Kita wajib mengkritik bila pemerintah melakukan kekeliruan yang berpotensi merugikan rakyat banyak. Tapi, jangan lupa pula mengangkat topi dan tidak pelit memuji bila pemerintah berprestasi.
Puji syukur, hajatan kultural mudik pada Hari Raya Idul Fitri 1443 H, Lebaran 2022, berjalan dengan baik. Selasa, 10 Mei 2022, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi resmi menutup Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2022 yang telah dimulai sejak 25 April lalu.
Sehari sebelumnya, Senin, 9 Mei 2022, pada Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Presiden Jokowi menyampaikan apresiasinya kepada seluruh jajaran Kementerian, Polri, dan TNI yang telah bekerja sama dengan baik sehingga arus mudik dan arus balik dapat berjalan dengan lancar.
“Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh jajaran Kementerian, Polri-TNI, dalam rangka manajemen arus mudik maupun arus balik secara umum. Alhamdulillah, bisa dikelola dengan baik sehingga tidak ada keluhan-keluhan yang amat sangat,” kata Jokowi.
Menurut Jokowi, pasti terdapat keluhan kecil dari masyarakat saat penyelenggaraan mudik. Namun, dalam penyelenggaraan mudik kali ini tak terjadi peristiwa kemacetan yang luar biasa seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Tak ada cerita ‘Neraka Brexit’ alias ‘Brebes Exit’ seperti Lebaran 2016 silam.
“Peristiwa-peristiwa macet sampai 1,5 hari sampai 2 hari seperti terjadi pada yang lalu-lalu bisa diatasi. Karena saya lihat memang persiapan manajemennya dengan pengelolaan di lapangan yang baik, saya melihat semuanya bisa diatasi,” kata Jokowi.
Kenapa kita harus memberi acungan jempol khusus? Karena ini adalah mudik yang tertunda. Setelah dua tahun tertahan akibat pandemi Covid-19. Kita ingat, Cuti Bersama 2020 dan 2021, baik saat Idul Fitri maupun Natal dan Tahun Baru dipangkas, demi memutus mata rantai penularan Covid-19. Tahun ini, kala pandemi sudah mereda, izin mudik dibuka kembali.
Pulang kampung adalah ritual khas budaya tanah air kita. Ini bukan hanya sebatas soal hari raya keagamaan, tapi juga kultural bangsa kita untuk secara rutin bersilaturahmi dengan keluarga.
Mengurai kemacetak Polri terapkan One Way. (Foto: Opsi/Humas Polri)
Ada 80 juta orang, dengan 14 juta di antaranya tinggal di sekitar Jabodetabek, melakukan mobilisasi besar-besaran meninggalkan kota besar. Lalu sepekan kemudian kembali dari kampung menuju kota besar itu lagi.
Triliunan rupiah tersebar. Kata ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Nailul Huda, perputaran uang selama mudik tahun ini bisa mencapai Rp 72 triliun.
Tapi, analisis Ketua Bidang Kajian Akuntansi dan Perpajakan Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Ajib Hamdani lebih gila lagi. 160 triliun Rupiah!
Berbagai kemudahan dilakukan pemerintah, terutama kepolisian, untuk memudahkan hajatan ini. Sudah ada gage alias ganjil-genap di Tol Trans Jawa, ada pula one way. Istimewa sekali.
Tak cukup itu. Jelang arus balik, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meminta perusahaan memberi kelonggaran agar pekerja kantor bisa bekerja dari rumah. Sementara libur anak sekolah diperpanjang, tak jadi masuk Senin, 9 Mei 2022. Tujuannya serupa: mengerem orang balik ramai-ramai pada saat yang sama.
“Relaksasi itu harus dimanfaatkan dan diatur sehingga kepadatan di arus balik bisa dihindari dan bisa diurai. Yang lebih penting lagi masyarakat bisa kembali ke daerah masing-masing dengan nyaman dan selamat. Kami, pemerintah dan stakeholder terkait akan memberikan pelayanan terbaik,” kata Jenderal Sigit.
Bola lambung Kapolri disambut Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dan Menteri PAN RB Tjahjo Kumolo.
“Saya setuju dengan pendapat Kapolri agar instansi pemerintah menerapkan kebijakan WFH. Seluruh PPK (Pejabat Pembina Kepegawaian) diharapkan mengatur pembagian jadwal agar penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat tetap berjalan,” kata Tjahjo.
Pemerintah hadir untuk membuat rakyat tersenyum. Syukurlah, setelah petaka langka dan mahalnya minyak goreng, kali ini rakyat bisa gembira karena dapat pulang dan balik dengan lancar, bertemu dengan sanak keluarga yang sudah dua tahun tidak bisa bertatap muka.
Liburan Lebaran usai, semangat kembali bekerja dan tekad lebih produktif pun jadi buahnya. []