Daerah Kamis, 17 Maret 2022 | 14:03

Kisah Kearifan Lokal Bali Mengurangi Risiko Bencana di Ajang GPDRR

Lihat Foto Kisah Kearifan Lokal Bali Mengurangi Risiko Bencana di Ajang GPDRR Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto (kanan) bersama Gubernur Provinsi Bali I Made Rentin (tengah) dan penanggung jawab Desa Wisata Penglipuran Nengah Monang (kiri) saat meninjau salah satu lokasi field visit GPDRR di Desa Wisata Penglipuran, Kabupaten Bangli, Bali, Kamis, 17 Maret 2022. (Foto: BNPB)
Editor: Tigor Munte

Bangli - Perhelatan Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana (GPDRR) ke-7 semakin dekat. Sebanyak 193 negara bakal hadir dalam perhelatan tersebut.

Terhadap para delegasi, nantinya akan ditunjukkan kisah kearifan lokal masyarakat Bali dalam penanggulangan bencana.

Kearifan lokal ini merupakan cerita yang dapat dipelajari para delegasi dunia dalam kunjungan lapangan atau field visit GPDRR di Bali pada 23-28 Mei 2022. 

Kearifan lokal ini merupakan bagian kehidupan masyarakat Bali yang juga dimanfaatkan sebagai upaya pengurangan risiko bencana.  

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengatakan bahwa melalui field visit ini, para delegasi dapat melihat langsung bagaimana cara Indonesia dalam memperkuat PRB di tengah masyarakat.

“Selain memperoleh konsep tertulis dalam kegiatan konferensi dan diskusi, para delegasi dapat melihat secara langsung apa yang ditonjolkan Indonesia dalam upaya pengurangan risiko bencana bersama masyarakat,” ujar Suharyanto saat berkunjung ke Desa Wisata Penglipuran, Kabupaten Bangli, Bali, Kamis, 17 Maret 2022.

Baca juga: RI Tuan Rumah Forum PBB untuk Kurangi Risiko Bencana

Suharyanto menjelaskan bahwa melalui Desa Wisata Penglipuran, para delegasi dapat melihat bahwa sejak dahulu Indonesia telah melakukan upaya pengurangan risiko bencana melalui hidup yang harmonis dengan alam.

“Di sini merupakan salah satu contoh dari masyarakat Indonesia yang sejak dulu harmonis dengan alam dalam pembangunan dan tata ruang, serta tidak ingin merusak alam. Hal ini menjadi salah satu hal yang disepakati dalam pengurangan risiko bencana,” tutur Suharyanto.

Dia mengatakan, semoga dengan melihat salah satu desa ini, para delegasi dapat melihat Indonesia selain memiliki konsep internasional terkait pengurangan risiko bencana.

“Sejak jaman dahulu kita juga sudah memiliki upaya PRB yang harmonis dengan alam,” tambahnya.

Penanggung jawab Desa Wisata Penglipuran Nengah Monang turut menjelaskan upaya risiko bencana yang sesuai dengan ajaran agama yang dianut oleh agama Hindu. 

“Kami turut mengambil filosofi Tri Hita Karana yang merupakan falsafah hidup harmonis dengan Tuhan, alam sekitar dan sesama manusia. Filosofi yang kami pegang dalam membangun desa ini turut menjadi upaya bersama dalam pengurangan risiko bencana, khususnya melestarikan alam,” jelas Nengah. []

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya