News Senin, 27 Juni 2022 | 22:06

Pemuda Katolik Berharap Presiden Jokowi Jadi ‘Garam’ di KTT G7

Lihat Foto Pemuda Katolik Berharap Presiden Jokowi Jadi ‘Garam’ di KTT G7 Ketua Bidang Pertahanan dan Hubungan Internasional PP Pemuda Katolik, Julwanri Munthe. (Foto: Ist)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Pemuda Katolik berharap Presiden Jokowi bisa menjadi `garam` dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 atau G7 Summit di Schloss Elmau, Jerman.

Diketahui, Presiden Jokowi sudah bertolak ke Munich, Jerman pada Minggu, 26 Juni 2022 pagi. 

Jokowi diundang sebagai Ketua Presidensi G20 di ajang tersebut. Selain Indonesia, Jerman juga turut mengundang negara mitra lainnya, yaitu Argentina, India, Senegal, dan Afrika Selatan.

Ketua Bidang Pertahanan dan Hubungan Internasional PP Pemuda Katolik, Julwanri Munthe dalam keterangan tertulisnya menyebut, kehadiran Presiden Jokowi di sana sebagai garam, yakni memberikan rasa sensitivitas pada kemanusiaan.

Demi mengimbangi potensi api baru, yaitu rencana penambahan sanksi, dengan pembatasan impor emas Rusia oleh beberapa anggota G7, termasuk Presiden AS Joe Biden.

"Belakangan ini beberapa pertemuan dan forum selain tawar akan rasa (kemanusiaan), bahkan cenderung jadi api yang membakar. Maka perlu ada yang menggarami, mengembalikan tujuan untuk apa negara-negara melakukan konferensi tingkat tinggi, yaitu solving the problem, baik G7 atau G20 pada waktu mendatang," ujar Julwanri, Senin, 27 Juni 2022. 

Julwanri beranggapan bahwa tantangan global saat ini bukan menghentikan mesin perang salah satu negara yang berkonflik. 

Namun potensi krisis ekonomi, pangan, dan energi yang sulit terwujud tanpa perdamaian. Hal ini kata dia, harus menjadi roh perjuangan Presiden Jokowi.

Baca juga:

Presiden Jokowi Bawa Misi Hentikan Perang Ukraina-Rusia

"Di forum G7, Jokowi dan Indonesia sebagai Ketua Presidensi G20 dan mendapat dukungan masyarakat lebih dari kuat, juga secara posisi dianggap strategis karena tidak pernah masuk peta konflik, jadi punya supremasi moral," tukas dia.

Menurut dia, supremasi moral bisa sangat mahal. Hal yang dimiliki Indonesia tersebut sangat kuat mendorong kepentingan seluruh masyarakat internasional mengantisipasi krisis atau bahkan bencana global.

Menghadapi cara kerja konflik dan mesin perang yang rumit, Pemuda Katolik kata dia, berharap Indonesia tetap pada jalur lurus menyerukan solusi krisis energi dan pangan, yaitu perdamaian.

"Walaupun G7 bukan organisasi (informal) satu yang pasti forum ini juga bukan pakta pertahanan atau front, maka gaung untuk perdamaian bisa sangat kuat," tandas Julwanri. 

Sebelumnya, dalam keterangan sebelum terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jokowi mengatakan, dalam pertemuan itu, dia akan mendorong negara-negara G7 untuk mengupayakan perdamaian dunia salah satunya konflik Ukraina dan Rusia. 

“Dan juga secepat-cepatnya mencari solusi dalam menghadapi krisis pangan, krisis energi yang sedang melanda dunia. Memang upaya ini tidak mudah tapi kita Indonesia akan terus berupaya,” terang Jokowi. []

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya