Pilihan Minggu, 17 Juli 2022 | 15:07

Kenapa Orang Batak Suka Marmitu, Ini Ceritanya

Lihat Foto Kenapa Orang Batak Suka Marmitu, Ini Ceritanya Parmitu di lapo tuak. (Foto: Tangkapan Layar Facebook)
Editor: Tigor Munte

Medan - Marmitu berasal dari kata mar dan minum tuak (mitu). Bisa diartikan meminum tuak. Marmitu lazim dilakukan orang Batak sejak zaman dulu. Marmitu di lapo tuak atau kedai tuak. 

Orang-orang yang minum tuak kerap disebut parmitu atau peminum tuak.

Subandri Simbolon dalam blognya http://subandripunyablog.blogspot.com, menyebut, marmitu adalah kegiatan minum tuak bersama yang dilakukan oleh beberapa orang sambil bernyanyi ria. 

Menurut dia, kegiatan ini pada awalnya dilakukan di tempat partungkoan (perkumpulan) yang adalah tempat orang berkumpul untuk minum tuak di bawah sebuah pohon rindang, seperti pohon beringin atau jabi-jabi dengan menggelar tikar.

"Tempat ini sempat beredar pada zaman tradisional Batak dan setiap lumban (kampung) biasanya memilikinya yang ditempatkan di salah satu pojok kampung," tulis dia dikutip Opsi.id, Minggu, 17 Juli 2022. 

Sumber lain yang juga dikutip dari http://worldbatakcommunity.blogspot.com, menyebut marmitu adalah salah satu budaya Batak.

Disebutkan, jika Anda lewat dari lapo atau warung orang Batak, Anda sudah pasti mendengar orang Batak dengan suaranya yang merdu, dipadu dengan gitar atau alat musik lainnya. 

"Mereka rata-rata bisa saling berganti peran, seperti suara tenor, bas, alto dan sopran. Jadi, campuran suara itu akan membuat kita lama-lama betah di dekat warung tersebut," ungkapnya.

Menurutnya, dengan menenggak tuak yang masam, sepat, pahit, dan entah rasa apa lagi, menunjukkan konsistensi keberanian orang Batak menghadapi kehidupan yang penuh cobaan, kebahagian, dan sejenisnya. 

Baca juga:

Togu Simorangkir: Ayo Marmitu di Rura Silindung Sambil Diskusi Membangun Huta

"Dengan berkumpul, mencurahkan segala isi hati kepada teman-teman, baik sekadar curahan hati yang biasa-biasa, hingga yang sangat serius. Dan dari topik bercanda, baik dari filsafat, sosial budaya, bahkan hingga politik, sangat biasa menjadi selingan dari marmitu itu sendiri. Dan entah memang kebetulan atau tidaknya, di acara marmitu lah sering melahirkan tokoh-tokoh masyarakat besar dari Batak. Baik di dunia tarik suara, maupun di dunia perpolitikan dan dunia lainnya," sebutnya. 

Dan Anda tahu, saking kentalnya kultur marmitu ini, sebuah lagu diciptakan dan populer hingga saat ini, yakni Lissoi. 

Penciptanya bukan orang sembarangan, yakni Nahum Situmorang. Seorang komponis dari Tanah Batak yang melahirkan karya-karya berupa lagu yang abadi sampai saat ini.

Lissoi...

Dongan sapanghilalaan, o parmitu

Dongan sapartinaonan, o parmitu

Arsak rap manghalupahon, o parmitu

Tole ma rap mangendehon, o parmitu

Lissoi...lissoi...lissoi...lissoi...o parmitu

Lissoi...lissoi...lissoi...lissoi...olo tutu

Sirup ma...sirup ma...dorguk ma...dorguk ma

Handit ma galasmi

Sirup ma...sirup ma...dorguk ma dorguk ma

Ingkon rumar do i

Lissoi...lissoi...lissoi...lissoi...o parmitu

Lissoi...lissoi...lissoi...lisoi...inum ma tuakmi

Lissoi.

Nah, dalam marmitu tentu ada tuak yang disediakan. Anda tentu tinggal pilih jenis tuak yang mau ditenggak.  

 

Mengutip tulisan wartawan Bulman Harianja pada koran Sinar Indonesia Baru (SIB) edisi cetak Rabu, 7 Juli 2010, halaman 13, membagi istilah tuak itu dalam tujuh jenis.

Pertama, tuak natonggi (manis), yaitu tuak asli yang masih manis dan dapat diolah menjadi gula merah (aren). 

Kedua, tuak takkasan yaitu tuak tanpa dicampur zat cair lain kecuali raru. 

Ketiga, tusor yaitu tuak sore yang disajikan untuk sore hari dan malam hari. 

Keempat, tuak angsa yakni tuak yang rasanya asam dan jika diminum mata pun dipicingkan dan setelah diteguk suara akan mendesah seperti suara angsa. 

Kelima, tuak kapal selam yaitu tuak yang berisi seekor binatang kecil di dalam gelas yang hidup di pohon enau. 

Keenam, tuak bagot puli yaitu tuak yang berasal dari enau yang kerdil dan mini. 

Dan ketujuh, tuak mallupuk yaitu tuak yang biasa dimasukkan ke dalam botol dan ditanam selama 3 hari 3 malam di dalam tanah.

Lalu untuk acara marmitu yang diajak aktivis Togu Simorangkir pada Minggu, 17 Juli 2022 di Rura Silindung, Kabupaten Tapanuli Utara, pilihan tuaknya yang mana?

"Sore nanti sekitar jam 3 sore, aku akan minum tuak di rumah arsitek keren yang berani pulang kampung, Baja Panggabean. Kita akan berdiskusi tentang membangun Huta," kata Togu dalam ajakannya kepada Opsi.id, Minggu, 17 Juli 2022 siang. 

Lokasi acara diskusi membangun huta sambil marmitu (minum tuak) berada di Huta Topi Aek, Lumban Ratus.  

"Masuk dari Hutagalung. Lewat Gereja Onan Gadu-Gadu sekitar 100 meter. Patokannya Pohon Hariara," jelas Togu merinci lokasi kegiatan tersebut.

Togu dikenal sebagai produsen tuak takkasan dengan label Tuak Takkasan Bos Lebay yang dijualnya secara eceran, bukan hanya di Sumatra Utara tetapi bahkan sudah sampai ke Jawa terutama Jakarta. []

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya