Siantar - Riris tidak pernah menyangka kalau ia harus memasuki satu babak kehidupan yang amat menyakitkan.
Suaminya, Ondi, menikah lagi dengan alasan kuno. Ingin mendapatkan anak laki-laki sebagai penerus garis keturunan.
Dalam paham sang suami, sebagaimana paham orang Batak yang menganut paham patrilineal, boru (anak perempuan) kelak setelah menikah akan menjadi milik marga suaminya.
Halim, sang hahadoli (abang ipar) mendukung dan membela Ondi. Halim meminta pengertian Riris, agar mengizinkan Ondi menjalankan rencananya mengawini Ayuk untuk mendapatkan anak laki-laki.
Jika nanti anak laki-laki sudah dapat, Ondi akan menceraikan Ayuk dan kembali ke Riris. Hati Riris sangat sakit. Harkat keperempuanannya seperti diinjak.
Tetapi Riris bukanlah boru Batak yang cengeng. Rasa sakit di hatinya tidak lantas membuatnya lemah.
Ia menolak dan melawan, dan karena sikapnya tersebut hingga mengantarnya masuk penjara.
Setelah lepas dari penjara, Riris harus kuat. Badai yang menerpa harus ia hadapi satu demi satu. Salah satunya, kehilangan `boru buha baju` nya atau putri sulungnya.
Riris tetap ingat pada janji pernikahan mereka di hadapan pendeta. Na so jadi sirang, ia so sinirang ni hamatean, yang bermakna tidak akan bercerai jika bukan karena kematian.
Riris punya cara tersendiri untuk menunjukkan, bahwa ia tetap mengingat janji itu.
***
Cerita singkat di atas adalah sinopsis dari novel berjudul "JANJI" karya Ranto Napitupulu. Novel yang ditulis dengan bahasa Batak Toba.
Novel ini mengangkat rupa segelintir pardongansaripeon atau rumah tangga orang Batak masa kini. Mudah goyah oleh aroma hidup yang semu.
Ranto Napitupulu, penulis novel berbahasa Batak. (Foto: Dok Ranto)
Novel ditulis dalam bahasa Batak dan bahasa Indonesia secara acak. Tujuannya menurut sang penulis, sebagai pendekatan persuasif agar anak muda Batak mau kompromi dengan literasi berbahasa Batak.
"Saya menduga, jika narasinya disisipkan sedikit-sedikit berbahasa Indonesia, pembaca tidak terlalu lelah. Karena memang, membaca narasi berbahasa Batak itu sedikit lebih sulit dibanding narasi berbahasa Indonesia," tutur Ranto kepada Opsi, Kamis, 25 Agustus 2022.
Novel "JANJI" adalah novel ketiga berbahasa Batak karya Ranto. Novel pertama, "Ulos Talitali" dan novel kedua "Boru Sasada" yang mendapat Anugerah Sastra Batak 2022 dari Yayasan Rancage.
Ohya, Novel "JANJI" diterbitkan secara independen (indie), sehingga tidak ada di pasaran. Bagi Anda yang berminat bisa dipesan langsung dari penulisnya.
Profil Penulis
Ranto Napitupulu
Lahir di Pematangsiantar, Sumatra Utara pada 6 Juni 1965.
Mulai menulis tahun 1985, di media cetak terbitan Medan.
Saat ini bermukim di Perawang, Siak, Riau.
Kontak WhatsApp: 0882-7107-9568. []