Daerah Kamis, 27 April 2023 | 17:04

Ratusan Petani di Dairi Sumut Rayakan Hari Bumi, Tetap Menolak Hadirnya Tambang

Lihat Foto Ratusan Petani di Dairi Sumut Rayakan Hari Bumi, Tetap Menolak Hadirnya Tambang Perayaan Hari Bumi di Kabupaten Dairi, Sumatra Utara, digelar dekat perusahaan tambang PT DPM, Kamis, 27 April 2023. (Foto: Ist)
Editor: Tigor Munte

Dairi - Berlokasi di Desa Lae Markelang, Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatra Utara, ratusan petani rayakan Hari Bumi, Kamis, 27 April 2023.

Para petani mayoritas yang berdomisili di sekitar perusahaan tambang PT Dairi Prima Mineral (PT DPM).

Perayaan diisi tarian tradisional Batak, Pakpak, dan Simalungun. Ada pula persembahan pencak silat tradisional oleh grup Sanggar Seni Nabasa dari Kabupaten Toba. 

Hadir juga lembaga masyarakat sipil, seperti Petrasa, KSPPM, Bakumsu, dan Aman Tano Batak.

Mereka hadir memberikan dukungan kepada warga Dairi dalam mempertahankan ruang hidupnya dari ancaman tambang.

Tema perayaan Hari Bumi adalah “Masa Depan Pertanian Menghadapi Pertambangan Timah Hitam”. 

Para petani dari berbagai desa hadir membawa hasil bumi mereka. Ada jeruk purut, gambir, sayur mayur, kelapa, nanas, pisang, jahe, kacang tanah, dan berbagai hasil bumi  lainnya. 

Buah tangan hasil bumi ini sebagai ungkapan syukur mereka atas hasil tanah dan alam yang diberikan oleh Sang Khalik. 

Pengakuan petani dari beberapa desa, hasil bumi tahun ini jatuh harga dan banyak gagal panen. 

Perayaan diawali ibadah singkat dibawakan oleh Pendeta Dikkar Sihotang.

Dia menyampaikan bagaimana cara Allah menjadikan  bumi, lalu tugas manusia menjaga hasil ciptaanNya. 

"Kita harus menjadi saksi Tuhan untuk menjaga dan merawat bumi. Sebagai karya penyelamatan atas ciptaan Tuhan, sehingga kita layak untuk menerima berkat," katanya. 

Ridwan Samosir selaku Direktur Petrasa menyampaikan, sektor pertanian menyumbang 42 persen PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).

Artinya sektor pertanian dalam menggerakan aktivitas ekonomi sangat tinggi. Seyogianya pemerintah memberikan perhatian dan kebijakan yang pro terhadap sektor pertanian. 

Selain itu, data BPS tahun 2022 juga menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kabupaten Dairi 83 persen adalah petani. 

"Data BPS sejak tahun 2018 sampai sekarang tambang masih hanya memberikan sumbangan ke PAD Dairi sebesar 0.07 persen. Tentu pertanian dan tambang tidak akan dapat hidup harmonis, karena tambang butuh air, tanah, hutan, sungai, dan sumber daya alam lainnya," katanya.

BACA JUGA: Warga Dairi Gugat Menteri KLHK di PTUN Jakarta, Tolak Persetujuan Lingkungan PT DPM

Tahun 2015 diinisiasi oleh 159 negara, bersepakat dalam komitmen yang disebut Perjanjian Paris (Paris Agreement) termasuk Indonesia di dalamnya, membicarakan perubahan iklim dan upaya-upaya yang dapat dilakukan bersama. 

Namun perjanjian ini belum semua negara termasuk Indonesia melakukannya secara konsisten. 

"Petani dan kita didorong menjaga lingkungan, menanam pohon, namun penguasa dan pemodal justru merusak lingkungan dengan berbagai kebijakan yang mempermudah mereka mengeruk perut bumi, merusak lingkungan dan menebang pohon," tukasnya.

Direktur YPDK Santun Sinaga menambahkan, tantangan petani saat ini selain iklim yang tidak lagi bersahabat, ketergantungan kepada pupuk kimia.

Kemudian klaim sepihak oleh kehutanan atas tanah-tanah yang dimiliki oleh petani puluhan tahun dan dihuni masyarakat, akan diperparah dengan kehadiran tambang timah PT DPM ke depan. 

Menurutnya, amdal tidak pernah menjamin keselamatan rakyat, berkaca dengan kasus Lapindo, Buyat dan kasus-kasus tambang di seluruh nusantara. 

"Oleh karena itu kita harus berorganisasi dan bersolidaritas. Mungkin di Dairi hanya kita yang merayakan Hari Bumi. Bumi kita satu, dan rumah kita bersama, jangan berkecil hati. Ada kalanya kita dicap anti pembangunan yang sesungguhnya masa depan lingkungan yang berkelanjutan ada di tangan kita dan sedang kita perjuangkan," tuturnya.

Dalam perayaan Hari Bumi, petani di Dairi, Sumatra Utara, membawa hasil pertanian mereka, Kamis, 27 April 2023. (Foto: Ist)

Maradu Sihombing, petani dan pengelola gambir dari Desa Bongkaras, menyebut gambir mereka olah menjadi bubuk teh dan katekin.

Sebagai simbol perlawanan terhadap tambang yang akan merusak kampung mereka, dia mengajak terus berjuang dan melawan para penguasa dan pengusaha yang akan merusak lingkungan dan masa depan mereka.

Marolop Banurea, petani dan pemuda dari Pakpak Bharat juga memberikan testimoninya.

"Alam Dairi kaya potensi dan dapat kita produksi dengan berbagai produk turunan.  Kampung kita, hasil bumi kita, pertanian kita adalah masa depan kita," tukasnya.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya