Jakarta - Pengamat politik Rocky Gerung mempertanyakan isi `kepala` para figur yang mau calon presiden atau capres, termasuk yang memasang baliho tinggi-tinggi.
Disampaikannya saat berbincang dengan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di kanal YouTube RGTV channel ID, diunggah pada Rabu, 21 September 2022.
Dia menyebut, pada 2024 dipastikan ada suksesi dan seleksi kepemimpinan nasional itu melalui sistem elektoral.
Hanya saja kata Gerung, ada kecemasan di publik saat ini melihat persaingan politik terlalu tajam dan ketajaman itu bukan karena adu konsep.
"Adu ide nggak terlihat itu, kita nggak lihat ada calon presiden bahkan dari dalam kabinet yang datang misalnya mengatakan saya punya ide jadi presiden," tuturnya dikutip Opsi, Kamis, 22 September 2022.
"Oleh karena itu saya ingin minta diundang RGTV ini misalnya, untuk debat. Kebanyakan orang pasang spanduk baliho tinggi-tinggi. Kita nggak tahu di belakang kepala yang besar di bawah itu ada isinya apa nggak tuh itu," kata Gerung, yang kemudian membuat Luhut tertawa.
"Rakyat merasa kok nggak ada percakapan intelektual ya di antara pemimpin itu. Pak Luhut ngerasain nggak itu, keadaan itu," katanya.
Luhut menyebut, kadang-kadang semua orang itu berpikir ingin menjadi presiden. Padahal dia sudah berkali-kali menyampaikan, untuk mengabdi di negeri ini tidak harus menjadi presiden.
"Presiden itu cuma satu lho, dan itu menurut saya sudah takdir alam ini, Tuhan punya mau itu. God scenario," tukasnya.
Baca juga:
Ferdinand Bikin Polling Capres di Twitter, Anies Baswedan yang Menang
Betul siapa saja boleh bersaing dan silakan melakukan kegiatan politik ke arah sana. Tapi Luhut mengingatkan siapa saja yang bermaksud ingin jadi presiden harus mengenali diri dulu.
Luhut lantas menunjuk apa yang dikatakan Sun Tzu: “Kenali dirimu, kenali musuhmu. Seribu pertempuran, seribu kemenangan."
"Tapi kadang-kadang kita tidak mengenal itu, kita nggak tanya diri kita," ujar Luhut.
Rocky menimpali, fakta hari ini para figur yang bermaksud menjadi capres menganggap `musuh` bisa dikendalikan dan bukan dikenali. Dikendalikan dengan amplopnya.
Menangkap ucapan Gerung, Luhut pun menyebut soal sistem demokrasi yang diterapkan Indonesia saat ini untuk bisa dilihat kembali penerapannya.
"Kalau saya boleh juga bilang kesempatan ini, setelah saya lihat ini, maaf ini kalau saya boleh lihat, mungkin sistem yang kita terapkan, demokrasi kita sekarang dengan pemilihan apa gubernur langsung, pemilihan bupati langsung, perlu kita lihat lagi baik-baik atau pemilihan presiden langsung, perlu dilihat baik-baik, dievaluasi lagi. Balik the founding father kita dulu.
Amerika aja kan tidak direct vote, super maju dengan tingkat pendidikan kita yang menurut saya masih kalah dari mereka ya. Saya kira perlu dievaluasi. Karena apa, tanpa kita sadari kita juga mendidik rakyat kita untuk juga menerima barang itu. Itu kan yang sebenarnya kita tidak sadari," kata Luhut.
Gerung lantas menyinggung soal APBN yang surplus tetapi justru daya beli masyarakat tidak naik, dan APBN tidak bisa menjadi proyek rakyat.
Di mana kemudian muncul anggapan duit di APBN disimpan untuk bermain politik.
"Apa yang bisa kita yakinkan bahwa ke depan itu politik akan bersih. Sementara orang melihat Bapak Jokowi masih sangat semangat dengan musyawarah rakyat dimana-mana itu, kemarin Pak Jokowi bilang ya silakan yang mengusulkan tiga periode oke-oke aja, cuman pendapat. Tapi menurut saya, harusnya tidak diucapkan Pak Jokowi, karena beliau adalah kepala negara. Kalau orang di bawah bisa. Ya, tapi kan Pak Jokowi itu terlarang oleh konstitusi," ungkap Gerung.
Luhut menegaskan bahwa Presiden Jokowi tidak pernah berkeinginan melanggar konstitusi. Jika kemudian ada pengikutnya masih mengusulkan tiga periode, presiden menyebut itu bagian demokrasi.
"Orang bilang juga Jokowi dungu, orang bilang Jokowi bodoh, saya kan nggak bilang apa-apa juga, tapi edukasi nggak boleh itu menuntut tiga periode karena konstitusi kita bilang cukup dua periode," kata Luhut menirukan ucapan Jokowi. []