Jakarta - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Ganewati Wuryandari menyebut dasar dan Prinsip Politik Luar Negeri Indonesia adalah nasionalisme dan internasionalisme.
Ganewati juga menyebut tujuan negara Indonesia tercantum dalam alinea ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Begini bunyinya:
"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial".
Hal ini disampaikan saat Ganewati menjadi pembicara pada seminar nasional bertajuk `Peran Indonesia dan G20 dalam Geopolitik Dunia dan Stabilitas Keamanan Asia Pasifik` yang dilangsungkan Pusat Kajian dan Politik (Puspolkam) Indonesia di Gedung Pancagatra Lemhannas, Senin, 14 November 2022.
Selain itu, lanjutnya, konsep politik luar negeri Indonesia bersifat bebas aktif. Politik bebas aktif merupakan gambaran dan usaha Indonesia untuk membantu terwujudnya perdamaian dunia.
"Siapa pun menjadi Presiden Republik Indonesia selalu memegang teguh prinsip politik luar negeri Indonesia dan secara berkesinambungan ingin menunjukkan peran positif Indonesia dalam menjaga stabilitas politik dan keamanan tingkat Kawasan dan global," kata Ganewati.
Dia mengungkapkan, Indonesia adalah negara berkembang dan negara Asia pertama yang mendapatkan posisi Presidensi G20 dari Italia dimulai pada 1 Desember 2021 sampai dengan 30 November 2022.
Indonesia bertukar posisi dengan India. India akan menerima Presidensi G20 mulai 1 Desember 2022 sampai dengan 30 November 2023.
"Ini juga menunjukkan bahwa Abad ke-21 adalah Abad Asia. Presidensi G20 menunjukkan kepercayaan internasional kepada Indonesia," ujarnya.
Ia menjelaskan, Indonesia juga selalu berupaya untuk ikut serta dalam menciptakan stabilitas keamanan global dan perdamaian dunia.
"Indonesia secara aktif berupaya untuk menemukan titik temu antara Rusia dan Ukraina agar menghentikan konflik kedua negara," tuturnya.
Pasalnya, imbas perang Rusia-Ukraina bukan saja dalam bidang keamanan tetapi juga pasokan pangan dunia dan krisis energi di Eropa Barat.
Selain itu, KTT G20 juga memberikan ruang pertemuan antara Presiden Joe Biden dan Presiden China Xi Jing Ping untuk menemukan titik temu solusi persoalan-persoalan antara kedua negara tersebut.
Menurutnya, KTT G20 di Bali yang berlangsung pada 15-16 November 2022 bukanlah perhelatan akbar pertama yang dilaksanakan Indonesia.
Ganewati menyebut, hanya 10 tahun setelah negara ini merdeka, Indonesia melaksanakan Konferensi Asia Afrika di Bandung, di mana hingga saat ini gaungnya masih terasa di Kawasan Asia dan Afrika.
"Indonesia dianggap sebagai negara yang mendorong dan membantu Gerakan kemerdekaan di Asia dan Afrika," ucapnya.
Perhelatan akbar lainnya juga pernah diselenggarakan di Indonesia, seperti KTT APEC 1994 di Bogor dan KTT APEC 2013 di Nusa Dua, Bali.
Kemudian, KTT ASEAN pertama di Bali 1976, KTT ASEAN ke-9 di Bali, KTT ke-19 2011 di Jakarta.
Ia berpendapat, misi Presidensi Indonesia dalam G20 adalah recover together, recover stronger.
Selanjutnya, misi Indonesia pada pagelaran itu mengembalikan roh G20 sebagai kerja sama multilateral di bidang ekonomi.
"Indonesia mengutamakan kerja sama ekonomi dan non-ekonomi, tanpa mengesampingkan pentingnya persoalan-persoalan geo-politik di berbagai Kawasan seperti Invasi Rusia ke Ukraina dan juga krisis keamanan di semenanjung Korea," katanya.
Kemudian, KTT G20 di Bali juga diharapkan menghasilkan beberapa solusi dan Langkah reformasi untuk mengatasi krisis keuangan dunia.
"Bantuan restrukturisasi utang negara-negara berkembang, program tanggap ketahanan pangan, mengantisipasi krisis Kesehatan melalui Dana Pandemi, pembiayaan bertahap dan adil soal transisi penggunaan energi," ujar dia.
Di luar kerja sama antar negara, G20 juga mendorong terbentuknya kegiatan-kegiatan masyarakat sipil yang dilakukan organisasi perempuan di negara-negara G20, di bidang Musik, bidang keagamaan, UMKM, Kebudayaan dsb.
Lebih lanjut, ia juga menuturkan keuntungan yang didapat Indonesia dari perhelatan KTT G20 ini, di mana PDB Indonesia mendapatkan Rp 7,4 triliun dari perhelatan global tersebut.
Ekonomi Bali juga bangkit setelah dihantam pandemi Covid-19.
Kerja sama bilateral Indonesia dan beberapa negara anggota G20 dan juga organisasi keuangan internasional pun tercipta.
"Kepercayaan internasional kepada Indonesia meningkat. Indonesia dipandang sebagai negara yg aktif dalam menciptakan stabilitas keamanan dan perdamaian dunia," katanya.
"Indonesia juga ingin tetap menjaga Asia Negara sebagai Kawasan yang damai, netral dan sejahtera," ucap Ganewati menambahkan.[]