News Senin, 12 Desember 2022 | 16:12

Penghujung 2022, Tiga Warisan Budaya Sulawesi Tenggara Dapat Pengakuan Secara Nasional

Lihat Foto Penghujung 2022, Tiga Warisan Budaya Sulawesi Tenggara Dapat Pengakuan Secara Nasional Pj. Sekda Pemprov Sultra, Asrun Lio. (Foto: Istimewa)

Jakarta - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) menyebut bahwa Sultra selama tahun 2022 berhasil mendapat pengakuan atas tiga Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dan mendapat pengakuan secara nasional.

Pj. Sekda Pemprov Sultra, Asrun Lio mengatakan usulan tersebut dilakukan setiap tahun, sekaligus sebagai wujud perhatian Pemprov Sultra terhadap seluruh WBTB yang ada di provinsi ini.

"Alhamdulillah, di penghujung 2022 bertambah lagi sebanyak tiga WBTB kita, yakni Tarian Lumense, Tradisi Kabuenga, dan Tari Mondotambe sehingga total keseluruhan pada tahun ini mencapai 27 WBTB," kata Asrun Lio yang juga Kadis Dikbud Sultra di Kendari, Senin, 12 Desember 2022.

Ia mengatakan upaya pemberian label tersebut dilakukan melalui pengusulan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sultra kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI.

"Layaknya pengusulan WBTB pada tahun-tahun sebelumnya, upaya ini tetap melalui sejumlah proses hingga akhirnya Pemprov Sultra berhasil menerima sertifikat tiga WBTB tersebut," ujarnya.

Menurutnya, pengusulan tersebut akan terus dilakukan dalam rangka melestarikan warisan budaya yang ada di Provinsi Sultra dan menjadikan milik Bangsa Indonesia, serta tidak mudah diklaim bangsa lain.

"Secara bertahap semua warisan budaya yang ada di daerah ini akan diusulkan menjadi WBTB Nasional ke Kemendikbudristek RI. Ini menjadi tanggung jawab dan komitmen bersama untuk terus melakukan inventaris terhadap kebudayaan di Provinsi Sultra," ucapnya.

Adapun 27 WBTB tersebut adalah Tari Raigo, Kalosara, Kabanti, Lariangi, Kaghati, Mosehe, Lulo, Karia, Tari Linda, Kantola, Istana Maligebuton, Kaago-ago, Kamohu, Banua Tada, Dole-dole, Ewa Wuna, dan Kabanti Kaluku Panda.

Kemudian Tanduale, Kamooru Wuna/Tenun Muna, Lulo Ngganda, Pakande-kandea, Tari Balumpa, Tenun Konawe, Tandaki, Tarian Lumense, Tradisi Kabuenga, dan Tari Mondotambe.

Provinsi Sultra selain kaya hasil alam juga kaya akan seni dan kebudayaan.

Sehingga menjadi agenda penting, Dikbud Sultra akan terus mempertahankan bahkan mengajak semua komponen agar bersama-sama mengembangkan WBTB yang ada di daerah ini.

"Sebagai pemerintah, pihaknya terus mendorong semua pihak terkait di Sultra untuk terus bersama-sama menginventarisasi dan mengusulkan WBTB yang ada di Sultra ke pusat, untuk menjadi warisan kepada generasi penerus dan mendapatkan pengakuan dari Bangsa Indonesia bahkan hingga masyarakat dunia," tuturnya.

Lebih lanjut, dia menyebut upaya itu juga sebagai salah satu wujud pelaksanaan visi Pemprov Sultra, dalam hal ini Gubernur Sultra Ali Mazi bersama Wakilnya Lukman Abunawas, yakni Sultra Beriman dan Berbudaya.

Baca juga: Pangdam XIV Hasanuddin Sambut Kedatangan RI 1 di Sulawesi Tenggara

Baca juga: Layang-layang Tertua di Dunia, Ada di Festival Kaghati Kolope Sulawesi Tenggara

Kekayaan WBTB yang dimiliki daerah ini menjadi aset penting dan menjadi masa depan Provinsi Sultra ke depan.[] (Antara)

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya