*Oleh: Yerikho A Manurung, Anggota GMKI Cabang Jakarta
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia adalah organisasi Mahasiswa Kristen yang tertua yang secara kualitas dan kuantitas kadernya tidak diragukan lagi. GMKI sangat berperan aktif melahirkan kader-kadernya dalam setiap waktu lewat berbagai pendidikan formal dan non formalnya.
GMKI menjadi salah satu wadah mahasiswa yang tergabung di Cipayung yaitu (HMI, PMKRI, GMKI, PMII, dan GMNI).
Hal ini adalah sebagai pengetahuan dasar bagi kader- kader yang baru bergabung di dalamnya, dan sebagai bahan awal perkenalan yang tekun dilakukan untuk mengajak dan berproses di GMKI.
Berbeda dengan kader yang sudah cukup lama atau yang sedang berproses, teori-teori dan pengetahuan dasar ini mendapatkan berbagai kritik pada realitas saat ini, bahkan beberapa tahun lalu.
Kritik, analisis, saran dan masukan mengenai GMKI datang dari berbagai stakeholders, mulai dari GMKI sendiri (internal) sampai dari luar GMKI (eksternal).
Dari sekian banyak dinamika baik dalam bentuk tulisan dan lisan terhadap GMKI sebenarnya memnunjukkan bahwa GMKI memiliki banyak investasi sumber daya manusia (SDM) yang memang berkualitas dan mumpuni, sehinmgga mampu membentuk kesadaran untuk saling menjaga dan merawat Gerakan ini.
Kritis GMKI
Kini, internal GMKI terpenjara dengan kompetisi kekuasaan insubstansial dalam kaca mata kepentingan umum dan kepentingan Bangsa dan Negara. Kongres GMKI ke-38 di tanah Toraja memperlihatkan dan mempertontontkan betapa kosongnya ajaran Kekristenan dan KeIndonesiaannya.
Dari sekian banyak konsep dan gagasan setiap Calon Ketua Umum PP GMKI Periode 2022-2024, hampir tidak pernah terdengar cabang-cabang membahas dengan serius dan ilmiah terkait bagaimana konsep serta gagasan tersebut yang selaras dengan dinamika berbangsa dan bernegara di masa mendatang.
Forum tertinggi GMKI tersebut menimbulkan, keraguan dan ketidakpercayaan untuk merangsang suatu kesadaran untuk berorganisasi pada cabang-cabang se-Nusantara.
Menjadi hal yang wajar jika peserta Kongres setelah pulang dari arena tidak membawa apa-apa termasuk ide dan gagasan besar dalam membangun negeri. Hanya keegoisan-lah yang dimenangkan di Kongres tersebut.
Kader se-Nusantara membutuhkan pembaharuan konsep dan gagasan dalam menjawab dan mempersiapkan dinamika dan persoalan yang ada di berbagai Perguruan Tinggi, Mahasiswa, Pemuda, dan Masyarakat, yang saat ini sudah mulai berkurang dari nilai-nilai kekristenan dan ke-Indonesiaan.
GMKI berfungsi sebagai organisasi pengkaderan dan berperan sebagai wadah perjuangan, menjadi tuntutan moral kepada setiap kader untuk menjaga identitas organisasinya. Konflik di dalam internal GMKI menjadi perbincangan pada setiap pertemuan GMKI antar kader- kadernya.
Pertemuan tidak lagi membahas terkait dengan bagaimana kondisi bangsa dan solusinya, namun lebih kepada konflik antar gerbong, hegemoni kekuasaan (PP GMKI, Cabang, dan Komisariat) dengan project politik dan flayer eksistensi insubstansial.
Benar, ruang diskusi internal GMKI beberapa tahun terakhir terjebak dengan doktriner “DINAMIKA”, tanpa mengetahui substansi “DINAMIKA” itu sendiri. Dan akhirnya, GMKI terpenjara pada budaya baru disorientasi.
Semangat berorganisasi yang dimiliki kader-kader GMKI harus diakui keberadaanya, tetapi semangat pun haruslah benar, semangat dengan berlandaskan nilai- nilai kekristenan dan KeIndonesiaan sebagai identitas Kader GMKI yang pernah melekat.
Ideologi Politik Organisasi dan Optimisme menjadi semangat yang tidak bisa dihindarkan kehadirannya, kajian dan analisis terhadap problematika kekinian di internal GMKI harus diperbaharui sesuai dengan prinsip kekristenan dan sesuai dengan perkembangan zaman.
GMKI harus diperbaharui kembali melalui forum-forum intelektualnya GMKI yang bersifat evaluatife dan proyektif seperti Kongres, Konfercab, dan Muskom, hindari hegemoni kekuasaan yang cenderung menindas kemerdekaan individu secara moral dan structural.
Kembalikan hak atas forum-forum intelektualnya GMKI yang dipenuhi dengan ide, gagasan, dan Gerakan substansial, dan GMKI mencapai dan meraih kejayaanya kembali secara universal.
Kini saat GMKI menentang kemunafikan dan kebiadapan berpikir, tujuan organisasi wajib hukumnya dilaksanakan. Dan yang terpenting jangan sampai lupa, tujuan awal didirikannya GMKI mewujudkan kedamaian, kesejahteraan, keadilan, kebebenaran, keutuhan ciptaan dan demokrasi di Indonesia.[] (Rabu, 14 Juni 2023)