Mamuju - Salah seorang pedagang makanan khas Sulbar, Sahrul, mengais rejeki di tepi Jalan Trans Sulawesi, tepatnya di daerah Salupangi, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju, Sulbar.
Tempat Sahrul bersama keluarganya mengais rejeki itu, tidak jauh dari pintu gerbang Mamuju, Sulbar.
Makanan khas yang didagangkan Sahrul, biasa dikenal dengan sebutan Banno oleh warga Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Sulbar.
Makanan khas tersebut, dikenal dengan mesin pemasaknya mengeluarkan suara ledakan cukup besar.
Setiap harinya, Sahrul menghabiskan jangung kurang lebih lima sampai sepuluh kilongram, tergantung dari ramainya pembeli.
Setiap bungkusnya, dijual dengan harga Rp 5.000. Sehingga pria bedarah suku bugis ini dapat meraup keuntungan setiap harinya hingga Rp 500.000.
Sahrul mengaku, dirinya bersama keluarga sudah berdagang Banno selama tiga tahun terakhir.
"Untuk di Mamuju, kami baru sekira satu tahun lebih menjual Banno," kata Sahrul.
Bahkan, dirinya terkadang berjulan keliling pasar mulai dari pasar baru, hingga pasar lama Mamuju, serta di sejumlah titik tepi jalan Tras Sulawesi yang terlihat ramai.
"Jadi, kami berpindah-pindah. Pernah di pasar baru, pasar lama, serta tempat ramai lainnya," katanya.
Bukan hanya Banno, Sahrul juga mengaku, dirinya menjual makanan khas yang terbuat dari beras dicampur gula merah aren.
"Saya juga jual Bipang," katanya.
Sahrul bersyukur, lantaran dampak pandemi Covid-19 sudah mulai tidak dirasakan. Warga sudah mulai beraktifitas kembali.
"Di tengah pandemi saat pengetatan aktifitas warga oleh pemerintah, saya tidak dapat berjulan dan hal ini sangat berimbas pada pemasukan tiap harinya," katanya.
Ia berharap, makanan khas tersebut tetap diminati masyarakat, meski ditengah serbuan makanan moderen. []