Jakarta - Kejuaraan Dunia Perahu Motor Formula 1 (F1) Powerboat digelar di Balige, Kabupaten Toba, Sumatra Utara, Jumat sampai Minggu, 24-26 Februari 2023.
F1 Powerboat putaran pertama digelar tahun 1981. Pada 1987-1989 dan 2020, ajang balap ini ditiadakan.
Ajang kejuaran F1 Powerboat mendapat julukan sebagai balap jet air/motor perahu tercepat di dunia.
Setiap powerboat menggunakan mesin 3.500 cc, kekuatannya mampu mengeluarkan energi 500 Horsepower/HP pada RPM 10.500. Perahu menggunakan bahan bakar avgas.
Dalam Kejuaraan Dunia Perahu Motor Formula 1 di Danau Toba, lomba berlangsung selama 40 menit untuk menjadi yang terbaik. Titik ring satu, terletak di Lapangan Sisingamangaraja dan Pelabuhan Napitupulu, Balige.
Meski menilai ada sisi positif kejuaraan ini, namun Ketua Yayasan Pencinta Danau Toba, Maruap Siahaan tetap mengkritik pemerintah.
Mestinya ujar dia, pemerintah mengadakan perlombaan tradisional yang punya istiadat yakni solu bolon, sampan atau perahu dayung dengan tanpa emisi.
Kegiatan lomba solu bolon, diharapkan melibatkan banyak pihak, dan mengundang orang luar.
"Ini baru disebut ecotourism, kegiatan perspektif lokal yang menarik minat wisatawan mancanegara," tukasnya.
Kemudian kata dia, dalam ajang ini puluhan powerboat yang akan berlomba. Sekilas, tidak terasa dampaknya.
Tapi kalau terus-menerus dilakukan, maka F1 Powerboat ini bukan acara menarik. Sebab kearifan lokal, solu bolon, akan tergantikan.
Dengan adanya F1 Powerboat, perikanan keramba apung Aquafarm, ketidaksiapan pengelolaan sampah, justru merusak ekosistem Danau Toba.
BACA JUGA: F1 Powerboat di Danau Toba Abaikan Kearifan Lokal dan Kepentingan Masyarakat
Maruap mengaku, pernah beberapa kali ke Halong Bay, Vietnam. Di laut saja, banyak sampah berserakan. Apalagi ada event internasional digelar di Danau Toba.
"Jadi kegiatan ini menambah beban ekosistem Danau Toba," ujarnya.
Solu Bolon
Solu bolon adalah sampan atau perahu dayung ukuran besar, merupakan alat transportasi yang dipakai masyarakat Kawasan Danau Toba sejak dulu.
Kejuaraan solu bolon, sering diselenggarakan pada ajang Pesta Danau Toba. Lazimnya, satu tim solu berjumlah 22 orang, terdiri atas 20 pendayung, seorang pemandu arah dan satu penabuh gendang.
Menurut Maruap, lomba solu bolon harus dibudayakan, dilestarikan, dan dapat upgrade.
Misalnya, solu bolon dilengkapi teknologi tinggi menggunakan tenaga listrik kombinasi solar cell (tenaga surya) dan baterai serta embusan angin.
BACA JUGA: F1 Powerboat di Toba, Ini Permintaan Luhut Binsar Pandjaitan kepada Orang Batak
Kapasitas solu dapat bertambah, dan tetap ramah lingkungan, tanpa polusi emisi.
“Jadi melibatkan perahu besar, solu bolon, dengan teknologi listrik atau baterai plus angin. Ini perpaduan teknologi tinggi. Saintek tinggi dan ramah lingkungan. Solu bolon yang menjadi warisan leluhur ini, mestinya kita bangun di Danau Toba. Bukan dengan powerboat yang milik pedagang jangka pendek. Pragmatis,” terangnya.
Dengan demikian ujar dia, selaras dengan visi misi YPDT mempertahankan tao nauli, aek natio, mual hangoluan (Danau Toba nan indah, airnya jernih dan air sumber kehidupan).
Sasaran YPDT dalam tata kelola Danau Toba dan kawasan, mengembalikan kearifan lokal, selaras dengan kemajuan teknologi modern.
Event apapun di Kawasan Danau Toba harus memperhatikan pembangunan berkelanjutan (sustainability development).
“Kita jangan euforia pada hal yang sangat destruktif, untuk jangka panjang. Walaupun dalam jangka pendek, terkesan konstruktif, menambah perputaran ekonomi di kawasan Danau Toba. Tapi jangan lihat semata dari aspek keuntungan (profitability), melainkan juga sustainability. Jangan melibatkan masyarakat hanya kepentingan profitability sesaat, tapi tidak menjamin keberlanjutannya,” kata Maruap.
Ia mengingatkan, jangan sampai terjadi, setelah acara kejuaraan F1 Powerboat selesai, pemilik modal yang menginvasi wilayah Balige dan Danau Toba. Hanya karena dia memiliki modal, sehingga orang setempat menjadi tersingkir. []