News Jum'at, 12 September 2025 | 15:09

Menkeu Baru Hadapi PR Berat: Dua Indeks Ekonomi Kunci Menunjukkan Sinyal Bahaya

Lihat Foto Menkeu Baru Hadapi PR Berat: Dua Indeks Ekonomi Kunci Menunjukkan Sinyal Bahaya Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PKS, Anis Byarwati.

Jakarta - Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Anis Byarwati, mengkhawatirkan kondisi perekonomian Indonesia setelah Bank Indonesia (BI) merilis data penurunan dua indikator penting ekonomi.

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Agustus 2025 menunjukkan tren yang mengkhawatirkan bagi stabilitas ekonomi nasional.

Legislator yang juga anggota Komisi XI DPR RI ini menyampaikan keprihatinannya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis, 12 September 2025.

Menurutnya, kondisi ini berpotensi memperburuk pemulihan ekonomi yang sedang berjalan.

Data BI yang dirilis pada 10 September 2025 menunjukkan IKLK Agustus berada di angka 93,2, masih jauh di bawah ambang batas optimis 100.

Kondisi ini menandai periode pesimisme keempat secara berturut-turut sejak Mei 2025, mencerminkan keraguan masyarakat terhadap prospek lapangan kerja.

"Menurunnya optimisme terhadap pekerjaan berpotensi menekan konsumsi rumah tangga, karena masyarakat akan lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Jika berlanjut, hal ini dapat melemahkan permintaan domestik dan memperlambat pemulihan ekonomi nasional," ungkap Anis.

IKLK merupakan indikator yang mengukur persepsi masyarakat terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan.

Angka di bawah 100 menunjukkan pesimisme, sementara di atas 100 mencerminkan optimisme terhadap kondisi ketenagakerjaan.

Selain IKLK, Anis juga menyoroti penurunan Indeks Keyakinan Konsumen yang turun menjadi 117,2 pada Agustus dari posisi 118,1 di Juli 2025.

Meski masih berada di zona optimis karena masih di atas 100, angka ini merupakan yang terendah sejak September 2022.

"Meskipun masih di level optimis, namun eksekutif perlu merespon terhadap penurunan IKK, karena angka 117,2 adalah yang terendah sejak September 2022 atau hampir tiga tahun terakhir," tegas politisi PKS ini.

IKK mengukur tingkat optimisme atau pesimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan proyeksi masa depan. Penurunan indeks ini menunjukkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi ke depan.

Anis menilai kondisi ini menjadi pekerjaan rumah serius bagi Menteri Keuangan yang baru dilantik.

Melemahnya keyakinan konsumen akan berdampak langsung pada penurunan konsumsi masyarakat, yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.

"Ini menjadi pekerjaan rumah bagi Menteri Keuangan yang baru, yaitu fokus mengupayakan peningkatan konsumsi masyarakat dan daya beli," ujar anggota Badan Anggaran DPR RI ini.

"Berdasarkan kajian, jika konsumsi meningkat, investasi akan bergerak juga," sambungnya. 

Untuk mengatasi kondisi ini, Anis mengusulkan beberapa langkah kebijakan yang dapat ditempuh pemerintah. Salah satu solusi utama yang diajukan adalah menaikkan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP).

"Ide menaikkan PTKP pada 2 tahun lalu PKS pernah menyampaikan, kebijakan ini berpotensi mendorong perekonomian dan menjaga daya beli masyarakat," papar Anis.

Selain PTKP, legislator PKS ini juga menyarankan penerapan berbagai kebijakan fiskal ekspansif lainnya, antara lain:

- Pemberian subsidi kepada masyarakat

- Pemotongan pajak yang lebih luas  

- Program cash transfer langsung

Anis menekankan pentingnya respon cepat dari pemerintah untuk mencegah semakin memburuknya kondisi ekonomi. Penurunan kedua indeks ini dapat menciptakan efek domino yang merugikan berbagai sektor ekonomi.

"Jika pemerintah tidak segera mengambil langkah antisipatif, dikhawatirkan pesimisme ini akan semakin dalam dan berdampak pada kontraksi ekonomi yang lebih serius," pungkas Anis.

Data ekonomi terkini ini menjadi alarm bagi pemerintahan baru untuk segera mengambil langkah-langkah strategis guna mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap prospek ekonomi nasional.[] 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya