Surabaya - Presiden Jokowi secara khusus menyapa Ketua DPP PDIP Puan Maharani saat keduanya hadir di acara Apel Hari Santri Tahun 2023 di Monumen Tugu Pahlawan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu, 23 Oktober 2023.
"Yang saya hormati, para Pimpinan, Ketua Lembaga-lembaga Negara yang hadir. Hadir bersama kita Ketua DPR-RI, Ibu Dr. Puan Maharani," kata Jokowi mengawali sambutannya.
Hadir dan disapa juga para Menteri Kabinet Indonesia Maju. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, serta Panglima TNI dan Kapolri.
"Oh, ada Menteri PANRB, Pak Anas. Pak Menteri Agama, tadi di depan saya kaget, saya pikir Komandan KOPASSUS," kata Jokowi sambil meneruskan menyapa para pihak yang hadir.
Pasca usulan rapimnas Golkar pada Sabtu, 21 Oktober 2023 bahwa Gibran menjadi cawapres bagi Prabowo Subianto, ada ketegangan politik antara Jokowi dengan PDIP.
Pernyataan Puan di sejumlah media menyebut adanya saudara yang kini menjadi lawan dalam Pilpres 2024.
Bahkan Puan kepada wartawan sesaat pengumuman nama Mahfud Md sebagai cawapres pendamping Ganjar Pranowo, menitipkan pertanyaan apakah Jokowi masih akan mendukung Ganjar.
Muasal Hari Santri
Jokowi menyebut, dia baru saja kembali dari Arab Saudi. Hadir di Hari Santri Tahun 2023 untuk bertemu dengan para ulama dan seluruh santri dari seluruh Tanah Air utamanya dari Jawa Timur.
Menurut dia, Santri adalah pilar kekuatan bangsa, Santri adalah pondasi kekokohan bangsa dan ini sudah terbukti sejak zaman perjuangan kemerdekaan.
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki lebih dari 36 ribu pondok pesantren.
Jokowi bercerita pada tahun 2015 saat itu dia berkunjung ke Jawa Timur kemudian masuk di sebuah pondok pesantren di Kabupaten Malang dan ada usulan saat itu dari para Kiai dan para Santri untuk memutuskan adanya Hari Santri.
Karena saat itu dia belum presiden, dan setelah terpilih menjadi presiden, permohonan itu dikaji dan ditindaklanjuti.
"Kemudian kita putuskan adanya Hari Santri lewat Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015. Dan sejak itulah kita memiliki yang namanya Hari Santri, senang ndak?" katanya.
Menurutnya, penentuan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri merujuk pada seruan jihad dari Romo KH Hasyim Asy’ari selaku Rais Akbar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama saat itu.
Hasyim menyampaikan bahwa melawan penjajah itu wajib, melawan penjajah itu adalah fardhu ‘ain, dan tewas meninggal berperang melawan musuh itu hukumnya mati syahid.
"Ini sebuah fakta yang luar biasa sehingga kita semua saat itu termasuk para Santri berjuang untuk kepentingan bangsa, berjuang untuk kepentingan negara, dan berjuang untuk kepentingan umat," katanya.
Diteruskannya, semangat Hari Santri harus terus dipegang teguh sesuai dengan konteks saat ini.
Dimana ada krisis ekonomi akibat perang, adanya krisis pangan akibat perang, adanya krisis energi akibat juga adanya perang baik yang sebelumnya ini hanya satu yaitu di Ukraina, sekarang tambah lagi perang di Palestina dan Israel. []