News Rabu, 12 Juli 2023 | 12:07

Anak 10 Tahun di Dairi Meninggal Setelah Digigit Anjing, Ini Fakta tentang Rabies

Lihat Foto Anak 10 Tahun di Dairi Meninggal Setelah Digigit Anjing, Ini Fakta tentang Rabies Anjing yang berpotensi menularkan rabies. (Foto: KlikDokter)
Editor: Tigor Munte

Medan - Yuli Santa Felensya Tampubolon (10), siswi kelas 3 SD, warga Desa Sungai Raya, Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi, Sumatra Utara meninggal dunia pada Minggu, 9 Juli 2023.

Yuli meninggal setelah digigit anjing peliharaan keluarganya yang positif rabies. Sempat dibawa berobat tradisional di desanya karena dikabarkan korban gigitan anjing sudah lumayan banyak yang sembuh berobat di sana.

"Kasus ini bukan satu-satunya. Seorang anak berusia 4 tahun di Nusa Tenggara Timur meninggal setelah digigit anjing positif rabies," demikian thread yang dibagikan akun Twitter TMI Hari Ini, dikutip Opsi pada Rabu, 12 Juli 2023.

Anak ini meninggal setelah digigit anjing di area wajah pada Senin, 8 Mei 2023. Meskipun sudah berusaha diselamatkan, tetapi tidak tertolong.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dr Imran Pambudi mengatakan, rabies merupakan tantangan besar di Indonesia. 

Karena dalam tiga tahun terakhir kasus gigitan hewan rabies itu rata-rata setahun lebih dari 80.000 kasus dan kematiannya rata-rata 68 orang.

Berbagai komunitas pecinta anjing menilai dalam menanggulangi penyakit yang bersumber dari hewan, seperti rabies harus memperhatikan animal welfare. 

Menurut komunitas tersebut, langkah mengeliminasi anjing dengan cara diracun maupun ditembak di tempat merupakan upaya keliru.

Komunitas pecinta anjing sendiri berupaya menggandeng masyarakat untuk melakukan vaksin rabies pada anjing di wilayah yang tingkat kasusnya tinggi ataupun wilayah yang membutuhkan.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Kesehatan Nasrullah menyebut, Bali menjadi satu dari 13 wilayah endemis rabies di Indonesia. 

Sebanyak tiga kabupaten di Bali juga masuk ke Zona Merah Rabies, yakni Jembrana, Buleleng, dan Karangasem.

Meskipun VAR (vaksin anti rabies) dan SAR (serum anti rabies) tersedia di berbagai fasilitas kesehatan di Indonesia, permasalahan utama belum selesai.

Kepala Biro Komunikasi & Pelayanan Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebut, hanya 40 persen anjing di Indonesia yang sudah mendapatkan vaksin rabies.

Edukasi ke masyarakat tentang gejala dan cara penanganan rabies kata dia, juga perlu dilakukan.

Merespons kejadian yang menimpa Yuni, KlikDokter melalui akun Twitter @klikdokter_idm mengungkap rabies itu penyakit yang punya tingkat kematian 99.99 persen.

Admin Klik Dokter mengurai tentang rabies, dan bagaimana mencegah serta menanganinya.

"Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf pusat. Penyakit ini sangat berbahaya dan bisa ditularkan oleh hewan, khususnya anjing," sebutnya.

Yuni saat disemayamkan di rumah duka di Kabupaten Dairi, Sumut. (Foto: TMI)

Gejala awal rabies, antara lain demam, sakit kepala, dan lemah. Tetapi jika tidak segera ditangani, kondisi pasien bisa berlanjut ke halusinasi, delirium, insomnia, dan hidrofobia (takut air).

Salah satu fakta yang paling penting tentang rabies adalah bahwa penyakit ini bisa dicegah dengan vaksinasi. Vaksin ini bisa diberikan kepada manusia dan hewan.

BACA JUGA: Diduga Tertular Virus Rabies Usai Digigit Anjing, Bocah di Minahasa Tenggara Meninggal Dunia

"Jika seseorang tergigit oleh hewan yang mungkin mengidap rabies, hal pertama yang harus dilakukan adalah mencuci luka dengan sabun dan air mengalir, dan segera mencari pertolongan medis," katanya memberikan saran.

Menurutnya, virus rabies bisa `bobok` di dalam tubuh selama 1-3 bulan. Ini disebut masa inkubasi.

Biasanya karena merasa gak ada gejala serius, banyak yang gak segera mencari pertolongan medis, atau berusaha mengobati sendiri karena menganggap itu luka gigitan biasa.

Namun, ternyata virus rabies sudah menyebar di dalam sistem saraf pusat dan waktu gejala berat mulai muncul, semuanya sudah terlambat. 

Mitos tentang Rabies

Klik Dokter juga mengungkap beberapa mitos tentang rabies yang perlu diluruskan.

Pertama, mitos yang mengatakan bahwa rabies tidak bisa dicegah. Faktanya, kita bisa mencegah rabies dengan vaksinasi.

Vaksin rabies diberikan kepada hewan dan manusia untuk mencegah penularan virus ini.

Mitos kedua, rabies tidak bisa disembuhkan.

Faktanya, jika seseorang mendapatkan perawatan segera setelah terpapar, peluang bertahan hidup akan jauh lebih besar.

Penting untuk segera mencari pertolongan medis kalau terpapar.

Mitos ketiga, rabies hanya ditularkan melalui gigitan anjing.

Faktanya, rabies bisa ditularkan melalui cakaran atau air liur hewan yang terinfeksi, dan bahkan bisa ditularkan melalui udara ketika berkontak dengan kelelawar.

Mitos keempat, mencuci luka gigitan anjing tidak akan berhasil.

Faktanya, mencuci luka gigitan segera dan menyeluruh adalah langkah penting untuk membatasi risiko terkena rabies.

Namun, ini tidak cukup, dan vaksinasi pasca-terpapar juga perlu.

BACA JUGA: Pemkot Jakbar Suntik Vaksin Rabies Ribuan Binatang Peliharaan

Mitos kelima, vaksin rabies hanya bekerja selama beberapa bulan.

Faktanya, vaksin rabies cukup efektif dan biasanya bertahan sekitar satu tahun pada hewan.

Jadi, penting untuk menjadwalkan vaksinasi rutin.

Mitos keenam, anjing dan kucing dalam ruangan tidak butuh vaksin rabies.

Faktanya, bahkan hewan dalam ruangan bisa terinfeksi rabies, jadi vaksinasi masih diperlukan.

Mitos ketujuh, jika anjing menggigit, yang harus dirawat cuma korban.

Faktanya, anjing yang menggigit juga perlu diisolasi dan diperiksa untuk memastikan mereka tidak membawa virus rabies.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan jika terpapar oleh hewan yang mungkin mengidap rabies? Segeralah mencari pertolongan medis, bahkan kalau cuma mencurigai paparan. Misalnya, jika kelelawar masuk ke kamarmu dan kamu merasa khawatir, langsung aja periksa ke dokter. Anggap saja kamu udah terpapar dan perlu perawatan untuk mencegah infeksi lebih lanjut," tutupnya. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya