News Kamis, 07 April 2022 | 11:04

Dua Tahun Terakhir Karhutla Menurun 78 Persen, Pemda Jangan Lengah

Lihat Foto Dua Tahun Terakhir Karhutla Menurun 78 Persen, Pemda Jangan Lengah Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto. (Foto: BNPB)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Terjadi penurunan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia hingga 78 persen dari tahun 2019 sampai 2021. Tren penurunan juga terjadi pada kasus kebakaran lahan gambut dari tahun 2016 sampai 2021 sebesar 92 persen.

Berdasarkan hasil rekapitulasi monitoring data Sipongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), wilayah yang mengalami penurunan itu, meliputi enam provinsi masing-masing Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

Melihat adanya tren penurunan pada kasus karhutla dan kebakaran gambut tersebut, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto meminta pemerintah daerah tidak lengah dan tetap bersiaga mengantisipasi adanya potensi bencana yang masih mengintai. 

Suharyanto menyebut, penurunan tren itu sekaligus menjadi tantangan bagi seluruh komponen, sebab mempertahankan agar tidak terjadi karhutla akan jauh lebih sulit daripada menanganinya.

Baca juga:

Kebakaran Hebat Melanda Pemukiman Padat Penduduk di Balikpapan

"Penurunan ini justru menjadi tantangan kita semua. Bagaimana agar karhutla ini tidak terjadi di kemudian hari," ujar Suharyanto, saat memimpin rapat koordinasi antisipasi penanganan bencana asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2022 di Jakarta, Rabu, 6 April 2022.

Baca juga:

Minta KLHK Tindak Tegas Aktivitas Ilegal Hutan, Sudin: Pejabat Belagak Bego!

Suharyanto kembali mengingatkan agar kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana karhutla benar-benar disikapi dengan baik. 

Apabila ditemukan titik api, maka harus segera dipadamkan sejak dini. Sebab, apabila api semakin membesar, maka akan lebih sulit lagi untuk dikendalikan.

"Jangan sampai api membesar dan jangan sampai penanganan ini terlambat. Kalau api sudah besar nanti tambah sulit," jelas Suharyanto.

Diketahui bahwa lahan gambut kering sangat rentan terbakar, terlebih pada periode musim kemarau. Apabila terbakar, maka api dapat menyebar hingga lapisan gambut pada kedalaman empat meter.

Meskipun permukaan gambut telah padam, bukan berarti api di lapisan dalam juga turut padam. Api dari gambut itu dapat bertahan selama berbulan-bulan dan menjalar ke tempat lain.

Adapun dampak dari kebakaran lahan gambut dapat meningkatkan emisi karbondioksida (CO2) yang berpengaruh terhadap sistem pernapasan, sistem sirkulasi darah, dan sistem saraf yang berujung pada kematian.[]

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya