News Rabu, 01 Juni 2022 | 09:06

Catatan Kasus Teror Abdul Qadir Hasan Baraja, Pendiri Khilafatul Muslimin

Lihat Foto Catatan Kasus Teror Abdul Qadir Hasan Baraja, Pendiri Khilafatul Muslimin Pendiri dan pemimpin Khilafatul Muslimin, Abdul Qadir Hasan Baraja. (foto: ist).

Jakarta - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. R Ahmad Nurwakhid menjelaskan, genealogi Khilafatul Muslimin tidak bisa dilepaskan dari Negara Islam Indonesia (NII) karena sebagian besar tokoh kunci dalam gerakan ini adalah mantan NII.

Dia menyebutkan, pendiri dan pemimpinnya adalah Abdul Qadir Hasan Baraja, mantan anggota NII sekaligus salah satu pendiri Pondok Pesantren Ngruki dan ikut ambil bagian dalam Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) pada 2000, walaupun memilih tidak aktif.

Nurwakhid melanjutkan, secara historis pendiri gerakan Khilafatul Muslimin sangat dekat dengan kelompok radikal seperti NII, MMI dan memiliki rekam jejak dalam kasus terorisme.

Dalam catatannya, Baraja telah mengalami 2 kali penahanan, pertama pada Januari 1979 berhubungan dengan Teror Warman, ditahan selama 3 tahun.

Kemudian ditangkap dan ditahan kembali selama 13 tahun, berhubungan dengan kasus bom di Jawa Timur dan Borobudur pada awal tahun 1985.

Dikrektur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ahmad Nurwakhid. (foto: Tangkapan layar).

Nurwakhid menuturkan, gerakan Khilafatul Muslimin mudah berafiliasi dengan jaringan kelompok teror seperti ISIS. Bahkan, pada masa kejayaan ISIS pada tahun 2015, Rohan Gunaratna Peneliti Terorisme dari Singapura menggolongkan Khilafatul Muslimin telah berbaiat kepada ISIS.

Terkait masalah ini, Nurwakhid memaparkan, BNPT yang diamanatkan sebagai leading sector untuk melakukan koordinasi pencegahan terhadap paham yang dapat mendorong terorisme telah mengkoordinasikan Pemerintah Daerah, Forkopimda di seluruh wilayah NKRI untuk mewaspadai gerakan ini karena bertentangan dengan falsafah bangsa dan berpotensi melahirkan gerakan terorisme.

"Koordinasi ini akan terus dikuatkan. Tujuannya untuk terus melakukan deteksi sedini mungkin terkait potensi munculnya akar radikalisme dan terorisme di tengah masyarakat," ucap Nurwakhid menegaskan. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya