Pilihan Selasa, 26 Juli 2022 | 19:07

Sejumlah Tradisi Unik untuk Menjaga Kelestarian Alam di Indonesia

Lihat Foto Sejumlah Tradisi Unik untuk Menjaga Kelestarian Alam di Indonesia Kampung Kalaodi, Tidore. (Foto: Kemenparekraf)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Seiring dengan isu-isu lingkungan yang ada saat ini, sudah banyak upaya yang dilakukan untuk menjaga kelestarian alam.

Kesadaran menjaga alam dan lingkungan sudah ada di masyarakat dan bahkan menjadi tradisi-tradisi yang khas. 

Di sejumlah daerah di Tanah Air, ada tradisi-tradisi unik yang dilakukan sebagai bentuk upaya menjaga kelestarian alam. Berikut beberapa diantaranya.

1. Mantari Bondar, Sumatra Utara

Merupakan tradisi warga empat desa di Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara.

Yakni, hatabosi sebuah singkatan dari Desa Haunatas, Tanjung Rompa, Bonan Dolok, dan Siranap. 

Mantari Bondar merupakan kearifan lokal yang sudah berusia ratusan tahun yang dilakukan untuk menjaga hutan dan sumber air.

Mantari berarti menteri, sementara Bondar merupakan saluran atau aliran air. Sehingga artinya pada dasarnya adalah petugas yang menjaga saluran air dan hutan. 

Mantari Bondar sendiri membawahi Penjaga Bondar yang semuanya dipilih melalui rapat adat masyarakat setempat.

Melalui tradisi ini, masyarakat desa berkomitmen untuk menjaga kelestarian hutan dan konservasi air yang juga merupakan sumber utama mereka dalam mendapatkan air bersih dan air untuk lahan-lahan pertanian.

2. Ruwat Laut, Desa Pulau Pahawang

Tradisi ruwat laut sudah jadi tradisi bagi masyarakat pesisir. Awalnya banyak digelar oleh masyarakat di pesisir pulau Jawa dan kemudian menyebar hingga ke Sumatera, khususnya di Lampung. 

Pada dasarnya, tradisi ini merupakan ungkapan rasa terima kasih pada Tuhan yang telah memberikan berkah dari laut sekaligus permohonan perlindungan dari Tuhan.

Tradisi ini dimulai dari doa yang dipimpin seorang pemuka agama lalu kemudian diikuti dengan pelepasan kepala kerbau yang sebelumnya disembelih berdasarkan tata cara keagamaan dan diletakan di atas perahu yang sudah dihias.

3. Rasulan, Yogyakarta

Tradisi Rasulan di Gunung Kidul, Yogyakarta merupakan cara untuk mengungkapkan rasa syukur masyarakat setempat setelah melakukan panen melimpah sekaligus untuk merti atau bersih desa sebagai upaya mendapatkan keselamatan dan membuang hal-hal negatif di desa supaya terhindar dari segala malapetaka dan penyakit.

Tradisi Rasulan di Yogyakarta. (Foto: Kemenparekraf)

Tradisi ini biasanya dilakukan setahun sekali dan memiliki rangkaian acara yang bisa diselenggarakan selama berhari-hari tergantung dari kesepakatan warga desa. 

Tradisi ini biasanya diawali dengan kerja bakti lalu kemudian ada beberapa perlombaan.

Inti tradisi ini adalah acara kenduri yang diawali dengan mengumpulkan hasil bumi dari warga yang disusun dalam gunungan lalu warga juga turut membuat sajian-sajian khas desa, yang kemudian diarak keliling desa.

4. Paca Goya, Tidore

Merupakan tradisi dari masyarakat Kampung Kalaodi, Tidore yang berdasarkan pemahaman saat ini adalah sebuah upacara menjaga alam. 

Paca memiliki makna membersihkan sementara goya adalah tempat keramat.

Secara konseptual, tradisi Paca Goya merupakan ritual adat di lokasi yang keramat demi keselamatan anak cucu warga Kalaodi dan secara adat dilakukan untuk berdamai sekaligus bersahabat dengan alam sekitar.

Tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun dan biasanya dilakukan setelah musim panen besar. 

Terkait dengan alam, tradisi ini merupakan upaya warga Kalaodi untuk tidak merusak dan mengambil berlebih dari alam. 

Komitmen ini dipegang secara kuat melalui sumpah yang disebut Bobeto yang artinya “siapa merusak alam, akan dirusak alam.”

5. Sasi, Maluku dan Papua

Maluku dan Papua dikenal memiliki keindahan alam baik darat dan laut yang selalu terjaga. Hal ini disebabkan salah satunya adalah karena adanya tradisi Sasi atau dalam istilah lokal artinya larangan.

Tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun di masyarakat Maluku dan Papua dan masih dilakukan hingga sekarang. 

Tradisi Sasi merupakan sebuah larangan untuk memanen atau mengambil sumber daya alam tertentu di wilayah adat selama beberapa waktu. 

Tradisi ini bisa dilakukan di darat maupun di laut.

Di darat tradisi Sasi dilakukan untuk melarang masyarakatnya memanen hasil kebun tertentu, dan bila di laut, larangan memanen dilakukan untuk jenis-jenis ikan tertentu. 

Tradisi ini dilakukan sebagai upaya untuk menjaga ekosistem dan populasi agar tidak rusak atau habis. [Kemenparekraf]

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya