Jakarta - Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) menyebut pembelahan atau polarisasi sosial masih akan terjadi jika mengandalkan politik identitas dalam meraih kemenangan Pemilu 2024.
Itu disampaikan Sekum GMKI Artinus Hulu dalam bagian pidato serah terima jabatan pelantikan Pengurus Pusat (PP) GMKI periode 2022-2024 di GKI Kwitang, Jakarta Pusat, Sabtu, 28 Januari 2023.
Dalam pidato berjudul “Terus Bergerak untuk Masa Depan GMKI yang Gemilang” tersebut, Artinus mengatakan, dalam momentum Pemilu 2024 selalu dibayangi dengan tarik-ulur kepentingan elite dan kelompok berkepentingan.
"Namun, celakanya, praktik perpolitikan kita masih menunjukkan gejala pembelahan atau polarisasi sosial, bilamana politik identitas masih menjadi jurus primadona dalam pemenangan perhelatan politik nasional," kata dia.
Disebutnya, suksesi Pemilu 2024, sebagai suatu pesta rakyat perlu dimaknai sebagai bagian dari upaya konsolidasi dan simulasi peradaban politik kebangsaan.
Politik kebangsaan yang menitikberatkan pada perbaikan kualitas sistem demokrasi, penguatan integritas elite politik, yang mestinya bermuara pada pengabdian dan kesejahteraan segenap masyarakat.
"Dalam konteks ini, saya teringat sebuah pernyataan, bahwa politik adalah etika untuk melayani," katanya.
Pernyataan ini kata Artinus, jauh sebelumnya telah disampaikan sekaligus diingatkan oleh Johannes Leimena, salah seorang pendiri GMKI.
Baca juga: Ketua Umum PGI Khawatir Politik Identitas Menguat Jelang Pemilu 2024
"Jelas bahwa politik bukanlah instrumen pemuas hasrat berkuasa," tukasnya.
Menurut dia, suatu perjuangan politik harus dilakukan dalam koridor konstitusi, taat pada mekanisme organisasi, dan tidak melanggengkan kebengisan kuasa personal dan kelompok tertentu.
Sebab, arogansi kekuasaan hanya mendatangkan malapetaka bagi diri, terlebih dalam tubuh sebuah komunitas atau organisasi.
Sebaliknya, politik adalah instrumen yang membebaskan, memerdekakan dan mensejahterakan umat dan bangsa.
Kesempatan itu dia juga menyinggung soal sejumlah tantangan besar pasca pandemi Covid-19.
World Bank memperkirakan akan terjadinya resesi ekonomi global pada tahun 2023. Tahun ini digadang-gadang sebagai tahun gelap, tahun dengan ancaman ekonomi global.
Resesi dan inflasi ekonomi global berpotensi merasuk dan merusak sendi-sendi kehidupan bangsa, keluarga, tak terkecuali bagi sebuah organisasi.
Ketidakpastian ekonomi dan ancaman resesi global sangatlah mengkhawatirkan ketahanan ekonomi bangsa ini.
Di samping itu pula ketegangan geopolitik sebagai imbas dari Perang Rusia-Ukraina yang dapat menimbulkan krisis pangan dan energi, serta makin menambah laju percepatan inflasi.
"Apalagi ditambah dengan adanya perubahan iklim global yang tak menentu. Kondisi-kondisi global ini mestinya diantisipasi, karena berpotensi menjungkir-balikkan keuangan negara, mengganggu stabilitas sosial-ekonomi, sosial-politik, dan tatanan sosial-kebangsaan kita," ujarnya. []