ujar Qodari saat didapuk menjadi pembicara dalam diskusi yang difasilitasi PP GMKI, Jumat, 18 Februari 2022.
Topik diskusi lewat zoom dan disiarkan di kanal YouTube GMKI adalah `Forum Pemimpin Inspiratif: Dari Prajurit Tangguh, Pengusaha Sukses, Menjadi Menteri Terpercaya`.
"Saya bukan bermaksud mengoreksi panita. Tapi kalau saya diperbolehkan merevisi judul, (Luhut) juga pengabdi masyarakat. Karena beliau kan membuat yayasan, membangun sekolah. Jadi sebetulnya beliau ini sangat-sangat multitalenta, boleh dibilang manusia langka lah," imbuh Qodari.
Dia kemudian mengungkap bagaimana sosok Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi di kabinet kedua Presiden Jokowi itu bisa sampai dalam posisi yang kini dicapainya.
"Kalau belum ada biografinya, saya tertarik juga menulis tentang beliau ya, karena ini kan termasuk langka sekali," katanya, menimpali penjelasannya.
Baca juga: Luhut Pandjaitan: Saya Berjanji Kalau Kalian Investasi di Sini, Kita akan Menjaganya
Tetapi poin penting menurut pengamatan Qodari, capaian Luhut sejauh ini, tidak terlepas dari sosoknya yang memang terlahir sebagai orang pintar.
"Walaupun orang tuanya sopir bus, tetapi Pak Luhut terlahir sebagai anak yang pintar," katanya.
Dia lantas membeber alasan mengapa Luhut disebut orang pintar. Luhut bisa meraih sejumlah prestasi terbaik selama karier di militer. Luhut misalnya peraih Adhi Makayasa tahun 77, dan pernah menjadi komandan korem terbaik tahun 1995.
Kemudian kalau ikut pelatihan-pelatihan, terbaik terus. Kursus dasar kecabangan infanteri lulus terbaik 1971, kursus komando terbaik tahun 1971, dan kursus lintas udara 1971.
"Jadi beliau ini pasti pintar," tegasnya.
Qodari lantas memberi tips kepada para peserta diskusi, di mana menurut dia, ada yang bisa diperbaiki seseorang agar bisa sukses meski misalnya tidak sepintar Luhut.
"Itu adalah soal passion. Setiap kita itu harus bisa menemukan passion," katanya.
Dia lalu bertutur soal dirinya kenapa kemudian lebih berkiprah di dunia politik sebagai ahli politik di Tanah Air, tak lain karena karena passionnya di politik.
"Saya terus terang waktu kuliah di UI tahun 1992 ambil jurusan fakultas psikologi. Tahun kedua saya merasa salah jurusan, tapi karena ini ilmu bagus, saya selesaikan. Kemudian saya bernazar kalau sekolah lagi saya akan belajar ilmu politik dan itu saya lakukan S2 di Inggris, S3 di UGM, saya ambil ilmu politik," terangnya.
"Kita kalau menemukan passion, walau tidak sepintar Pak Luhut ya bisa juga ngetop, bisa juga berhasil, bisa juga maksimal," katanya.
Qodari menyebut bahwa tidak semua orang memiliki kecerdasan yang sama. Semua ada kurva normalnya, baik tinggi badan, kegantengan, kecantikan, kekayaan dan kepintaran.
"Artinya kita yang kepintarannya gak jenius banget, kita bisa berhasil dalam hidup, kalau kita tahu passion kita di mana. Ada orang passion satu, ada passionnya dua, ada yang tiga. Passion pendidikan, jadilah sekolah guru. Kalau pasion teknik jadilah insiniur, kalau passion bidang ekonomi sekolah bidang manajemen sekolah akuntansi," ulasnya.
Menurut Qodari, kenapa passion itu penting, karena dengan passion yang tepat bisa sekolah yang tepat, dan bekerja yang tepat.
"Karena sesuai dengan passion kita maka kita senang. Passion itu saya samakan dengan hobi," jelasnya. "Pesan saya anak muda pilihlah passion Anda," sambungnya.
Dikatakannya, Luhut berhasil pasti karena selain pintar, passionnya tentara. Itu sebabnya selalu the best terus dalam semua bidang, terutama dalam karier militernya.
"Nah, terlepas dari kepintaran dan passion, saya juga melihat Pak Luhut itu bekerja sebaik-baiknya di dalam penugasan yang diberikan kepada beliau," ungkap Qodari kemudian.
Ketika menjadi tentara, Luhut yang terbaik. Ketika sekolah tentara juga yang maksimal. Ketika ditunjuk duta besar oleh Presiden BJ Habibie, Luhut juga berhasil. []