News Sabtu, 11 Februari 2023 | 20:02

Distrik Paro, Papua Pegunungan Terancam Kosong karena Semua Penduduknya Lari akibat Diteror KKB

Lihat Foto Distrik Paro, Papua Pegunungan Terancam Kosong karena Semua Penduduknya Lari akibat Diteror KKB Distrik Paro, Papua Pegunungan yang kosong ditinggal warganya akibat teror KKB. (Foto: Opsi/Istimewa)
Editor: Rio Anthony

Papua - Kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang dipimpin Egianus Kogoya terus menebar teror terhadap warga Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.

Banyak warga memilih eksodus ke Kenyam, Ibukota Kabupaten Nduga akibat teror tersebut. Distrik Paro kini terancam kosong.

"Jadi kemarin malam saya dihubungi Bupati Nduga Nemia Gwijangge. Beliau meminta kami membantu masyarakatnya yang melakukan eksodus dari Paro ke Kenyam," ungkap Pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen Muhammad Saleh Mustafa kepada wartawan dalam konferensi pers di Polres Mimika, Jumat 10 Februari 2023.

Saleh mengungkap pihaknya belum bisa memastikan apakah Paro sudah sepenuhnya kosong ditinggal warganya.

Ia menyebut pihaknya masih mendata jumlah penduduk Distrik Paro yang melakukan eksodus.

"Secara 100 persen saya nyatakan kosong sudah jelas tidak bisa. Karena kita belum sampai ke Paro. Nanti bisa dipastikan kosong apabila kita sudah mintai keterangan masyarakat yang melakukan eksodus," katanya.

"Untuk jumlah mereka yang eksodus tentu masih kita data. Tapi kemungkinannya Paro sudah kosong. Kemungkinan ya," tegasnya.

Ia menjelaskan, masyarakat mengungsi ke Kenyam karena diberitahu oleh kelompok Egianus Kogoya bahwa TNI-Polri akan datang untuk mengebom Distrik Paro.

Masyarakat mempercayai hal tersebut sehingga mereka merasa takut dan memutuskan untuk mengungsi.

"Padahal sampai sekarang kita belum datang gimana kita mau mengebom. Mungkin masyarakat percaya dengan apa yang disampaikan kelompok Egianus Kogoya sehingga mereka takut dan mereka keluar dari kampungnya. Jadi penyebabnya karena berita bohong yang di sampaikan Egianus Kogoya yang menghasut masyarakat agar mereka keluar," ujarnya.

Informasi itu membuat banyak warga memutuskan berangkat menuju Kenyam dengan bekal seadanya.

Bahkan, banyak di antaranya yang memilih untuk berjalan kaki termasuk anak-anak, ibu-ibu, dan orang tua.

"Jadi kini kita bersepakat untuk membantu mereka agar sampai ke Kenyam dengan selamat. Jarak ke Kenyam itu sangat jauh perjalanan bisa mencapai 3 hari bagi mereka yang sehat," pungkasnya.

Sementara itu, Wakapolda Papua Brigjen Ramdani Hidayat menegaskan bahwa operasi kemanusiaan sedang berlangsung saat ini.

Hal tersebut dilakukan atas permintaan kepala daerah setempat yang meminta bantuan TNI-Polri untuk mengevakuasi masyarakat dari Distrik Paro yang ingin meninggalkan daerah tersebut.

"Kini kita lagi mendata jumlah seluruhnya berapa. Karena pos TNI Polri tidak ada disana. Sedangkan kita mau menghubungi tidak ada yang bisa kami hubungi dan jaringan juga susah," jelasnya di lokasi yang sama.

Ramdani menjelaskan, warga yang melakukan evakuasi pertama kali ditemukan ketika operasi penyelamatan 15 pekerja bangunan di Paro.

Saat itu, tim menemukan sekitar belasan orang yang berada di lokasi penjemputan 15 pekerja, yaitu di Punca Weya.

"Awalnya kita memang melihat ada sekelompok masyarakat. Saat itu kita curiga, namun bertanya-tanya itu siapa dan kelompok mana tapi ternyata di situ ada ibu-ibu dan anak kecil dan di situ kita yakin bahwa itu masyarakat, tapi itu juga kita bertanya-tanya itu masyarakat mana dan kemudian heli mendarat," terangnya.

Setelah tahu bahwa mereka adalah warga yang mengungsi, tim penyelamat setuju untuk mengevakuasi anak-anak, ibu-ibu, orang tua, dan mereka yang sedang sakit. Saat ini, operasi kemanusian itu telah mengevakuasi 25 orang warga.

"Alhamdulillah tadi 25 orang sudah dievakuasi baik oleh heli TNI dan Polri dan sekarang sudah berada di Kenyam dan kemudian sudah diberikan perawatan medis. Di antara mereka terdapat satu ibu-ibu yang sedang sakit," terangnya.

"25 masyarakat yang dievakuasi terdiri dari 12 orang dewasa 4 laki-laki dan 8 perempuan yang sudah kakek-kakek dan nenek-nenek yang harus ditandu. Lalu 13 orang anak-anak terdiri dari 10 laki2 dan 3 perempuan," bebernya. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya