Pilihan Kamis, 25 November 2021 | 16:11

Erick Thohir Mau Akuisisi Mobil Listrik Jerman, IAAC: Ingat, Kita Bicarakan Duit Besar!

Lihat Foto Erick Thohir Mau Akuisisi Mobil Listrik Jerman, IAAC:  Ingat, Kita Bicarakan Duit Besar! Menteri BUMN Erick Thohir. (foto: CNNIndonesia).
Editor: Morteza Syariati Albanna Reporter: , Victor Jo

Jakarta - Direktur Eksekutif Institute Action Against Corruption (IAAC) Dodisutarma Lapihu mewanti-wanti agar Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir tidak salah langkah dalam mengakuisisi produsen mobil listrik atau StreetScooter di Jerman oleh Indonesia Battery Corporation (IBC).

IBC merupakan holding dari empat perusahaan BUMN, yakni  PT Pertamina (Persero), Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, PT Aneka Tambang (Antam) Tbk, dan Mining and Industry Indonesia (MIND ID). 

Dodisutarma menyarankan sebaiknya pabrik perakitan mobil listrik dibuat di Indonesia, bukan di Eropa. Dengan begitu, sisi positifnya akan menyerap lapangan kerja bagi masyarakat-masyarakat yang memang berkompetensi. 

"Bukan pabriknya di Jerman sana, tapi tetap bahan baku dari Antam untuk nikel dan besi kan bahan baku dari Indonesia. Kenapa tidak kita bikin pabriknya saja di Indonesia," kata Dodisutarma kepada Opsi, Kamis, 25 November 2021.

Kemudian, apabila IBC hendak merakit mobil listrik sendiri, ia sarankan untuk seyogianya menggunakan brand besar yang sudah ada, semisal Toyota dan Daihatsu, dengan syarat kedua produsen tersebut membangunan pabrik StreetScooter di Indonesia.

Sebab, di sisi bersamaan sudah ada raksasa mobil lisrik Tesla dari Amerika Serikat (AS) dan Wuling dari Tiongkok. Kemudian ada pula Hyundai dan KIA, produsen mobil asal Korea Selatan.

"Kalau kita bikin merek sendiri, belajar dari pengalaman mobil Timor dengan merek lokal tapi kolaps. Mending kita pakai pabrik besar seperti Toyota. Dengan begitu akan menyerap tenaga kerja, bahan baku dari Indonesia, transfer knowledge bisa berjalan lebih maksimal," ucapnya.

"Kalau kita bikin brand sendiri risikonya itu akan sulit diterima oleh pasar, karena memang banyak brand lain untuk bersaing untuk menggaet konsumen. Karena ingat, persaingan di usaha mobil atau industri otomotif tidak gampang dan dia butuh bertahun untuk bisa settle ." ujar dia lagi.

Dodisutarma amat percaya, Indonesia mampu menciptakan pabrik mobil listrik sendiri di dalam negeri, dengan bahan baku yang tak perlu impor, hingga bertemali terhadap penyerapan lapangan kerja lokal.

"Yang perlu dibeli dari komponen mobil listrik bukan merek atau pabrikan, tapi yang perlu dibeli adalah paten, kemudian software (perangkat lunak). Kemudian perangkat knowledge hingga berjalan dengan baik kalau pabriknya dibikin di Indonesia," kata dia. 

Dia pun meminta Erick untuk menyelesaikan uji tuntas kelayakan StreetScooter, untuk mengukur risiko akuisisi dan investasi yang akan terjadi di kemudian hari. Hal itu harus dilakukan demi melakukan langkah mitigasi. Kemudian, ia meminta persoalan ekosistem mobil listrik harus bagus, dibangun mulai dari hulu sampai ke hilir.

"Misalnya dalam konsep dibentuk IBC, karena nanti akan ada ekosistem daya, Antam akan suplai bahan baku, kemudian Pertamina akan urus proses manufaktur atau pabrik, mungkin seperti itu. Lebih baik pabrik di Indonesia," ucapnya.

Kendati begitu, Dodisutarma memahami betul kemauan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang ingin menekan efek gas rumah kaca. Tetapi, ia maukan, bukan hanya melalui pengalihan kendaraan dari bahan bakar minyak ke listrik, karena ia rasa Indonesia masih lama untuk menuju ke kendaraan ramah lingkungan.

"Dan ingat pengalihan dari Bahan Bakar Gas (BBG) ke listrik itu hanya salah satu komponen untuk menekan gas rumah kaca," ujar dia.

Dia menambahkan, kebijakan yang diambil Erick Thohir belum tepat terkait rencana mengakuisisi perusahaan mobil listrik asal Jerman, karena akan lebih tepat kalau proses manufaktur ada di Indonesia.

"Bagaimana kalau sepeeti kita pakai strategi Kemenkomarves. Dia tarik investror Hyundai untuk bikin pabrik di RI, ada bahan baku, tenaga kerja dari RI, transfer knowledge lebih cepat dan tepat. Bukan dengan kita membeli pabrik yang sudah ada di Jerman, itu proses akuisisi tidak tepat dilakukan oleh IBC di bawah arahan Erick Thohir. Ingat ini bukan duit kecil yang kita bicarakan, ini duit besar," kata Dodisutarma. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya