Jakarta - Pengamat politik dan salah satu pendiri Setara Institute Rocky Gerung mengakui dirinya sampai hari ini masih sosok pengkritik Presiden Jokowi.
Cuma saja dia menegaskan, kritik yang disampaikannya berbasis argumen, dan bukan sentimen.
"Saya mungkin mayoritas di sini, kalian minoritas. Karena orang merasa aneh ada Rocky Gerung. Ini sebetulnya, ILC. In Luhut Club," kata Rocky saat menjadi pembicara dalam acara Peluncuran dan Bincang Buku "Luhut", sebuah biografi Luhut Binsar Pandjaitan pada Jumat, 7 Oktober 2022.
Dan secara intuisi kata dia, orang yang berkumpul di acara tersebut menyebabkan bangsa Indonesia surplus IQ.
"Memang, saya pengkritik utama Presiden Jokowi, junto Pak Luhut, junto Pahk Mahfud Md," kata Rocky, yang direspons Luhut dan Mahfud yang hadir di sana dengan ketawa ngakak.
"Sampai sekarang masih seperti itu. Tapi saya kritik dengan basis argumen, bukan sentimen. Itu yang ingin saya aktifkan dalam politik Indonesia," katanya. "Ucapkan argumenmu, jangan simpan sentimenmu," imbuh dia.
Itu juga kata dia prinsip dalam militer, yakni army readiness, kesiapsiagaan tentara. Rocky menyebut, ketika dia mengundang Luhut dalam sebuah bincang podcast, orang bertanya ada apa.
"Orang bertanya, ada apa Rock. Saya bilang, saya mau bertengkar dengan Pak Luhut. Kenapa? Karena pikiran hanya disebut pikiran kalau dipertengkarkan. Kalau Anda punya pikiran dan tidak ada yang membantah pikiran Anda, itu artinya Anda sedang berdoa, gak boleh diganggu itu. Itu bedanya berpikir dan berdoa," katanya, yang kemudian disambut gerrr oleh Luhut dan peserta diskusi.
Rocky mengaku sudah membaca buku biografi Luhut dan merasa terpukau, terpikat dengan perspektif Gita, yang adalah keponakan Luhut.
Rocky menyebut, kenal dengan Gita sejak bayi. Dia juga mengenal Syahrir (suami Kartini Pandjaitan, adik Luhut), yang merupakan teman diskusinya dan tak jarang berdebat panas, bahkan menjadi tradisi baginya.
"Saya sebetulnya, terbawa tradisi keluarga DR Syahrir. Saya kemudian berupaya memahami watak Pak Luhut, bukan apa yang ditanya wartawan. Tapi apa yang diterangkan oleh Gita. Gita menemukan satu ide yang tak pernah dilihat orang, bahwa leadership itu diuji dua kali, yakni dalam publik dan batin orang itu," terangnya.
Itu kemudian kata Rocky, kita membutuhkan orang yang paham tentang arah. Tapi sekaligus mampu untuk memasukkan dimensi emosinya pada tim.
Baca juga:
"Luhut" Sebuah Buku Biografi tentang Sosok Jenderal Bermarga Pandjaitan
Dia menilai, Luhut memilih tim yang pintar-pintar bukan sekadar logika, tapi juga dengan passion.
"Saya terkejut Pak Luhut ada tiga perempuan yang mengasuh kementerian itu dan menghasilkan kebijakan yang ethic of care. Soal covid kemarin kita seolah-olah data yang terus disampaikan pemerintah naik turun, bukan itu poinnya. Kita berterima kasih ada tiga perempuan pintar yang mengucapkan kembali rahim perempuan sebagai pengasuh pikiran bangsa," ujarnya.
Kemudian kata dia, reputasi Luhut ada dalam sorotan kamera kontroversi. Tapi kelihatannya dia tak peduli karena dia tahu arahnya.
Dia mengasumsikan Luhut seperti bunga matahari, kemanapun ditanam dia akan mencari matahari ke arah timur. Jadi ada yang final pada pikiran Luhut.
Keadaan itu yang membuat Rocky berpikir, bahwa bangsa ini dituntun oleh seseorang yang memegang tongkat Nabi Musa.
"Karena orang membutuhkan perspektif. Karena Nabi Musa tidak pernah menolak untuk memimpin kendati dia gak tahu dia bisa belah gak itu laut. Dia ragu, tapi dia tahu harus menuju sesuatu, Tanah Perjanjian, itu Israel. Kegamangan orang begitu dapat perintah, dia mesti ukur dulu pasukannya cukup gak. Tapi Pak Luhut menganggap, saya bisa. Itu sebabnya, Luhut tahu apa yang mesti diucapkan pada saat orang tidak punya pengertian tentang suatu kasus," katanya.
Menurut Rocky, baginya tidak ada problem selama kita bertengkar di dalam kondisi berpikir, membuat bangsa ini tumbuh.
Dia mengingatkan para pendiri bangsa ini juga `suka` bertengkar. "Membaca buku, Haji Agus Salim, Sutan Syahrir, Natsir, segala macam. Itu orang yang membaca buku dan mampu bertengkar berjam-jam. Tetapi tetap bersahabat. Wilayah ini yang hilang, yang ingin saya pulihkan," terangnya.
Rocky menilai biografi Luhut, sumbernya adalah teman-teman dekatnya. Dia membayangkan ada versi lain, Luhut di mata lawan-lawan politiknya.
"Karena buat saya, lawan yang jujur lebih bermutu daripada kawan yang hipokrit," pungkas Gerung. []