Pilihan Kamis, 23 Juni 2022 | 18:06

Hilisimaetanö di Nias Selatan, Sebuah Desa Pewaris Adat Leluhur

Lihat Foto Hilisimaetanö di Nias Selatan, Sebuah Desa Pewaris Adat Leluhur Desa Wisata Hilisimaetanö, Kecamatan Maniamölö, Kabupaten Nias Selatan, Sumatra Utara. (Foto: Kemenparekraf)
Editor: Tigor Munte

Nias Selatan -  Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno kagum menyaksikan adat istiadat dan budaya di Desa Wisata Hilisimaetanö, Kecamatan Maniamölö, Kabupaten Nias Selatan, Sumatra Utara.

Di sana masih dijaga dan dilestarikan dengan baik oleh masyarakat setempat.

"Kekentalan adat budaya lompat batu, tari perang, tari harimau, sampai penganugerahan tadi sudah saya nikmati. Dan saya melihat kekentalan sejarah dan budaya. Saya melihat ini adalah atraksi utama kita, tradisi budaya untuk mempromosikan pariwisata dan ekonomi kreatif Nias Selatan. Dan ini adalah pariwisata berbasis komunitas," kata Menteri Sandiaga saat visitasi Desa Wisata Hilisimaetanö yang masuk ke dalam 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022, Rabu, 22 Juni 2022.

Desa Wisata Hilisimaetanö merupakan salah satu desa adat tertua di tanah Nias Selatan. Hingga kini Desa Hilisimaetanö masih teguh menjaga nilai adat istiadat serta peninggalan para leluhur mereka. 

Hal ini bisa terlihat pada saat memasuki desa, terdapat Batu Megalitik yang menandakan pada zaman megalitikum masyarakat Nias menggunakan peralatan dari batu besar. 

Kemudian 50 rumah adat yang bangunannya masih terpelihara dengan baik. Namun sangat disayangkan, ada satu rumah adat tertua yang runtuh akibat dampak dari tsunami Aceh tahun 2004.

Tidak hanya itu saja, sistem pemerintahan yang dijalankan masih mengikuti sistem adat. Di mana sistem kepemimpinan adat desa masih dipegang oleh Si’ulu atau Raja yang merupakan kaum bangsawan Nias. 

Kemudian, para cendekiawan atau yang disebut Si’ila berperan sebagai pemberi nasihat kepada bangsawan. 

Dan Sato atau Fa’abanuasa (masyarakat) yang terus bergotong-royong dalam menjaga Lakhömi mbanua (marwah desa).

Saat Menteri Sandiaga tiba di desa, ia disambut Tarian Mogaele, yang biasa dilakukan untuk menyambut tamu kehormatan.

Berbicara mengenai Nias tentunya yang langsung terbayang adalah tradisi lompat batu atau yang disebut fahombo. 

Tradisi ini menjadi suguhan atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan. Tradisi lompat batu biasanya dilakukan para pemuda dengan cara melompati tumpukan batu setinggi kurang lebih dua meter. 

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno saat berada di Nias Selatan. Sumatra Utara, Rabu, 22 Juni 2022. (Foto: Kemenparekraf)

Ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa mereka pantas dianggap dewasa dan memberikan sebuah kebanggaan tersendiri bagi keluarga mereka.

Kendati demikian, tidak semua anak laki-laki sanggup melakukan tradisi ini, karena walaupun mereka dilatih sejak dini, masyarakat Nias percaya ada keterlibatan magis dari roh leluhur yang membuat mereka berhasil melompati batu dengan sempurna.

Dalam visitasinya, Menteri Sandiaga bertemu dengan anak-anak yang sedang latihan lompat batu di sebuah replika lompat batu kecil dan para pemuda yang melakukan lompat batu sungguhan. 

Anak-anak kecil di desa memang rutin melakukan latihan setiap pekan, agar tradisi lompat batu di Desa Hilisimaetanö tidak punah. 

Usai melihat atraksi fahombo, Sandiaga menyaksikan sebuah ritual kuno famadaya harimao. 

Ritual ini dilaksanakan tiap 14 tahun sekali, dengan mengarak patung yang menyerupai harimau (lawölö fatao) untuk penyucian dan pembaharuan atas hukum-hukum adat yang berlaku di seluruh daerah Maniamölö. 

Setelah famadaya harimau selesai, dilanjutkan dengan membaca doa-doa kuno (fo`ere).

Desa ini juga memiliki tradisi kerajinan tangan atau kriya yang masih dilakukan sampai sekarang, diantaranya anyaman topi caping, pahatan, ukiran, dan pedang besi (manöfa). 

Baca juga:

Durian Balaki Nias, Bikin Menteri Sandiaga Uno Lelaki Sejati

Dahulu, manöfa difungsikan sebagai alat perang masyarakat Nias. Kala itu ketika menang melawan musuh, kepala musuh akan disematkan pada ujung sarung pedang.

Hilisimaetanö juga memiliki kawasan persawahan yang terbesar di Nias Selatan sehingga potensi untuk menjadi kawasan agrowisata sangatlah besar. 

Sandiaga pun ingin mengembangkan potensi tersebut.

"Sekarang kami sangat khawatir dengan adanya ancaman krisis pangan, krisis energi, tapi Nias Selatan ini khususnya di Desa Wisata Hilisimaetanö justru memiliki potensi untuk bisa memiliki ketahanan pangan dan kemandirian energi ini bisa kita kembangkan ke depan," katanya.

Sandiaga juga berencana untuk menjadikan Desa Hilisimaetanö sebagai desa wisata berkelanjutan. 

Namun sebelumnya, perlu ada beberapa fasilitas yang dibenahi, di antaranya toilet dan homestay.

"Kami akan memberikan pendampingan, pelatihan, akan ada peningkatan destinasi wisata lainnya, seperti toilet, begitupun dengan homestay karena di sini hanya ada satu, kami akan tingkatkan, juga ingin jadikan desa wisata ini sebagai tujuan wisata selagi ada WSL Pro, untuk membangkitkan ekonomi masyarakat," kata Sandiaga.

Di akhir visitasinya, Sandiaga dinobatkan sebagai Tuha Samaöndrö Luo, yang berarti seseorang yang punya kekuatan luar biasa, yang bisa membawa sinar dan terang. Khususnya kepada Desa Wisata Hilisimaetanö Nias Selatan dan Indonesia secara luas. []

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya