Jakarta - Gelaran perdana Harmonoise Vol.1 sukses digelar pada Sabtu, 23 Agustus 2025, di Oppa Space, Bandung. Acara ini hadir sebagai ruang kolektif yang mendorong band-band independen untuk menyalakan kembali semangat bermusik, menampilkan karya orisinal, serta membangkitkan budaya panggung yang sempat meredup di Kota Bandung.
Diprakarsai oleh Eenk (vokalis R Beat) dan Johan (basis School of Clowns), Harmonoise lahir dari obrolan sederhana yang berkembang menjadi gerakan kolektif lintas genre. Untuk memperkuat arah dan konsep, mereka menggandeng Wenang (Wen & the Wknders) dan Chairil (Eat That Soup) sebagai bagian dari tim inti.
Nama "Harmonoise" sendiri merupakan gabungan dari kata "harmonis" dan "noise", yang mencerminkan semangat menyatukan keragaman suara dalam satu panggung.
"Tujuan utama kami adalah menampilkan karya asli dari band lokal dengan kualitas dan pesan kuat, membentuk jejaring komunitas musik lintas genre, serta memberi pengalaman musik yang segar dan merdeka dari batasan genre," ujar Eenk dalam sambutannya, dikutip Opsi pada Kamis, 28 Agustus.
Harmonoise Vol.1 menghadirkan sembilan penampil dengan karakter musikal yang beragam. Mereka adalah School of Clowns, Eat That Soup, Musicmonolog, R Beat, Wen & the Wknders, 51 Esvara, Mahalara, Fourlass, dan Wigglye.
Penampilan mereka dipandu oleh MC Rifan Nuari dan Anggita Destiana yang sukses menjaga atmosfer panggung tetap dinamis dan membara sepanjang malam.
School of Clowns, band pop punk asal pinggiran Bandung, tampil membawakan Kisah Terindah dan Distorsi Untukmu dengan energi tinggi yang menjadi ciri khas mereka.
Eat That Soup, unit pop punk yang terbentuk sejak 2017, menyuguhkan lagu-lagu bertema kehidupan sehari-hari dengan gaya yang agresif dan melodius. Musicmonolog, yang dikenal dengan pendekatan naratif dan atmosferik, menghadirkan pengalaman musikal yang menyentuh sisi emosional penonton.
R Beat, yang telah aktif sejak 2013 dan dikenal dengan gaya pop punk/ska, membawakan lagu-lagu seperti Tak Sebadjingan Itu dan Obat Patah Hati dengan formasi lengkap.
Wen & the Wknders, band pop-rock asal Bandung, tampil dengan lagu-lagu seperti Rindu Sesaat dan Tak Mungkin Kembali yang menyuguhkan nuansa melankolis dan penuh warna. 51 Esvara menghadirkan Hati yang Terbungkam dan Memoriez dengan gaya pop alternatif yang reflektif.
Mahalara, yang baru saja merilis lagu Pragmatis bersama Aska Rocket Rockers, tampil dengan energi rock yang lugas dan penuh pesan sosial. Fourlass, band pop asal Karawang, membawakan single Ternyata dengan nuansa romantis dan ringan.
Sementara Wigglye, unit indie pop/alternative yang terbentuk pada 2023, menutup malam dengan lagu-lagu dari album debut mereka Life Coaster yang menggambarkan naik-turunnya kehidupan.
Johan menegaskan bahwa Harmonoise bukan sekadar konser, melainkan sebuah gerakan.
"Kami ingin menyatukan semua genre dan membangkitkan animo pecinta musik indie di Bandung. Harmonoise adalah ruang terbuka bagi siapa pun yang ingin bergabung dan berkarya bersama," ujarnya.
Harmonoise Vol.1 menjadi titik awal dari rangkaian acara yang telah dijadwalkan hingga akhir tahun.
Baca juga: Fufu Clan dan Partikel Penyusun Atom Tutup Main-Main di Cipete Vol. 25
Baca juga: Main-Main di Cipete Vol.24 Jadi Selebrasi Cinta Helma Namira dan Alif Toeanradjo
Dengan semangat kolaborasi dan inklusivitas, Harmonoise diharapkan mampu menjadi simbol persatuan dan kebangkitan musik independen di Bandung, sekaligus memperkuat ekosistem kreatif yang lebih berkelanjutan. []