Daerah Selasa, 09 Mei 2023 | 14:05

Rumah Adat Batak Toba Warisan Parmalim di Simalungun, Kondisi Rusak Berat

Lihat Foto Rumah Adat Batak Toba Warisan Parmalim di Simalungun, Kondisi Rusak Berat Rumah adat Batak Toba di Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara. (Foto: Facebook)
Editor: Tigor Munte

Simalungun - Berdiri satu unit rumah adat Batak Toba di Dusun Tiga, Kelurahan Sarimatondang, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara.

Hanya saja kondisi rumah adat tersebut tampak rusak berat. Dinding bangunan di kiri kanan yang terbuat dari kayu tampak sudah terbuka. Hanya ada tiang penyangga.

Begitu juga atap yang terbuat dari seng terlihat sudah terbuka. Bagian dalam bangunan terutama lantai juga sudah rusak. 

Sekeliling bangunan yang terbuat dari kayu sudah melapuk. Meski demikian gorga atau ukiran khas Batak Toba yang berada di bagian atas, masih terlihat utuh namun warna memudar.

Rumput dan ilalang mengeliling bangunan tua tersebut. Diperkirakan bangunan itu sudah rusak mencapai 90 persen.

Hal itu sebagaimana diungkap Piliaman Simarmata, seorang warga Kota Pematang Siantar, yang mengaku bangunan rumah adat Batak Toba itu milik keturunan dari opungnya.

"Itu dulu dibangun nenek moyang kami. Tapi sekarang tak ada lagi yang hidup dan tinggal di sana," kata Piliaman, Selasa, 9 Mei 2023.

BACA JUGA: Tuan Guru Batak Ahmad Sabban Rajagukguk: Jangan Dikotomikan Agama dan Adat

Menurut dia, rumah adat tersebut merupakan tempat berdoa aliran kepercayaan Parmalim. Agama kuno suku Batak Toba.

Piliaman menyebut, kondisi bangunan itu tinggal 10 persen. Pilihannya adalah dirobohkan atau dibangun kembali.

Salah seorang warga yang tinggal di dekat bangunan melontarkan kegelisahannya, takut sewaktu-waktu bangunan roboh lalu menimpa rumah mereka. 

Mungkin gambar kuil dan teks

"Rumah adat Batak Toba ini terdapat di Desa Dusun Tiga Sarimatondang. Sudah lama tidak terawat dan sudah rusak berat dan tidak terawat," ungkap pemilik akun Facebook Menna Dabukke, Selasa, 9 Mei 2023 dikutip Opsi.

"Berdampingan dengan rumah kami. Kami waswas bilamana hujan turun disertai angin kencang. Bila tumbang sasaran kena dengan rumah kami. Kami ingin rumah ini lebih baik dibongkar kalau tidak direnovasi lagi. Sudah sangat lama tidak dimanfaatkan dan tidak terawat," ujar Menna.

BACA JUGA: Luhut Prihatin, Makin Sedikit Anak di Toba yang Mahir Bahasa Batak

Menurutnya, ada keinginan membongkar tetapi tidak tahu harus bermohon izin kepada siapa. 

"Bila kami membongkarnya sendiri takut dipermasalahkan. Lalu bagaimana caranya ya? Apa ditunggu tumbang sendiri?" ujarnya. 

Sejumlah warganet membalas status Menna tersebut. Beberapa mendukung agar bangunan dibangun ulang dan jangan dibongkar. 

Pemilik akun Ronnim Napitu misalnya, mengusulkan agar bangunan diperbaiki dan dibuat menjadi tempat diadakannya pesta adat atau acara adat lainnya.

Tapi bentuk dan bangunannya kata dia, tetap dibangun seperti biasa. Material aslinya tidak dibuang, ditaruh di tempat yang rapi.

"Dibangun sesuai bentuk dan aslinya. Atau ditopang tiangnya biar kokoh, sayang hian molo dibongkar," katanya mengusulkan.

Pemilik akun Lukas Junadi Turnip mengutarakan hal senada. 

"Dilestarikan aja ito. Coba dikomunikasikan sama kelurahan. Ini termasuk sejarah bangsa atau jadi museum nasional. Ima molo menurut au," katanya. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya