Jakarta - Sekretaris Umum Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), Sahat Sinurat menilai generasi milenial sekarang ini tidak peduli dengan isu-isu politik.
Sahat mengatakan, besarnya biaya politik menjadi salah satu penyebabnya. Sehingga, partisipasi milenial untuk menjadi calon kepala daerah maupun legislatif terbilang rendah.
"Untuk masuk ke politik, ada yang namanya cost politik. Ini menurut saya yang paling sensitif bagi anak muda, karena kita belum punya kemampuan," kata Sahat mengutip Podcast Solidaritas di Instagram resmi DPW PSI Kalimantan Selatan, Jumat, 4 Februari 2022.
"Ketika berhadapan dengan pengusaha atau mungkin punya kekuatan kapital untuk misalnya melakukan kampanye, bahkan kadang kala melakukan politik uang, kita bakal kalah," sambungnya.
Menurut Sahat, generasi muda bisa turut berpartisipasi di dalam dunia politik, mulai dari mengawas kepemiluan hingga menjadi pemilih.
"Partisipasi sebagai kandidat kita lihat memang masih minim. Saya lihat, bagaimana kita masuk ke dalam politik juga butuh memahami isu-isu politik. Banyak anak muda masih aktif di organisasi seperti BEM, juga organisasi mahasiswa ekstra kampus. Tetapi lebih banyak lagi bergabung di komunitas. Cenderung mereka tidak terlalu peduli dengan isu-isu politik," ujarnya.
Oleh sebab itu, dia berharap generasi milenial turut berpartisipasi dalam Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) mendatang.
"Menurut saya di 2024, generasi muda yang jumlahnya hampir 50 persen ini harus bergerak bersama. Jangan lebih memilih politik uang atau sekadar politik identitas, tetapi memang melihat apalagi pemudanya potensial dan maunya yang memilih pemuda yang memiliki kapasitas," katanya.
"Sehingga yang 4 persen atau berapa persen tadi jumlahnya bisa meningkat. Saya rasa dengan jumlah pemuda kita yang hampir 50 persen nanti akan memilih di 2024, harusnya ada peningkatan untuk yang terpilih menjadi anggota dewan," ucap Sahat menambahkan.[]