Hukum Selasa, 24 Januari 2023 | 19:01

Putri Mengaku Diperkosa Yosua, Cerita yang Membuat Ferdy Sambo dan Keluarga Menderita

Lihat Foto Putri Mengaku Diperkosa Yosua, Cerita yang Membuat Ferdy Sambo dan Keluarga Menderita Ferdy Sambo membacakan pleidoi di PN Jaksel, Selasa, 24 Januari 2023. (Foto: Tangkapan Layar)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo mengungkap penderitaan yang dialaminya dan keluarga saat ini diawali dari peristiwa yang dialami oleh istrinya, Putri Candrawathi pada 7 Juli 2022 di Magelang.

"Pada tanggal 8 Juli 2022, istri saya yang terkasih Putri Candrawathi tiba dari Magelang dan menyampaikan bahwa dirinya telah diperkosa oleh almarhum Yosua," kata Sambo dalam bagian pleidoi atau nota pembelaan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Selasa, 24 Januari 2023.

Menurut Sambo, Putri Candrawathi terus menangis sambil menceritakan bagaimana kejadian yang telah dialaminya. Sambo menyebut, tidak ada kata-kata yang dapat diungkapnya saat itu.

"Saya sebagai suami yang telah dihempaskan dan diinjak-injak, juga membayangkan bagaimana kami harus menghadapi ini. Menjelaskan di hadapan wajah anak-anak kami, juga bertemu para anggota bawahan dan semua kolega kami. Dalam pembicaraan yang terasa dingin dan singkat tersebut, istri saya Putri Candrawathi mengiba agar aib yang menimpanya, menimpa keluarga kami, tidak perlu disampaikan kepada orang lain," tuturnya.

Putri kata Sambo, begitu malu dan tidak akan sanggup menatap wajah orang lain yang tahu bahwa ia telah dinodai. 

Putri kemudian meminta agar persoalan tersebut diselesaikan dengan baik-baik. Karena sebelumnya ia juga telah menyampaikan langsung kepada almarhum Yosua agar yang bersangkutan resign dari pekerjaannya sebagai ajudan.

"Permintaan yang kemudian saya ikuti, lantas saya memintanya masuk ke dalam kamar. Sementara saya berdiam diri di ruang keluarga dengan hati dan pikiran yang kacau, berantakan dalam suasana kalau tersebut," ungkapnya.

Dalam suasana begitu kata Sambo, dia memanggil Ricky Rizal sebagai ajudan yang paling senior, yang bertugas menjaga keluarga.

Sambo menanyakan apakah yang bersangkutan tahu bahwa Putri Candrawathi telah dilecehkan oleh Yosua dan dijawab yang bersangkutan tidak tahu. 

"Lantas saya menyampaikan bahwa akan melakukan konfirmasi kepada Yosua. Dan apakah ia bersedia membackup saya jika yang bersangkutan melawan dan siap menembak? Ricky Rizal lantas menjawab tidak siap mental. Karenanya lantas saya meminta Ricky Rizal untuk memanggil Richard Eliezer untuk menemui saya dan dengan pertanyaan yang sama Richard menyampaikan kesediaannya untuk membackup saya," terang Sambo.

Kata Sambo, pada saat melakukan konfirmasi kepada almarhum Yosua, dan pada saat pembicaraan dengan Ricky Rizal maupun di Saguling, sama sekali tidak ada rencana maupun niat yang disampaikannya untuk membunuh Yosua sebagaimana yang dituduhkan penuntut umum dalam surat tuntutannya yang hanya bersandar pada keterangan terdakwa Richard Eliezer. 

Baca juga: Pleidoi Ferdy Sambo, Sempat Diberi Judul Pembelaan yang Sia-Sia

"Demikian pula keterangan tunggal dari terdakwa Richard yang menjelaskan bagaimana saya memberikan kotak peluru kepadanya menggunakan sarung tangan, juga menyebutkan mengenai pembicaraan CCTV, yang semua keterangan tersebut tidak benar. Tidak ada dalam fakta dan tidak bersesuaian dengan bukti-bukti di persidangan. Meskipun benar saya telah meminta backup untuk mengantisipasi kemungkinan perlawanan dari Yosua, namun maksud yang saya sampaikan adalah semata-mata melakukan konfirmasi terhadap Yosua atas peristiwa yang telah dialami oleh istri saya Putri Candrawathi sebagaimana fakta tersebut telah dibenarkan oleh saksi Ricky Rizal dan saksi lainnya," tukasnya.

Selanjutnya kata Sambo, untuk kepentingan isolasi yang biasa dilakukan oleh keluarganya setelah dari luar kota, Putri berpamitan.

Sambo menyampaikan bahwa dia akan melakukan konfirmasi kepada Yosua malam harinya setelah Putri isolasi dan dirinya selesai kegiatan di Depok.

Putri kemudian berangkat menuju rumah dinas Duren Tiga, sementara dirinya yang masih belum bisa berpikir jernih dan tidak tahu harus melakukan apa akhirnya melangkahkan kaki memenuhi agenda undangan di Depok.

Baca juga: Infografis: Sidang Pembunuhan Brigadir J, Kuat Ma`ruf Sampaikan Pledoi

Sepanjang perjalanan dari rumah Saguling pikiran Sambo terus berkecamuk dan semakin memuncak ketika mobil yang dia tumpangi akan melewati rumah dinas Duren 346 dan melihat Yosua berdiri di depan rumah.

"Seketika itu juga kemarahan saya semakin meletup membayangkan apa yang sudah dilakukan kepada istri saya. Segera saya perintahkan ADC dan sopir menghentikan mobil. Dengan amarah yang memuncak saya mengkonfirmasi Yosua mengapa ia berlaku kurang ajar terhadap istri saya, namun Yosua menjawab dengan lancang kurang ajar, seolah tidak ada satu apapun yang terjadi. Kesabaran dan akal pikiran saya pupus entah apa yang ada di benak saya saat itu. Namun seketika itu juga terlontar dari mulut saya, `hajar Cat, kamu hajar, Cat," ungkapnya.

Richard Eliezer kata Sambo, langsung mengokang senjatanya dan menembak beberapa kali sehingga peluru Richard menembus tubuh Yosua yang kemudian menyebabkan almarhum Yosua jatuh dan meninggal dunia.

"Kejadian tersebut begitu cepat, stop berhenti, saya sempat mengucapkannya berupaya menghentikan tembakan Richard dan sontak menyadarkan saya bahwa telah terjadi penembakan oleh Richard Eliezer yang dapat mengakibatkan matinya Yosua. Lantas saya segera keluar memerintahkan Prayogi untuk segera memanggil ambulans sebagai upaya yang memberikan pertolongan bagi almarhum Yosua, saya begitu panik saat itu," bebernya.

Baca juga: Bharada E: Jujur Saya Tak Yakin Brigadir J Lecehkan Istri Sambo

Sambo menyebut, dengan cepat dia menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk mengatasi keadaan tersebut. Ketika melihat senjata yang terselip di pinggang belakang kanan Yosua, dia segera mencocokkan situasi yang terjadi dengan cerita yang layak sebagai cara untuk melindungi Richard Eliezer.

"Imajinasi saya bekerja dan segera saya mengambil senjata HS dari pinggang Yosua menggenggamnya dan menembakkan ke dinding di atas tangga lantas menggenggamkan senjata tersebut ke tangan Yosua dan kemudian menembakkannya ke dinding atas TV di ruang tengah rumah Duren Tiga sehingga cerita tembak menembak antara Richard dengan Yosua dapat tergambarkan di tempat kejadian perkara," katanya.

Selanjutnya kata Sambo, dia meminta Prayogi untuk memanggil ambulans untuk menolong almarhum Yosua.

Dia lalu memeriksa keadaan istrinya, Putri Candrawathi yang berada di dalam kamar. Membuka pintu kamar yang tertutup dan menemukan istrinya dalam keadaan menangis ketakutan.

"Saya mendekatnya untuk menutup wajahnya agar tidak melihat keadaan di sekitar dan menarik tubuhnya untuk meninggalkan rumah Duren Tiga untuk dibawa ke rumah Saguling," kata Sambo.

Menurut Sambo, cerita tidak benar mengenai tembak-menembak tersebut dia susun setelah Richard menembak Yosua.

Cerita tersebut bersandar pada pemahaman dirinya atas Peraturan Kapolri Nomor 1 tahun 2009 tentang penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian. 

Penggunaan kekuatan dapat dilakukan oleh anggota Polri apabila terdapat ancaman kepada diri sendiri maupun orang lain.

"Sehingga saat itu cerita tembak menembak antara Richard dengan Yosua untuk melindungi istri saya yang dilecehkan di rumah Duren Tiga dapat menjadi alasan yang masuk akal untuk melindungi Richard dari pertanggungjawaban pidana," ungkapnya.

"Saya bangun cerita di Duren Tiga tersebut, saya susun sendiri setelah terjadinya peristiwa penembakan terhadap Yosua. Sehingga sama sekali tidak benar keterangan Richard di depan persidangan yang menyampaikan bahwa cerita tersebut saya sampaikan kepada dirinya di rumah Saguling sebelum peristiwa tembak terjadi adalah tidak mungkin jika saya membuat cerita sebagai bagian dari rencana pembunuhan seperti disampaikan Richard. Karena faktanya saya tidak pernah berkomunikasi dengan Kuat Ma`ruf juga tidak ada menceritakan soal skenario tersebut," katanya lagi. []

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya