Pilihan Rabu, 08 Desember 2021 | 18:12

Terungkap, 6 Perusahaan BUMN Ini Tercekik Utang Menggunung

Lihat Foto Terungkap, 6 Perusahaan BUMN Ini Tercekik Utang Menggunung Gedung BUMN. (foto: wikagedung.co.id).

Jakarta - Setidaknya terdapat enam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tercekik utang menggunung, mulai dari yang bergerak di bidang konstruksi, listrik, hingga transportasi udara.

Berikut Opsi informasikan BUMN yang memiliki utang menggunung diperkuat dari pernyataan Kementerian BUMN hingga pejabat di BUMN itu sendiri:

1. Waskita Karya

Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengungkap beban utang perusahaan yang dipimpinnya tembus Rp 54 triliun. BUMN konstruksi tersebut berupaya mengurangi beban tersebut dengan melepas ruas tol secara bertahap sejalan dengan penyelesaian pembangunan tol.

"Beban tol Waskita untuk investasi ini kurang lebih Rp 50an triliun, Rp 53 triliun-Rp 54 triliun ini yang harus kami selesaikan," katanya dalam webinar, Kamis, 8 April 2021 lalu.

2. PTPN

Menteri BUMN Erick Thohir berkata, PTPN memiliki utang Rp 43 triliun. Menurut dia, utang tersebut merupakan penyakit lama dan terdapat korupsi terselubung.

"Contoh yang kita lakukan di PTPN di situ ada warnanya kuning, merah, hijau step-nya istilahnya. Di mana step-step yang harus dilakukan ketika PTPN punya Rp 43 triliun dan ini merupakan penyakit lama yang kita sudah tahu dan ini suatu korupsi yang terselubung, yang memang harus dibuka dan dituntut yang melakukan," katanya dalam rapat Komisi VI, Rabu, 22 September 2021 lalu.

3. Angkasa Pura I

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (Wamen BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengungkap kondisi keuangan PT Angkasa Pura I (Persero). Menurutnya, perusahaan pelat merah itu dalam tekanan berat salah satunya dari bandara baru yang dibangun.

"Memang AP I sekarang tekanannya berat sekali, kondisi keuangan mereka ini sekarang utangnya mencapai Rp 35 triliun. Dan kalau kita rate, loss nya bulanan mereka Rp 200 miliar itu mereka setelah pandemi utangnya bisa Rp 38 triliun," kata Tiko, sapaan akrabnya, dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Jumat, 3 Desember 2021 lalu.

"Ini kami sedang terus lakukan rasionalisasi-rasionalisasi supaya bisa efisiensi dan memang beban mereka berat sekali karena bandara baru. Ini sebagai komparasi Bandara Kualanamu ini profitable dan udah cukup berumur dan seperti Yogyakarta ini beban berat sekali," ujar dia lagi.

4. Garuda Indonesia

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan saat ini liabilitas atau utang Garuda Indonesia totalnya mencapai US$ 9,75 miliar atau setara Rp 138,45 triliun (kurs Rp 14.200). Sementara aset perusahaan saat ini hanya US$ 6,92 miliar. Jauh lebih rendah dibandingnya total kewajibannya itu.

"Utang (Garuda) itu yang tercatat US$ 7 miliar plus utang daripada lessor yang tidak terbayar US$ 2 miliar lagi. Jadi totalnya US$ 9 miliar," ucapnya dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Rabu, 10 November 2021 lalu.

5. Krakatau Steel

Menteri BUMN Erick Thohir mengungkap banyaknya utang pada perusahaan pelat merah merupakan utang-utang lama. Maka itu transformasi terus digalakkan, tidak hanya di korporasi melainkan juga proses bisnisnya.

Erick pun menyinggung PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang memiliki utang US$ 2 miliar atau berdasarkan perhitungan perusahaan sebesar Rp 31 triliun. Dia mengatakan, utang ini salah satunya dipicu oleh investasi US$ 850 juta untuk proyek blast furnace yang kini mangkrak.

"Ini kan hal-hal yang tidak bagus, pasti ada indikasi korupsi, dan kita akan kejar siapapun yang merugikan, karena ini kembali bukannya kita ingin menyalahkan, tetapi penegakan hukum kepada bisnis proses yang salah harus kita perbaiki," kata Erick dalam acara Talkshow Bangkit Bareng, Selasa, 2 September 2021.

6. PLN

PT PLN (Persero) punya utang yang sangat besar, yakni mencapai Rp 500 triliun. Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, salah satu cara yang dilakukan untuk membenahi keuangan PLN ialah menekan 50% belanja modal (capital expenditure/capex).

"PLN itu utangnya Rp 500 triliun, tidak ada jalan kalau PLN itu tidak segera disehatkan. Salah satunya kenapa sejak awal kami meminta capex PLN ditekan sampai 50%, kalau bapak-bapak, ibu-ibu ingat waktu itu seperti itu," katanya saat rapat dengan Komisi VI, Kamis, 3 Mei 2021 lalu. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya