Jakarta - Mayoritas pengguna layanan Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater di Indonesia adalah perempuan, berdasarkan data terbaru PT Pefindo Biro Kredit.
Hingga November 2024, sebanyak 58,27 persen dari total 16,4 juta debitur aktif adalah perempuan, sementara laki-laki hanya 41,73 persen.
Juni Hendry, Corporate Secretary Pefindo Biro Kredit, menyebut total akun paylater mencapai 48,4 juta. “Data ini berasal dari database IdScore per November 2024,” ujarnya kepada media, Senin, 20 Januari 2025.
Secara geografis, Jawa Barat tercatat sebagai provinsi dengan pengguna paylater terbanyak, mencapai 27,8 persen.
Posisi berikutnya ditempati Jawa Timur (13,81 persen), Jawa Tengah (12,45 persen), dan DKI Jakarta (11,83 persen). Daerah lainnya seperti Banten menyumbang 7,62 persen, diikuti Sumatera Utara (4,16 persen), Sumatera Selatan (3,02 persen), Riau (2,55 persen), dan Sulawesi Selatan (2,36 persen).
Penggunaan paylater telah mendorong total utang masyarakat mencapai Rp 30,36 triliun per November 2024.
Angka ini naik dari Rp 29,66 triliun pada bulan sebelumnya. Kredit dari perbankan menyumbang Rp 21,77 triliun, sementara industri multifinance berkontribusi Rp 8,59 triliun.
Untuk mencegah jebakan utang (debt trap), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kini memperketat aturan pengguna paylater.
Mulai 2025, pengguna wajib berusia minimal 18 tahun atau telah menikah dan memiliki pendapatan bulanan minimal Rp3 juta.
Menurut M. Ismail Riyadi, Plt. Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK, kebijakan ini bertujuan melindungi konsumen dan mendorong penguatan industri keuangan.
“Langkah ini penting untuk menghindari potensi risiko keuangan bagi pengguna yang kurang memiliki literasi keuangan,” jelasnya.[]