Jakarta - Pengamata Ekonomi Mirah Kusumaningrum mengatakan ada anggapan bahwa bangsa kita merasa inferior atau minder terhadap sesuatu yang berbau luar negeri disebabkan oleh politik penjajahan eropa terdahulu yang menempatkan ras pribumi sebagai ras kelas tiga setelah ras Eropa dan ras Asia lainnya seperti keturunan Arab dan China.
Mindset bahwa sesuatu yang asing dan berbau luar negeri adalah lebih unggul dari produk kita pada gilirannya ternyata juga berdampak pada sektor ekonomi.
"Tanyakan saja dari seorang sopir angkot hingga bapak ibu pejabat di negara ini. Mereka pasti tahu barang barang bermerk luar negeri seperti LV, Gucci, Hermes, dll," kata dia
Dalam imaji mereka lanjutnya, produk-produk tersebut adalah produk dambaan dan kelas satu yang tidak mungkin bangsa kita ciptakan.
Padahal bukan tidak mungkin para pabrikan merek terkemuka dunia itu memakai jasa pembuatan produk mereka di Garut, Tasikmalaya maupun Cibaduyut dan Ciampea yang SDM daerah tersebut terkenal akan kehalusan buatan tangan mereka dan tentu saja murahnya tenaga SDM kita.
Pernah pada suatu kesempatan dalam suatu pameran produk lokal di Semarang saya tertarik untuk mencoba satu produk Permen Jahe bernama REED`S dengan kandungan produknya 100 persen buatan Indonesia dan dikerjakan oleh tenaga terampil lulusan Fakultas Farmasi lokal.
"Sebagai penggemar permen berempah saya betul-betul terkejut dengan rasa dan tekstur permen jahe buatan mereka.
Kalo boleh saya menilai, belum pernah saya takjub dengan paduan rasa yang sangat pas. Ini pastilah kualitas premium dunia," kata Mirah Kusumaningrum.
Pandangan Inferior tentang produk Nasional tentu membuat sulit berkembangnya UKM (Usaha Kecil dan Menengah) dan IKM (Industri Kecil dan Menengah).
Pikiran bahwa produk mereka lebih buruk kualitasnya masih terdapat di benak sebagian besar kita.
Belum lagi trend yang belakangan ini hadir yakni murah dan ekonomisnya produk produk dari negara China dan menghajar dari bawah produk-produk UKM dan IKM kita. Karena sebelumnya kita masih menganggap produk UKM dan IKM kita adalah produk murah dan murahan.
Pemerintah seyogyanya terus mendorong dan membantu UKM dan IKM kita karena kita pada dasarnya memiliki tenaga-tenaga terampil yang kreatif demikian pernah dikemukakan oleh Ketua DPR RI Puan Maharani pada suatu acara pameran UKM dan IKM di Bali.
Terkait upaya meningkatkan potensi UKM Puan Maharani juga memberikan dukungan akan program Pemerintah RI berupa bantuan subsidi upah dan bantuan UMKM yang akan diberikan tahun 2022. Besar harapan dengan bantuan tersebut UMKM Indonesia bisa bangkit kembali
Banyak contoh Negara maju dengan perekonomian yang kuat ternyata merupakan buah dari komitmen pemerintah dalam membangun ekonomi negara dengan cara menguatkan sektor UKM dan IKM negara tersebut seperti Jerman dengan sejarah ratusan tahun Zunf dan Gilde nya, China dengan kebijakan OVOP nya dan Korea Selatan dengan Semaul Undong nya.
Masyarakatnya pun mendukung dengan kecintaan pada produk dalam negerinya. Jangan-jangan tas Hermes yg kita pakai itu memang jahitan Garut, Ciampea atau Cibaduyut.
Meskipun selera itu soal lidah, tapi harus diingat juga bahwa jika kita sering berkunjung ke resto ber franchise asing seperti Mc. Donald, Burger King, Starbuck dll, maka added value ekonomis yang ada pada produk makanan tersebut dibawa terbang ke negara mereka.
"Banyak kok produk UKM dan IKM kita yang bisa bersaing dengan produk premium dunia. Bisa bersaing baik kualitas maupun harga, lha wong semua bahan baku kualitas terbaik ada terdapat kok di tanah Nusantara ini," tutur Mirah Kusumaningrum.
Pemerintah dapat lebih menguatkan UKM dan IKM dengan produk-produk regulasi pro UKM dan IKM, seperti kemudahan dan kecepatan perijinan, koordinasi nasional akses ke pasar global, alternatif pembiayaan, Infrastruktur serta pembinaan manajemen yang profesional.
Sektor perbankan Nasional kita harapkan juga dapat membantu mengeluarkan aneka produk pinjaman mikro tanpa agunan dengan bunga pinjaman tidak memberatkan.
UKM dan IKM selama ini disinyalir malah lebih sehat dan tepat waktu dalam membayar pinjaman mereka dibanding para pengemplang atas nama konglomerasi besar.
UKM dan IKM harus juga membekali diri mereka dengan peningkatan kualitas produk barang dan jasa mereka serta komitmen ketepatan waktu memenuhi kebutuhan pelanggan mereka.
Perlu diingat sektor UKM dan IKM dengan jumlah total mencapai 59 juta unit lebih tentu berperan juga dalam menyerap tenaga kerja 120 juta orang terlebih dimasa pandemi Covid-19 dengan struktur yang ramping, mereka dengan lincah dapat beradaptasi mengubah produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan jamannya.
Tentu hal ini sangat membantu perekonomian masyarakat, disamping banyak pula UKM dan IKM yang beguguran pada masa pandemi Covid 19 dewasa ini.
"Ayo kita perbaiki mindset Inferioritas kita tentang Produk dalam Negeri karena dengan menganggap produk kita itu kualitas satu maka kita bisa memperkuat ekonomi kita sendiri dan pada gilirannya akan mensejahterakan kita, handai taulan, kerabat, teman teman dan masyarakat serta bangsa kita," ajaknya. ()